*Preview PART 1/3*
*Hae Lin’s POV*
Beberapa saat kemudian
kamipun akhirnya melepaskan ciuman itu sebelum kami berdua kehabisan nafas.
Kami saling menatap dan tersenyum.
“Ini pertama kalinya
kan untuk kita?” tanya Nichkhun.
“Pertama kali untukku.”
Jawabku
“Pertama untukmu? Tapi
tadi kamu sangat hebat.”
“Yak?! Membuatku malu
saja kau Oppa.”
“Jadi,bagaimana?Kamu
akan menikah denganku kan?” tanyanya
“Ooh,jadi yang tadi itu
merayuku rupanya?” aku mengangguk-angguk.
“Bisa dibilang
begitu.Jadi,apa jawabanmu?”
“Aku tidak......”
“Gubraaaaaak.”
Terdengar suara pintu terbuka dan aku melihat member 2PM semuanya terjatuh
diambang pintu.
“Yak?!Apa yang kalian
lakukan di situ?” tanyaku.
“Tidak ada.Tidak ada.” Semuanya saling menggerakan
tangan ke kuiri dan ke kanan.
*Preview End*
“Ayo cepat kita kabur sebelum ada yang dihajar.”
Ujar Taecyeon seraya mengambil ancang-ancang untuk kabur dan diikuti oleh
member lainnya.
“Yak Kaliaan?!” ucapku setengah berteriak.
“Sudahlah Hae Lin-ah.” Ujar Nichkhun sambil memegang
telapak tangan kananku.
Aku menatap tangannya yang sedang memegang telapak
tanganku.Tangan itu.Tangan besar dan lembut yang nantinya akan selalu ada untuk
memegang,menggenggam,mengamitkan jari-jarinya di jari tanganku,dan
menghangatkan saat aku kedinginan.
“Apa yang kau lihat?” tanya Nichkhun ingin tau.
“Ne?Tidak ada.” Jawabku sambil menatap wajahnya.
“Jadi,bagaimana nona Lee Hae Lin? Apakah kau mau
menikah denganku? Ini ketiga kalinya aku bertanya padamu.” Wajahnya penuh
harap.
“Maaf Oppa.Aku minta maaf.Sangat.” jawabku sambil
memperlihatkan ekspresi sedihku.
“Minta maaf
untuk apa?Kau tidak berbuat salah jika menolakku.Itu hakmu dan aku tidak bisa
memaksamu.Kalau kau tidak bisa menikah denganku kita masih bisa berteman
bukan?” seulas senyum sangat terpaksa terpancar di wajah Nichkhun.
“Aku minta maaf jika aku merepotkanmu dengan sifat
pelupaku,membuatmu marah dengan keegoisan dan sikap manjaku,membuatmu sedih
karena aku berpikiran negatif dan cenderung cuek terhadapmu nantinya.” Jawabku
sambil menatapnya
“Bisa kah Oppa memaafkan semua itu?” tanyaku
Nichkhun menarikku ke dalam pelukannya,membenamkan
wajahku di dadanya yang bidang,mengelus kepalaku dengan tangan kirinya dan
meletakkan tangan kanannya di pinggangku.
Aku diam. Tidak membalas pelukannya.Aku yakin
sekarang dia sedang berpikir untuk menikahi aku atau tidak.
“Hae Lin-ah.” Ucapnya jelas
“Ne Oppa.” Jawabku
“Kau tidak perlu minta maaf untuk semua hal yang kau
sebutkan tadi.Justru seharusnya aku yang berkata seperti itu.” Nichkhun semakin
mengeratkan pelukannya.
“Waeyo?” tanyaku
“Aku akan sering meminta maaf padamu nantinya.Kau
tau kan,aku seorang idol. Dan aku harap kau hanya mengerti satu hal.”
“Apa itu?”
“Kalau semua yang aku lakukan karena tuntutan
pekerjaan dan aku harus bersikap profesional.Bukan karena perasaan pribadi atau
semacamnya.Arrasseo?”
“Tunggu dulu.” Jawabku melepaskan pelukannya
“Ada apa?” tanyanya
“Oppa sungguh-sungguh akan mengikuti acara WGM
sialan itu?”
“WGM sialan?Hahaha Jadi kau sudah dengar ya?”
jawabnya sambil tertawa
“Benar kan? Dan itulah mengapa oppa mengatakan hal
itu barusan.”
Nichkhun tersenyum sangat manis.
“Karena kau sudah tau,aku tidak akan menutupi apapun
lagi darimu. Itu benar dan aku harap kau mengerti Hae Lin-ah. Seperti yang aku
katakan sebelumnya kalau semua yang aku lakukan karena tuntutan pekerjaan dan
aku harus bersikap profesional.Bukan karena perasaan pribadi atau semacamnya.”
“Baiklah,aku akan coba mengerti Oppa.Dan sepertinya
itu sebuah keharusan karena mengingat sebentar lagi aku akan menjadi bagian
dari keluarga Horvejkul.” Jawaku santai
“Gomawo Hae Lin-ah.Terima kasih karena mau hidup
bersamaku.” Nichkhun menarikku kembali dalam pelukannya dan aku membalasnya.
“Kalau bersama denganku terasa berat dan menyakitkan
untukmu,kau boleh pergi Hae Lin-ah.” Ucapnya setengah berbisik.
“Maksud Oppa?” tanyaku
“Bukan apa-apa. Kau akan mengerti nantinya.” Ujarnya
sambil melepas pelukannya.
Aku tersenyum.
*Hae-Lin POV End*
*Author POV*
“Prok..prok..prok..Kereeen sekali.” Seru Jokwon
sambil bertepuk tangan
“Daebak.” Suzy mengacungkan jempolnya
“Seperti di drama-drama ya?” Jia tersenyum lebar
“Cukhahamnida.” JYP terlihat sangat bahagia.
“Kami sangat iri padamu Lin-ah.” Ucap member WG.
“Eo? Ada apa ini?” Tanya Hae-Lin melihat ke
sekililing dan seketika sadar bahwa dirinya dan Nichkhun telah menjadi tontonan
menarik di JYPE Building.
“Lin-ah lihat ke arah sana.” Kata Nichkhun sambil
memutar badan Hae Lin ke arah kanan dan Nichkhun pun melakukan hal yang sama
lalu..
“Chuuu~” Nichkhun mengecup bibir Hae Lin pelan dan
penonton yang tak lain dan tak bukan adalah penghuni JYPE Building
berteriak-teriak heboh tak kalah dengan sinar blitz dari kamera-kamera yang
mengabadikan momen tersebut.
“Kita berhasil hyung.” Kata JunHo tersenyum bangga.
“Apanya yang berhasil? Memang kita melakukan apa?”
Tanya Chansung
“Kalau tadi aku tidak mengatakannya pada Jo Kwon
pasti tidak akan ada kemeriahan ini kan?” Sahut Wooyoung
“Lihat saja nanti bagaimana Hae Lin akan mengamuk.”
Jawab Taecyeon
“Lebih baik kita menjauh teman-teman.” Jun.K memberi
arahan.
“Oppaa.” Ujar Hae Lin malu.
Nichkhun hanya tersenyum nakal melihat Hae Lin
tersipu malu seperti itu.
“Yak Kalian Semua?! Sedang apa di sini? Memangnya
kami tontonan gratis?Hah?! Bubar-bubar.” Hae Lin setengah emosi karena adegan
yang seharusnya romantis berubah menjadi memalukan dilihat banyak orang.
“Hae Lin.” Panggil Ibu Nichkhun
“Tante?” Hae Lin terlihat kaget
“Astaga
bagaimana bisa ada ibunya Nichkhun di sini?Benar-benar memalukan.” pikirnya
“Jangan memanggil Tante lagi,silahkan panggil
“Mommy” dari sekarang.” Ucapnya dalam bahasa Thailand.
“Okay. Mom.” Jawab Hae Lin tersipu malu. Dan
semuanya pun tersenyum.
*3 minggu kemudian*
*Hae Lin’s POV*
“Oppaaa,cepat sedikit.” Teriakku memanggil Nichkhun
yang masih berada di dalam apartemen.
“Sebentar lagi.” Sahutnya dari dalam.
Sudah tiga minggu aku menyandang status sebagai
Nyonya Horvejkul. Sejak hari pernikahan itu,aku mengajukan cuti kuliah selama 1
bulan dengan bantuan Ayahku tentunya. Hari ini kami akan berangkat ke Thailand.
Ya,seperti yang kalian ketahui,Nichkhun bergabung dalam acara WGM dan katanya
akan ada pengambilan gambar di rumahnya. Pertama kali aku mendengar hal ini
empat hari lalu,aku sangat terkejut dan kesal.Bahkan kami sampai bertengkar.
*Flashback 4 hari yang lalu at 4 PM*
“Kau sudah mendengar beritanya?” tanya Nichkhun
sambil memeluk aku dari belakang saat aku sedang mencuci piring sehabis makan.
“Tentang apa?” balasku
“Kalau aku dan victoria ssi akan melakukan
pengambilan gambar di Thailand.”
“Aku baru mendengarnya dari Oppa.” Jawabku cuek
sambil terus meletakkan piring-piring di tempatnya.
“Jangan cemburu ya Lin-ah.”
“Untuk apa? Hanya pengambilan gambar saja kan?”
“Aku harus memperkenalkannya pada saudara-saudaraku
kalau dia istriku.”
Aku menghentikan kegiatanku saat itu juga.Membalikkan
badan,melepaskan pelukannya,dan duduk di sofa ruang tamu.
“Dan Oppa setuju-setuju saja dengan hal itu?”
tanyaku dengan nada kesal sambil menyilangkan tangan di depan dada.
“Tolong jangan mulai lagi.Lagipula,Aku bisa apa
Lin-ah?Memang sudah diatur seperti itu.” Jawabnya sambil duduk di sofa tepat di
sebelahku.
“Apa Oppa memikirkan aku saat menerima “aturan”
itu?” tanyaku agak ketus
“Tentu saja,tapi aku tidak mungkin bilang bahwa aku
sudah punya istri bukan?”
“Kalau memang Oppa memikirkan aku,setidaknya Oppa
bisa meminta adegan tadi dihilangkan bukan malah menerimanya dengan senang hati
dan memberitaukannya kepadaku.” Jawabku dengan nada kesal.
“Senang hati katamu?Yang benar saja.Apa kau marah
karena masalah sepele ini?” tanyanya dengan tatapan menginterogasi.
“Aku tidak marah. Hanya ingin memberitau Oppa saja
kalau Oppa seharusnya bisa menolaknya jika memikirkan aku sebagai istrimu yang
sah,bukannya memikirkan victoriamu yang cantik jelita itu.” Aku berlari ke
kamar tidur,menutup pintu dan menguncinya dengan cepat.
*Hae Lin’s POV End*
*Nichkhun’s POV*
“Senang hati katamu?Yang benar saja.Apa kau marah
karena masalah sepele ini?” tanyaku heran.
“Aku tidak marah. Hanya ingin memberitau Oppa saja
kalau Oppa seharusnya bisa menolaknya jika memikirkan aku sebagai istrimu yang
sah,bukannya memikirkan victoriamu yang cantik jelita itu.” Jawabnya sambil
berlari ke kamar tidur,menutup pintu dan menguncinya dengan cepat sebelum aku
sempat mengejarnya.
“Lin-ah. Buka pintunya?!” kataku sambil mengetuk pintu.
Dia tidak menjawabnya dari dalam sana.
“Kumohon bukalah pintunya Lin-ah.” Pintaku lagi.
Dia tetap tidak menjawab.
“Baik kalau itu maumu. Dengarkan saja apa yang akan
aku katakan.”
Tetap hening tak ada jawaban darinya.
“Aku tidak ingin hal seperti ini terjadi,aku
sungguh-sungguh.Dan aku tau pasti bahwa kau lah istriku yang sah. Kau yang
ingin aku perkenalkan dengan bangga pada keluargaku di sana. Tapi aku yakin
kalau ibuku sudah memamerkan foto-foto pernikahan kita. Jadi,kau tidak perlu
merasa tidak adil kalau VICTORIA SSI bukan VICTORIA KU yang aku
perkenalkan,karena sudah pasti keluargaku tau kalau kau itu ISTRIKU yang
SESUNGGUHNYA.” Aku memberikan penekanan pada kata Victoria dan Istriku yang
sesungguhnya supaya dia tau kalau aku benar-benar tidak menginginkan ini
terjadi.
“Apa Oppa sudah selesai bicara?” sahutnya dari dalam
sana.
“Itu saja jawabanmu? Kau masih marah?” jawabku
“Aku tidak ingin melihat wajah Oppa untuk
sementara.Aku butuh waktu.” Ucapnya.
“Baik kalau itu maumu. Aku akan pergi. Hubungi aku
kalau kau sudah merasa lebih baik.” Kataku sambil memegang pintu kamar tidur.
Tidak ada jawaban dari Hae Lin. Sepertinya dia
benar-benar marah.
“Yah,terpaksa
malam ini aku tidur di dorm.” Batinku sambil berjalan
ke arah pintu apartmen dan pergi ke dorm 2PM.
*Nichkhun’s POV End*
*Hae-Lin’s POV*
“Lin-ah. Buka pintunya?!” kata Nichkhun sambil
mengetuk pintu.
“Untuk
apa aku membuka pintu? Aku tidak ingin melihat wajah Oppa untuk saat ini.”
Batinku
“Kumohon bukalah pintunya Lin-ah.” Pintanya lagi.
“Ayolah
Lin-ah.Kau bisa,jangan buka pintunya. Ingat,dia sudah membuat kesabaranmu habis
bukan?” Ucapku dalam hati.
“Baik kalau
itu maumu. Dengarkan saja apa yang akan aku katakan.”
“Aku
tidak butuh penjelasanmu Oppa. Paling-paling dia hanya bilang itu hanya acara
hiburan. Bla bla bla. Sudah bosan aku mendengarnya.” Batinku
“Aku tidak ingin hal seperti ini terjadi,aku
sungguh-sungguh.Dan aku tau pasti bahwa kau lah istriku yang sah. Kau yang
ingin aku perkenalkan dengan bangga pada keluargaku di sana. Tapi aku yakin
kalau ibuku sudah memamerkan foto-foto pernikahan kita. Jadi,kau tidak perlu
merasa tidak adil kalau VICTORIA SSI bukan VICTORIA KU yang aku
perkenalkan,karena sudah pasti keluargaku tau kalau kau itu ISTRIKU yang
SESUNGGUHNYA.” Nichkhun memberikan penekanan pada kata Victoria dan Istriku
yang sesungguhnya.
“Apa
maksudnya?” Pikirku.
“Apa Oppa sudah selesai bicara?” jawabku.
“Itu saja jawabanmu? Kau masih marah?” jawabnya
“Aku tidak ingin melihat wajah Oppa untuk
sementara.Aku butuh waktu.” Ucapku.
“Baik kalau itu maumu. Aku akan pergi. Hubungi aku
kalau kau sudah merasa lebih baik.” Jawabnya.
*at 5 PM*
Aku menempelkan telingaku pada pintu,sepertinya
sudah hening.Aku rasa dia sudah pergi.
“Ceklek” Aku membuka pintu kamar dan mendapati
ruangan ini terasa sepi yang artinya dia sudah pergi.
Aku membuat teh madu hangat,dan duduk di ruang tamu.
“Aku
tidak ingin hal seperti ini terjadi,aku sungguh-sungguh.Dan aku tau pasti bahwa
kau lah istriku yang sah. Kau yang ingin aku perkenalkan dengan bangga pada
keluargaku di sana. Tapi aku yakin kalau ibuku sudah memamerkan foto-foto
pernikahan kita. Jadi,kau tidak perlu merasa tidak adil kalau VICTORIA SSI
bukan VICTORIA KU yang aku perkenalkan,karena sudah pasti keluargaku tau kalau
kau itu ISTRIKU yang SESUNGGUHNYA.”
Kata-kata itu masih teringang-ngiang di pikiranku.
“Benarkah
apa yang dikatakannya?Sejauh ini dia tidak pernah berbohong.” Pikirku.
“Aaah~ aku harus membuktikannya sendiri.” Ucapku.
Akupun meraih ponsel dan menekan angka 5 panggilan
cepat untuk Daddy. Untuk urusan seperti ini aku lebih senang cerita dengannya.
Karena jika kedua orang tuaku tau yang ada aku hanya mendengarkan ceramah
mereka selama 10 jam tiada henti.
“Tuuut” Terdengar nada sambung dari seberang sana.
“Yeboseyo Lin-ah.”
“Daddy” ucapku lirih
“What’s happened? It is about our khun?”
“Begitulah.” Jawabku
“Ada apa lagi? Kau mau mengeluh lagi karena Nichkhun
akan pergi bersama Victoria ke Thailand?”
“Aku sampai bertengkar dengannya barusan.”
“Oh My Darling,what’s on your mind? Haruskah sampai
bertengkar?”
“Aku hanya tidak suka jika si Victoria itu
menggantikan posisiku Dad.”
“Listen to me Lin-ah. Waktu kau melihat episode
pertama WGM itu kau mengeluh,kedua,ketiga dan seterusnya kau selalu
mengeluh.Itu hanya sebuah acara hiburan Lin-ah.”
“Daddy,mood ku sedang tidak bagus untuk mendengar ceramahmu hari ini.”
“Jadi? Untuk apa menghubungi aku?” Tanyanya
“Help me please.” Pintaku
“How?” jawabnya
“Ijinkan aku ke Thailand dan jangan biarkan Nichkhun
satu pesawat dengan Victoria.”
“Bagaimana bisa aku melakukan hal itu darling?”
“Kalau daddy tidak bisa,tidak mungkin aku minta
tolong.Jebalyo.” Aku merengek
“Baiklah,Daddy akan berusaha.Tapi Daddy tidak
berjanji ya darling.”
“Huwaaa~ Gomawoyo Daddy.” Jawabku setengah teriak.
“Seperti menang
undian saja kau. Daddy akan mengubungimu untuk kepastiannya.”
“Okay.Thanks my beloved Daddy.Aku tutup teleponnya
ya.” Jawabku riang.
“Hmmm..Baik,mari kita lihat reaksimu Oppa saat kau
tau apa yang akan terjadi nantinya.” Aku tersenyum puas kali ini.
*At 11 PM KST*
Sudah hampir 6 jam aku menunggu kabar dari Daddy.
Bisa atau tidak? Hal itu terus yang ada di pikiranku. Aku berjalan
mondar-mandir ke kanan ke kiri menunggu ada panggilan masuk atau pesan dari
Daddy. Sejauh ini belum ada kabar. Bisakah?
“Drrrrtttt..Drrrrttt..” Hp ku bergetar ada 1 pesan
masuk
Dengan cepat ku raih ponselku dan membukanya.
1 Pesan dari Daddy
“Lin-ah.
Pesawat Nichkhun berangkat ke Thailand pukul 09.30 KST. Sebagian kru WGM
berangkat 11.30 KST.Sedangkan sisanya bersama Victoria pukul 14.30 KST. Dan tiket
kalian berdua di urus manajer kami. Hanya itu yang bisa Daddy usahakan.Maaf
tidak banyak membantumu,darling.”
Aku melompat-lompat kegirangan membaca pesan ini.
Bahagia rasanya punya seseorang yang bisa diandalkan di saat-saat seperti ini.
Aku pun membalas pesannya.
“Gomawoyo
Daddy. You’re the best. Daebak. Two thumbs up J”
“Saatnya
membuktikan alibimu Oppa.” Pikirku sambil tersenyum puas.
*at 2PM’s Dorm 11.30 PM*
*Author’s POV*
“Khun hyung benar-benar tidak akan pulang malam
ini?” Tanya Chansung
“Pengantin baru memang begitu.” Timpal JunHo.
“Mau bagaimana lagi?” Ucap Nichkhun pasrah.
“Kasian sekali kau. Harusnya berhati-hati dengan
tingkah lakumu. Hae Lin kan terkadang tidak bisa ditebak.” Ujar Taecyeon.
“Aku tidak melakukan kesalahan Taec,ya mungkin saja
dia memang benar-benar marah.” Balas Nichkhun
“Itu artinya dia menyayangimu Khun. Dia tidak ingin
kau dimiliki orang lain. Seharusnya kau senang.” Kata Jun.K
“Sudahlah. Khun hyung,mari tidur.Sudah 3 minggu Khun
Hyung tidak di sini. Aku rindu.” Kata Wooyoung seraya memeluk Nichkhun.
Nichkhun hanya membalasnya dengan senyuman khasnya.
“Drrrttt..Drrrtt..”
“Ponsel siapa itu?” tanya Taec
“Aku.” Jawab Nichkhun.
“Siapa hyung?” tanya wooyoung ingin tau.
“Uri
Hae Lin-ah” begitulah yang tertera di layar ponsel
Nichkhun.
“Aaah~ Hae Linie. Ssssttt.. Diam semuanya.” Jun.K
memberi aba-aba untuk diam.
“Yeboseyo” Nichkhun menjawab
“Oppa.” Jawab Hae Lin dari seberang sana dengan nada
ceria.
“Ne? Ada apa?” jawab Nichkhun
“Oppa,kembalilah ke sini.Aku takut sendirian.” Ucap
Hae Lin.
“Mworago?” balas Nichkhun
“Oppa tidak mau? Ya sudah. Aku tutup du..”
sambungnya
“Tunggu Hae Lin-ah.Oppa akan ke sana secepatnya.”
Nichkhun menyela
“Baiklah. Hati-hati di jalan.” Jawabnya terdengar
sangat bahagia.
“Khawp khun khab (Terima kasih). Phom
rak khun (Aku mencintaimu). Aku tutup dulu ya.” kata Nichkhun mengakhiri
pembicaraan.
“Aku pergi dulu kawan-kawan.” Nichkhun meraih
mantelnya dan segera berlari.
*Author’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
“Khawp khun khab (Terima kasih). Phom
rak khun (Aku mencintaimu). Aku tutup dulu ya.” Jawab Nichkhun Oppa dari
seberang sana.
“Terima
kasih untuk apa? Oppa pikir aku sudah tidak marah ya? Memang tidak.”
Pikirku sambil tersenyum sendiri memikirkannya.
“Aku
Mencintaimu.”
“Mudah sekali mengatakan kalimat itu.” Ujarku pada
diri sendiri.
5 menit kemudian Nichkhun sudah berada di depan
pintu apartemen. Dorm 2PM letaknya persis di belakang gedung apartemen kami.
Supaya fans tidak curiga.
“Ini aku.” Ujar suara Nichkhun dari intercom.
“Masuk Oppa,tidak aku kunci dengan password.”
Jawabku
“Hae Lin-ah.” Nichkhun memanggilku sambil tersenyum
sangat manis. Senyum yang biasa dia pamerkan saat acara fansigning atau
fansmeeting.
“Ne Oppa.” Balasku dengan wajah bahagia.
“Oppareul Bogoshipeosseo (Rindu Oppa)?” tanyanya
mencoba untuk tidak mengungkit apapun yang telah terjadi. Karena dia tau aku
akan kembali marah jika ada yang mengungkitnya.
“Aniyo.” Balasku datar
Terlihat ekspresi bingung di wajahnya.
“Oppa. Duduklah.” Ucapku sambil menepuk-nepuk sofa
di sebelahku.
“Kau sudah mengantuk?” tanyanya sambil duduk di
sebelah kananku
“Belum.” Jawabku sambil mengaitkan tanganku di
lengannya dan merebahkan kepalaku di pundaknya.
Nichkhun mengambil nafas panjang dan membuangnya.Itu
menandakan sedari tadi dia gugup.
lalu meletakkan kepalanya di kepalaku.
“Oppa.” Panggilku
“Ne?”
“Kapan Oppa akan ke Thailand untuk syuting WGM
sialan itu?”
“Eo?” Nichkhun kaget karena kepalanya langsung tegak
sedetik kemudian.
“ 4 hari lagi. Kenapa?”
“Bolehkah aku ikut bersamamu?” Masih tetap pada
posisiku.
Nichkhun diam sejenak seperti sedang berpikir untuk
menjawab.
“Kena
kau Oppa.” Batinku
“Tentu saja sangat boleh kau ikut.” Jawabnya yakin.
“Jinjjayo?” tanyaku sambil menatap matanya berusaha
mencari ekpresi keterpaksaan atau kegugupan ataupun kebohongan tapi tidak
kutemukan.
“Ne. Kenapa tidak? Aku senang kau mau ikut. Tapi apa
tidak masalah kalau kita satu pesawat dengan Victoria ssi?”
“Satu pesawat ya?” ucapku dengan ekspresi pura-pura
bingung.
“You
have one message” begitulah suara dari ponsel Nichkhun
yang menandakan ada pesan.
“Bukalah.” Kataku
1 pesan dari Manajer
Hyungnim
“Pesawatmu
berangkat ke Thailand pukul 09.30 KST. Sedangkan Victoria pukul 14.30 KST.”
“Inilah
saatnya. Mari kita lihat reaksimu Oppa.” Batinku sambil
tersenyum.
“Dari siapa?” tanyaku pura-pura ingin tau.
“Manajerku. Katanya Victoria ssi tidak satu pesawat
denganku.” Jawabnya
“Lalu?” Aku sangat ingin tau bagaimana reaksinya.
“Kenapa harus diubah jadwal penerbangannya?”
Nichkhun tertunduk seperti menyesal.
“BINGO. Lihat
kan reaksimu? Apanya yang bersungguh-sungguh menganggap aku istrimu? Baru
begitu saja kau sudah kecewa.” Pikirku saat melihatnya
“Op..” Aku sudah bersiap-siap akan marah padanya.
“Padahal aku ingin mengenalkanmu padanya.” Lanjutnya
“Mworagoyo? Oppa tidak salah bicara?” jawabku sangat
kaget.
“Tidak. Aku ingin kalian menjadi teman baik. Supaya
kau bisa tau dia orang seperti apa dan tidak cemburu lagi padanya.” Katanya
sambil tersenyum membayangkan hal itu.
“What
the hell?Sudah gila Oppa rupanya.Aku?Ber-TE-MAN dengan Victoria? Jangan harap.”
Batinku
“Apa?Cemburu?Aku tidak begitu Oppa.” Aku
mengibas-ngibaskan tanganku tanda tidak setuju.
“Kau berbohong Lin-ah.” Jawabnya dengan sangat
yakin.
“Aku mau pergi tidur.” Ucapku sambil berdiri sebelum
Nichkhun memergoki mukaku yang seperti kepiting rebus.
“Bersamaku kan.” Nichkhun merangkul pundakku dan
pergi ke kamar tidur kami bersama-sama.
*Flashback end*
“Ayo berangkat.” Sahut Nichkhun dari dalam sambil
berjalan ke luar dan tersenyum.
“Aku
sadar mungkin ini hanya awal dari penderitaanku selama beberapa hari ke depan.”
Batinku.
*at Nichkhun’s Home – Thailand*
“Sawadikab” “Sawadika” ujarku dan Nichkhun
bersama-sama saat kami tiba di rumah Nichkhun.Sepengetahuanku,saat ini baru ada
keluarga dari pihak Ayahnya sedangkan dari pihak Ibunya belum tiba aku rasa.
“Oppa,rumahmu ramai sekali. Berbeda waktu aku ke
sini dulu 12 tahun lalu.” Bisikku pada Nichkhun
“Tentu saja. Semua keluarga besarku ada di sini.”
Dia menyikutku.
“Oh?! Hello Grandma,how are you?” sapaku pada nenek
yang sudah 12 tahun tidak aku temui.
“Khun-ah,Ta shi shei (Dia siapa)?” tanya nenek dalam
bahasa mandarin.
Membuatku hanya menebar senyum tak jelas tanda tidak
mengerti.
“Ta shi wo de ai ren (Dia istriku). Hae Lin.” Jawab
Nichkhun sambil merangkul pundakku.
“Ni Hao (Apa kabar).” Hanya kata itu dan “xie-xie”
saja yang aku tau.
“Aaah~ Hae Lin. How are you? Oh My God,sorry i just
rememberred that you’re the cute little girl 12 years ago.Now you’re look a
like beautiful woman,but still cute as always.” Ujar Nenek Nichkhun. Akhirnya
dia mengingatku juga.
“Thankyou grandma.You too,still look so beautiful. A
beautiful grandma i’ve ever seen.” Balasku dengan senyuman.
“Please look to my handsome grandson. He is really
love you.” Ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Nichkhun. Dan
alhasil Nichkhun hanya tersipu malu melihat tingkah neneknya itu.
“Of course. It’s my pleasure,grandma.” Jawabku
semakin menggodanya.
“Grandma,we are gonna take a rest for a little.” Kata Nichkhun
sambil menenteng koper kami.
“Yes. Take a rest,my baby.” Jawabnya sambil mengelus
kepalaku dan pergi ke arah depan rumah.
“Eomonim eodiga?” tanyaku.
“Mollayo.” Jawabnya
“Hae Lin.” Panggil seseorang dari arah lantai 2.
“Mom.” Sahut Nichkhun dan aku bersamaan.
“Just arrived?” tanyanya sambil berjalan menuruni
tangga.
“As you see,Mom.” Jawab Nichkhun
“Tidak juga Mom.” Jawabku
“Istirahatlah di sana. Saudara-saudaramu sedang
keluar sebentar.Ibu ke sana dulu ya.” Kata Ibu Nichkhun meninggalkan kami.
“Apa kopernya berat Oppa?” Tanyaku agak khawatir
saat melihat Nichkhun mengangkat 3 koper besar sekaligus.
“Tidak. Aku kan kuat.” Jawabnya sambil
memperlihatkan otot lengannya yang besar.
“Oppa.” Panggilku saat aku ada di 1 anak tangga di
atasnya
“Ne?” jawabnya sambil menatap ke arahku.
“Chuup.” Aku mengecup bibirnya singkat.
“Hwaiting YEOBO?!” kataku sambil mengepalkan tangan
dan tersenyum nakal. Lalu buru-buru aku pergi sebelum mukaku menjadi semerah
apel.
Itulah saat terakhir aku bersenang-senang dengannya.
Karena,kurang lebih 3 jam kemudian Kru WGM sialan itu sudah mulai berdatangan
dan meletakkan peralatan syuting di sana sini. Sibuk mengatur ini dan itu,
berbincang-bincang dengan sanak saudara Nichkhun yang bahkan aku pun belum
sempat bicara banyak pada mereka karena aku ketiduran akibat jetlag.Saat aku
bangun Nichkhun sudah tidak ada di sampingku,tentu saja sekarang dia juga
sedang sibuk.Sibuk menghapal skrip,sibuk latihan adegan-adegan yang harus dia
lakukan,belum lagi belum merias dirinya. Tapi,sejauh ini aku belum melihat si
Victoria itu. Belum datang sepertinya.
Aku menuruni anak tangga dan berniat mencari
Nichkhun Oppa. Hanya ingin tau saja dimana keberadaannya. Aku mencari di sekitar
dapur tidak ada,di halaman belakang pun tidak. “Ya mungkin dia sedang dirias” Batinku. Aku melangkah malas untuk
kembali ke kamarku,setidaknya di sana lebih tenang.
“Bruuuuuk.” Seseorang menabrakku dari belakang dan
sepertinya dia sedang terburu-buru hingga tidak melihat aku ada di depannya.
“Choisonghamnida.” Katanya sambil berusaha bangun.
Seorang perempuan ternyata.
“Gwaenchanseumnida.” Jawabku sambil berbalik.
“Kau bisa bahasa Korea?” tanyanya ketika dia
berhasil bangun dan menegakkan kepalanya.
“AS-TA-GA.Seorang
Victoria baru saja menabrakku.Sial.” batinku.
“Pardon?Oh,no. I can’t speak korean well. I just
knew that “Choisonghamnida.” means sorry and “Gwaenchanseumnida.” means i’m
okay.” Jawabku berpura-pura aku tidak bisa bahasa korea,karena aku malas bicara
dengannya. Dan sepertinya dia agak kebingungan dengan jawabanku tadi.
“Aah~. Yes. And Sorry.” Balasnya sambil tersenyum.
“Cihh,senyum
itu yang diperlihatkannya pada Nichkhun di episode kedua.”
Pikirku
“Victoria.” Panggil salah seorang staff.
“Excuse me.I have to go.And once again I’m sorry.”
Katanya.
“No problem.” Jawabku memaksakan seulas senyum di
bibirku.
Aku berjalan kembali menaiki anak tangga menuju ke
kamarku.
“Sial.Mengapa
harus bertemu dia dengan cara seperti itu?Mimpi buruk baru saja dimulai.” Pikirku.
“Kau tidak mencariku?” Suara Nichkhun tepat berada
di telinga kananku membuat bulu kuduk ku berdiri seketika. Dia langsung memeluk
pinggangku.
“Oppaa.Apa yang kau lakukan?Kalau ada yang melihat
bagaimana?” Jawabku sambil merasakan detak jantungku yang masih berdetak sangat
cepat dan berusaha melepaskan pelukannya.
“Tidak apa-apa. Aku bisa bilang pada mereka kau itu
istriku.” Jawabnya santai
“Ne?! Oppa sudah tidak waras rupanya.” Ucapku sambil
berjalan ke arah pintu kamar kami.
“Aku hanya bercanda.” Balasnya sambil memelukku
erat.
“Tetap saja tidak boleh melakukan hal seperti tadi
lagi.Arrasseo?” Kataku dalam pelukannya yang hangat.
“Baik Tuan Putri.” Jawabnya dengan nada yang nakal
dan menggoda.
Sikapnya yang seperti ini sungguh membuatku ingin
menghentikan waktu yang berputar saat ini juga.Tapi aku tau,ini hanyalah
sebagai ganti rugi karena dia akan membuatku jengkel setengah mati nantinya.
Kami saling bertatapan selama beberapa detik dan
kemudian Nichkhun mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku. Terasa semakin
dekat,aku bisa merasakan hembusan nafasnya semakin dekat dengan wajahku. Dan
sedetik kemudian..
“Yak?! Kalian jangan mesum di depan pintu. Lakukan
di dalam kamar saja lah.” Suara Nichan membuyarkan semuanya.
“Hey Big Bro.” Nichkhun segera menghampiri dan
memeluknya Nichan
“Adik ipar.” Panggilnya
“Ya?” jawabku. Dan Nichan memelukku erat seperti
sedang rindu.
“Apa kabarmu?” Tanyanya dalam bahasa Thailand sambil
melepaskan pelukannya
“Definitely fine.” Jawabku sambil tersenyum.
“Nichkhun ssi.” Panggil seseorang dari bawah sana
dan aku kenal sekali suara manja itu.
“Tunggulah di bawah Victoria ssi.” Jawab Nichkhun
Aku memalingkan wajahku.Sebal.Tidak tahan bila harus
melihatnya secara langsung.
“Hae Lin-ah.” Panggil Nichkhun.
“Ne?” balasku
“Tahan rasa cemburumu ya. Kali ini saja.” katanya
sambil mengelus kepalaku pelan.
“Memangnya kapan aku cemburu? Dasar Oppa. Pergi
sana.” Tukasku
“Hey kalian berdua. Gunakan bahasa Thailand yang
baik dan benar saat ada di sini. Jangan bahasa Korea,aku tidak mengerti.” Ujar
Nichan.
“Sorry, I can’t.” Jawabku setengah menggoda.
“English,not bad.” Balasnya.
“I’m gonna take a bath now, Bro. Call me at dinner’s
time. Ok?” Tanyaku
“Of course Princess.” Senyumnya tak kalah manis dari
Nichkhun.
“Lebih
baik aku tinggal di dalam kamar,dibanding harus melihat si Khuntoria itu
bersenang-senang.” Pikirku.
*Hae Lin’s POV End*
*Dinner’s Time*
*AUTHOR’S POV*
Sudah saatnya makan malam setelah melakukan
pengambilan gambar selama kurang lebih 3 jam hanya untuk beberapa scene saja.
Para kru WGM tidak perlu merasa khawatir akan kelaparan,karena tentu saja fans
Nichkhun yang ada di Thailand dengan senang hati akan membuatkan makan malam
yang enak.
Ibu Nichkhun secara khusus memasak makan malam
untuk keluarga yang hadir di situ.Meja
makan sudah tertata rapi dengan piring,gelas,sendok dan garpu tidak lupa
lilin-lilin untuk mempercantik meja makan mereka yang bergaya vintage dan
hidangan utamanya makanan khas Thailand yang terkenal dengan rasa pedasnya.
“Hae Lin.” Nichan memanggil Hae Lin dari luar pintu
kamar.
“Hey Bro.” Sapa Hae Lin yang keluar dari kamar
dengan menggunakan minnie dress ungu tanpa lengan motif pita sepaha dipadukan
dengan stocking hitam polos serta make up tipis yang membuat wajahnya kelihatan
cantik natural.
“Nichan?” Panggilnya yang melihat Nichan seolah baru
saja melihat kucing berpelukan dengan anjing.
“Ya?Aah Maaf Hae Lin. Aku tidak tau kalau kau bisa
secantik ini.” Jawabnya sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak
gatal.
“Bisa saja Kakak Iparku ini.” Balasnya
“Mari turun,makan malam sudah siap Tuan Putri.” Ajak
Nichan sambil mengangkat lengan tangannya bak seorang pangeran yang akan mengajak
gadisnya ke altar pernikahan.
Hae Lin menyambut baik ajakan itu. Hae Lin
mengaitkan lengannya di lengan Nichan,merasa seperti ada kakak yang siap
melindungi adiknya. Hae Lin dan Nichan cukup dekat,karena Nichan lebih sering
bergaul dengan Hae Lin dibanding Nichkhun.
Mereka berdua berjalan menuruni tangga. Seandainya
ini adalah sebuah adegan dalam drama Hae Lin yakin semua mata akan tertuju
padanya dengan tatapan iri dan berbisik-bisik bahwa mereka adalah pasangan yang
serasi.Tapi nyatanya,yang Hae Lin dapat hanyalah tatapan bingung,terkejut,dan
ingin tau dari semua mata yang sedang melihatnya saat ini.
*Author’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
“Kak,aku rasa semua orang menatap kita dengan
tatapan curiga.” Bisikku pada Nichan saat kami berjalan 4 anak tangga terakhir
“Tentu saja. Kau cantik. Pasti mereka iri.” Jawabnya
santai
“Bukan itu,lihat raut wajah Nichkhun dan Mom seperti
tidak menyangka.” Balasku
“Mereka hanya tidak pernah melihat penampilanmu yang
seperti ini. Tenang saja,mereka tidak berpikiran macam-macam.” Jawab Nichan
sambil menepuk-nepuk punggung tanganku pelan.
Saat ini kami sudah tiba di depan meja makan.Nichan
juga sudah melepaskan kaitan lengan kami.Dan hal pertama yang aku lihat adalah
si Victoria sudah duduk di sebelah Nichkhun. Ya tentu saja seperti itu,ini kan
bagian dari syuting mereka pastinya karena lampu kamera masih menyala.”Untuk BTS (Behind The Scene) mungkin.” Batinku
“Aah,Miss. Are you rememmber me?” Tanya Victoria
padaku.
“Mworago?
Ingin mencoba mengajakku bicara? Jangan pernah berpikir aku akan jadi temanmu.”
Batinku.
“Sorry?” Jawabku singkat.
“Nichkhun ssi. Tolong terjemahkan kalau tadi aku
menabraknya.Dan aku minta maaf.” Pintanya manja dalam bahasa Korea.
“Ciih,dia
pikir aku tidak mengerti apa yang dikatakannya?”
Pikirku.
Nichkhun memberi aba-aba padaku untuk menjawabnya.
Tapi aku berpura-pura tidak mengerti dan memilih untuk menatap makanan yang ada
di meja makan.
“My beloved daughter,please sit down hear darling.”
Ujar Mom memberi aba-aba untuk duduk di sebelahnya.
“Yes?” Sahutku sambil melirik Nichkhun yang
menggeleng-gelengkan kepalanya pelan yang artinya “tidak boleh” dan menggerakan
bola matanya ke samping agar aku duduk di sebelah kirinya.
“It is my pleasure Mom.” Jawabku sambil melirik
Nichkhun sebentar lalu berlalu dan duduk di kursi pilihan Mom yang posisinya
tepat berhadapan dengan Nichkhun.Nichan lah yang duduk di sebelah kiri
Nichkhun.
Setelah aku duduk Nichkhun menatapku dan seperti
berkata “What’s wrong with you?” dengan ekpresi wajahnya.
“Let’s eat everybody. Eat well.” Ucap ayah Nichkhun
dan makan malam terburuk sepanjang masa pun dimulai.
Aku melihat Nichkhun sangat perhatian pada Victoria.
Memberinya lauk,saling bertukar suapan,saling bertatapan dan tersenyum seolah
dunia milik mereka berdua. Sungguh
memuakkan untuk dilihat.Yang tadi aku sebutkan memang bagian dari adegan untuk
WGM sialan itu. Tapi haruskah melakukannya tepat di depan mataku?Membuatku
kehilangan selera makan.
“Makan ini Lin-ah.” Nichkhun memberikan sepotong
cumi pedas yang sangat aku favoritkan saat Victoria sibuk menyiapkan suapan
berikutnya.
“Thanks” Jawabku datar tanpa melihatnya.
“Nichkhun ssi,geu nyeo ga nuguseyo (Nichkhun,siapa
gadis ini)?” tanya Victoria yang sadar kalau aku menerima sepotong cumi dari
suami visualnya itu.
Nichkhun terdiam sesaat,menatapku,Mom,dan yang
lainnya secara bergantian. Tidak tau harus menjawab apa.
“She is Clairiene Lee. My girlfriend.” Ucap Nichan
yang tiba-tiba menyadari kalau Nichkhun sedang terjepit.
“Oh?! Your girlfriend? She is so beautiful.” Sahut
Victoria.
“Nice to meet you Clairiene.” Senyumnya padaku.
“I’m
not glad to see you Vic.” Batinku sambil tersenyum paksa.
Memanggilnya “eonni” pun aku malas rasanya.
“Are you korean?” Tanya nya lagi.
“Banyak
bertanya sekali orang ini.” Pikirku.
“Yes.” “No.” Aku dan Nichkhun menjawab bersamaan
,Aku menjawab No dan Nichkhun menjawab Yes seketika itu juga membuat Victoria
bingung lalu menatap kami berdua bergantian.
“She is not pure Korean. She is Eurasian,Vic.” Jelas
Nichan.
“Ooh, i see.” Senyumnya lagi.
Kalau saja tidak ada Nichan entah apa yang akan
terjadi berikutnya,aku tidak bisa membayangkan.Seketika itu juga ada ide nakal
di kepalaku yang akan membuat Nichkhun kesal sepertinya.
“My beloved Nichan.Open your mouth.Aaah” Ucapku
sambil tersenyum nakal.Aku berlagak akan menyuapi Nichan layaknya sepasang
kekasih yang sedang jatuh cinta.
Nichan tersenyum yang berarti dia mengerti apa yang
aku lakukan dan dengan segera membuka mulutnya lalu makan makanan yang aku
berikan padanya.
Nichkhun yang melihat hal itu hanya memasang
ekspresi datar. Dia berhasil menguasai emosinya kurasa.
“Rasakan
kau Oppa.” Batinku sambil mengelurakan lidah untuk
mengejeknya(mehrong).
“ Thanks for the food Mom dan Dad. I’m full. Excuse
Me.” Ucapku sambil berdiri dan mengambil ancang-ancang untuk pergi.
“Me too.” Sahut Nichkhun dan langsung berdiri.
“Ikut aku sebentar Nyonya Horvejkul.” Ajaknya
setengah memaksa dalam bahasa Thailand supaya si Victoria tidak mengerti.
Awalnya kami hanya jalan biasa,namun saat mendekati
tangga ke lantai atas yang sepi penonton(?) Nichkhun langsung menarik tanganku
dengan kasar dan membawaku berlari secepat kilat ke dalam kamar kami.
*Hae Lin’s POV End*
*Nichkhun’s POV*
“Sudah
cukup. Aku akan menyuruhnya pulang hari ini juga.” Batinku.
Aku langsung
menarik tangannya dengan kasar dan membawanya berlari secepat kilat ke dalam
kamar kami sebelum ada yang melihat.
“Hae Lin.” Ucapku
“Ne?” Jawabnya dengan nada tidak merasa bersalah
atas apa yang dilakukannya tadi.
“Ne jawabmu? Yang benar saja. Kau tidak minta maaf?”
balasku
“Minta maaf? Untuk apa?Memangnya aku berbuat salah
sampai harus minta maaf pada Oppa?” Jawabnya santai.
“Lin-ah.Aku tidak suka pakaianmu seperti ini. Kau sudah
punya suami,bisa-bisanya memakai pakaian minim bahan seperti ini di depan
laki-laki lain.” Kataku dengan nada bicara yang terdengar sebiasa mungkin.Aku
harus menahan emosi jika tidak ingin ada yang curiga.
“Itu saja?Baiklah. Aku minta maaf.Lain kali tidak
akan kupakai lagi baju ini.Kubuang saja.Oppa puas?” Jawabannya benar-benar
memancing emosiku kali ini.
“Yak?! Nyonya Hae Lin Horvejkul. Kau ini kenapa?
Sudah salah berpakaian,tingkah lakumu juga tidak menyenangkan.Kenapa lagi?Marah
lagi?” Tanyaku dengan nada kesal. Aku sudah tidak bisa menahan emosiku lagi.
“ Aku marah?” Balasnya singkat.
Lalu kami terdiam beberapa detik sebelum perang
dunia ketiga benar-benar terjadi.
“IYA,AKU MARAH.AKU TIDAK SUKA APAPUN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN SI VIC ITU.WAJAHNYA,SENYUMNYA,SIKAPNYA. APALAGI SETELAH
MELIHATNYA SECARA LANGSUNG.AKU TIDAK INGIN BERADA DI SATU TEMPAT YANG SAMA
DENGANNYA.” Hae Lin setengah berteriak dan berusaha mencegah tangisannya
keluar.
Aku melihat matanya merah,tangannya gemetar,dan dia
menggigit bibir bawahnya.Sebegitu menyebalkannya kah Victoria ssi sehingga Hae
Lin membencinya?
“Lalu kau pikir aku suka dengan semua itu?” Tanyaku
berusaha tetap menjaga volume suaraku.
“Terlihat seperti ii-iitu.” Suaranya bergetar.
“Aku melakukan apa yang ditulis dalam SKENARIO. Kau
sendiri kan tau hal itu Lin-ah.” Jawabku jujur.
Dia diam tidak menjawab.
“Kau sendiri? Kau pikir apa yang kau perbuat?
Memakai baju seksi itu lalu berjalan bak di altar pernikahan bersama
Nichan,bersikap seolah-olah kalian sedang jatuh cinta. Suamimu itu aku bukan
dia.” Kali ini aku benar-benar mengeluarkan apa yang ada dalam pikiranku.
“Oppa sadarkah? Dia itu penghiburku di saat yang
seharusnya menghibur malah membuat hatiku sakit.Aku menyesal ada di sini.”
Jawabnya sambil menatapku dan berusaha menahan air mata yang sudah hampir
mengalir dari ujung matanya.
“Penghibur apanya?Ciih. Memangnya siapa yang
menyuruhmu ikut denganku ke sini?Itu keinginanmu sendiri kan?Sebagai suami yang
baik aku hanya memenuhi keinginanmu saja Lin-ah.” Balasku dengan nada kesal.Aku
jadi emosi mendengar ucapannya barusan.
“Baik. Itu memang keinginanku dan sekarang aku sadar
kalau itu bukan keinginanmu. Dari awal yang kau inginkan hanya si VICTORIAMU
itu. Aku pergi. Jangan cari aku.Hiks hiks.” Jawabnya sambil langsung mengambil
kardigan ungu dan tas nya lalu keluar secepat mungkin dari kamar ini dan pergi
keluar entah kemana. Dan aku hanya berdiri mematung di dalam kamar ini mencoba
mencerna perkatannya tadi.
“Dari
awal yang kau inginkan hanya si VICTORIAMU itu .Aku pergi. Jangan cari aku.Hiks
hiks.” Suara itu terdengar jelas dalam pikiranku.
“Dia
menangis.” Batinku.
*Nichkhun’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
“Memangnya
siapa yang menyuruhmu ikut denganku ke sini?Itu keinginanmu sendiri kan?Sebagai
suami yang baik aku hanya memenuhi keinginanmu saja Lin-ah.”Balasnya
dengan nada kesal.
Perkataan itu benar-benar membuat hatiku sakit.
Memangnya dia pikir aku melakukan ini demi siapa? Bisa-bisanya mengatakan hal
yang sudah pasti membuat aku akan terlihat menyedihkan. Menyudutkan aku begitu
saja.Baiklah kalau begitu. Sekarang aku paham apa yang dia inginkan.
“Baik. Itu memang keinginanku dan sekarang aku sadar
kalau itu bukan keinginanmu. Dari awal yang kau inginkan hanya si VICTORIAMU
itu. Aku pergi. Jangan cari aku.Hiks hiks.” Jawabku sambil langsung mengambil
kardigan ungu dan tas milikku lalu keluar secepat mungkin dari kamar ini dan
pergi keluar entah kemana.
Nichkhun hanya berdiri mematung di dalam kamar ini.
Aku yakin dia tidak peduli padaku. Toh,ada si Victoria itu di sini.
Aku berlari secepat mungkin.Berusaha untuk tidak
terlihat oleh siapapun di rumah ini.
Tes
tes tes. Ada air mata di punggung tanganku. Aku menangis.Air
mata kekesalanku akhirnya membuncah(?) keluar. Aku mencari tangga yang mengarah
ke gudang dekat halaman belakang lalu pergi lewat pintu gerbang samping. Aku
memberhentikan taksi.
“Where are you going miss?” tanya sang supir taksi.
“Chao Phraya River,Mister.” Jawabku.
“Get in.” Suruhnya
*At Chao Phraya River*
“Thankyou Mister.” Kataku pada sang supir sambil
membayar ongkos taksi.
“It is my pleasure.Can i ask you something miss?”
tanyanya
“What’s that?”
“Do you think to do suicide here?”
“What?No Mister.” Jawabku sambil mengibas-ngibaskan
tangan.
“You look so sad and depressed. It’s good to hear
that you won’t do such a scary thing here.”
“I just need some fresh air. I thought this place
first on my mind.”
“Okay miss. Have fun here.”
“Thankyou Mister.” Balasku sambil turun dari taksi.
Angin di sini cukup kencang,itulah mengapa aku suka
berada di sini.Indah.Tenang.Tempat ini sudah sepi,wajar saja sudah pukul 10
malam. Pastinya yang tersisa hanya penjaga perahu-perahu yang menjajakan
perahunya untuk para turis. Aku berjalan sendiri sampai akhirnya duduk di
pinggiran kayu sebuah bangunan gelap yang terlihat seperti sebuah rumah yang
pemiliknya sudah tertidur lelap.
Aku memandang ke arah air. Meletakkan daguku di
lengan kanan yang sedang bertumpu pada kedua lututku.
Tik
tik tik tik. Itulah suara air yang jatuh ke dalam
kolam. Suara air itu tak lain dan tak bukan adalah air mata kepedihanku.
“Apa aku salah mengenakan pakaian ini? Aku memakai
ini untuk membuatmu kagum. Tapi Oppa malah melarangnya.Aku hanya ingin mencoba
tampil lebih baik di hadapan keluargamu.Aku tidak ingin mereka berpikir kalau
penampilanku lebih buruk dari Victoria.Itu saja.Tapi aku gagal dan membuatmu
marah.Hiks hiks hiks” Isakku setengah berbisik
“Aku senang punya saudara ipar seperti Nichan.Dia
itu seperti kakak laki-laki yang sering aku impikan,bukan seperti Yong Dae Oppa
yang selalu membuat aku kesal.”
“Tapi kurasa,Oppa memikirkan sebaliknya.Oppa
berpikir aku seperti jatuh cinta kepadanya bahkan mengatakan kalau kau itu
suamiku,bukan dia.Aku tidak bodoh Oppa,aku tau jelas kau suamiku. Tapi saat aku
sadar saat itu pula kenyataan terasa lebih pahit. Kau bersama wanita lain.”
“Ya walaupun hanya acara hiburan,tapi siapa yang
senang..” Air mataku semakin membanjiri punggung tanganku. Aku sampai tidak
sanggup bicara lagi.
“Melihat orang yang jadi milikmu tersenyum dan
bersikap jauh lebih manis pada orang lain. Aku tidak suka itu. Huhuhuhu.” Aku menangis menjadi jadi. Menumpahkan segala
kekesalan yang selama ini aku pendam saat melihat acara WGM sialan itu.
“Kalau
bersama denganku terasa berat dan menyakitkan untukmu,kau boleh pergi Hae
Lin-ah.” Tiba-tiba aku ingat perkataanya sebelum kami
menikah.
“Inikah
saatnya?” Tanyaku pada diri sendiri.
“Baiklah.” Ucapku mengerti.
“Baiklah apa Hae Lin?” seseorang memanggil namaku
dan meletakkan tangannya di pundakku.
Aku menoleh dan melihat orang yang baru saja
memanggil namaku.
“Kak Nichan.” Jawabku lirih.
“Sudah selesai urusanmu dengan air itu?” tanyanya
dengan mata tertuju ke tepi sungai.
“Tau dari mana aku ada di sini?” Tanyaku mengalihkan
pembicaraan.
“Seorang sopir taksi memberitaukannya kepadaku. Kau
ingat taksi yang kau tumpangi untuk ke sini?”
Aku mengangguk.
“Paman itu sudah lebih dari 5 tahun menjadi taksi
langganan kami. Itulah mengapa dia lewat di depan rumah dan mengantarmu ke
sini. Lalu memberitaukannya padaku.Kau berharap Nichkhun yang menjemputmu?”
Aku menggeleng.
“Ayo pulang. Kau tau ini pukul berapa? Tidak baik
seorang perempuan di sini malam-malam. Bisa-bisa kau dikira hantu.”
“Yak?! Yang benar saja.” Jawabku setengah kesal.
“Wajahmu jelek sekali. Lihatlah ke cermin. Aku tidak
bohong.”
“Kak.” Panggilku sambil memasang tampang sangar.
“Baiklah-baiklah. Aku bercanda.Ayo kita pulang.Semua
orang mengkhawatirkanmu.Seenaknya saja kau pergi tanpa pamit begitu.” Jawabnya
Nichan berbalik lalu aku memeluknya dari belakang.
Dia tidak bergerak dan tetap pada posisinya.
“Thankyou My Bro.You are my real brother.” Ucapku
Nichan melepaskan pelukanku memutar tubuhnya dan
memelukku.
“No. Thanks to you.”
“Eoh?Why?”
“Thanks to be my sister in law. That is enough for
me.”
“Aku tidak mengerti.” Kataku
“Sudahlah. Ayo kita pulang. Aku tidak ingin kena
marah Mom karena tidak membawa pulang menantu kesayangannya secepat mungkin.”
Aku tersenyum dan berjalan berdampingan bersamanya.
*Hae Lin’s POV End*
*at Nichkhun’s Home ketika Hae Lin pergi*
*Nichkhun’s POV*
“Bertengkar lagi?” tanya Nichan di luar pintu
“Begitulah. Aku pikir aku sudah keterlaluan
padanya.” Jawabku
“Bukan salahnya berbuat seperti itu.Dia hanya kesal
melihatmu bersama yang lain.” Ujarnya
“Dia menangis.” Ucapku
“Apa katamu barusan?Dia menangis?Hey Bro.” Tiba-tiba
Nichan menjadi emosi dan menarik kerah kemejaku.
“Iya,aku tau aku salah. Aku menyesal.Sangat.”
jawabku sambil berusaha melepaskan tangannya dari kerah kemejaku tapi tidak
berhasil. Aku sudah membuat Nichan marah sepertinya.
“Tidak cukup hanya dengan menyesal.” Gertaknya
“Aku mengerti Nichan.” Akhirnya aku berhasil
melepaskan tangannya dari kerah kemejaku.
“Kau yang dipilihnya,bukan aku. Tapi kau malah
membuatnya menangis dengan acara hiburan konyolmu itu.Ciih.” kata-kata Nichan
sangat memojokkan aku.
“Kau sendiri malah memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan. Jangan lupa,dia itu istriku Nichan.” Kali ini aku emosi mendengar
ucapannya. Aku tarik kerah kemejanya dengan kedua tanganku.
“Kalau kau tidak mementingkan syuting acara bodohmu
dengan perempuan itu aku tidak akan berbuat seperti itu.” Balasnya sambil
mengangkat kembali kerah kemejaku dengan kedua tangannya.
“Turunkan tangan kalian berdua.” Mom datang dan kami
pun langsung melepaskan kedua tangan kami.
“Tidak tau malu. Bertengkar tanpa memikirkan siapa
yang ada di sini. Apa kalian pikir kalian tinggal di hutan sehingga tidak ada
yang mendengar pertengkaran kalian?”
“Kami bertengkar dalam bahasa Thailand Mom. Para kru
acara itu tidak akan mengerti.” Jawab Nichan
“Mereka memang tidak mengerti. Tapi keluarga kita?”
ucap Mom
Kami berdua diam dan tertunduk.
“Di mana Hae Lin?” tanya Mom.
Nichan menyikutku memberi aba-aba agar aku
menjawabnya.
“Nichkhun.” Panggil Mom
“Ya?” jawabku
“Dimana istrimu?” tanya Mom lagi.
“Dia...” jawabku tertahan
“Pergi kan?Cepat cari dia.Bukannya mencarinya kau
malah bertengkar dengan saudaramu.”
“Aku tidak akan mencarinya.” Jawabku
“Apa katamu?” Tanya Mom dan Nichan bersamaan.
“Kalau dia sedang marah,aku tidak pernah mencarinya.
Biasanya dia akan menghubungi aku. Karena kalau aku menemuinya,dia tidak akan
memaafkan aku begitu saja. Dia butuh waktu untuk menyendiri Mom.” Kataku.
“You have one message” suara dari ponsel Nichan
1 Pesan dari Paman
Joe
“Aku
baru saja mengantarkan seorang perempuan ke Chao Phraya River. Sepertinya dia
sedang sedih.”
“Dari siapa?” Tanya ku dan Mom bersamaan
“Paman Joe.” Jawabnya
“Ada apa dia mengirim pesan?” tanya Mom
“Kurasa ini tentang Hae Lin. Paman Joe bilang baru
saja mengantarkan seorang perempuan ke Chao Phraya River.” Jawab Nichan.
“Baguslah kalau begitu,setidaknya kita tau kemana
dia pergi.” Ucap Mom
“Nichan.Jemput Hae Lin.Dan kau Nichkhun,tolong
pikirkan baik-baik perasaan istrimu itu.Dia masih muda,perasaannya
sensitif.Cobalah untuk mengerti dia.” Kata Mom menutup perdebatan ini.
*Nichkhun’s POV End*
*at Nichkhun’s Home at 11.30 PM*
*Hae Lin’s POV*
“Kami kembali.” Kata Nichan
Saat aku kembali,rumah sudah dalam keadaan sepi.
Hanya ada beberapa anggota keluarga yang membantu membereskan dan membersihkan
rumah setelah acara tadi.Sepertinya para kru WGM dan si Victoria itu sudah
kembali ke habitatnya(?).
“Hae Lin.” Mom menyambutku dengan senyum dan segera
menarikku ke dalam pelukannya.
“Mom.” Panggilku
“Jangan pernah berpikir untuk kabur dari rumah ini
lagi Lin-ah sayang.” Ucapnya sambil mengelus kepalaku.
“Aku minta maaf atas apa yang terjadi. Aku tidak
akan mengulanginya lagi. I promise Mom.” Jawabku
“It’s good. That is my daughter in law.” Ujarnya
sambil menepuk-nepuk pelan punggungku dan melepaskan pelukannya.
“Istirahatlah,ini sudah malam.” Kata Mom.
Aku mengangguk.
“Mom istirahatlah dulu. Maaf merepotkanmu.” Jawabku
“Baiklah. Mom akan beristirahat dulu. Kau sebaiknya
cepat beristirahat.” Ucapnya
Aku mengangguk lagi. Kemudian Mom berjalan menuju
kamarnya di lantai bawah.
“Terima kasih Kak Nichan.” Kataku sambil menatap
Nichan penuh arti.
“Lin-ah.” Panggil seseorang dari arah tangga. Aku
kenal betul suara itu. Suara yang membuat aku menjadi seperti ini. Suara yang
aku rindukan memanggilku dengan lembut. Nichkhun
Aku tidak menjawabnya. Hanya menatap dan
memperhatikannya turun dari arah tangga. Sampai di anak tangga terakhir dia
berlari lari kecil menghampiri aku dan langsung memelukku erat.
“Mianhae.Jeongmal mianhae.” Katanya dalam pelukan
kami
“Oppa.” Panggilku sambil melepaskan pelukannya.
“Jaga dia baik-baik,Nichkhun.” Kata Nichan seraya
menepuk punggung Nichkhun pelan dan pergi ke kamarnya.
“Thanks to you.” Balas Nichkhun dan disambut dengan
lambaianm tangan Nichan.
“Lin-ah.” Panggilnya sambil menatapku.
“Ne Oppa.” Jawabku
“Anggap saja Oppa tidak mengatakan hal yang
menyakiti hatimu.Mianhae.Oppa hanya sedang emosi.” Katanya dengan ekspresi
penuh penyesalan.
Aku tersenyum.
“Kenapa?Ada yang lucu?” tanyanya
Aku menggeleng.
“Lalu?”
“Aku lelah. Bisa kita istirahat sekarang Oppa?”
jawabku.
“Baiklah. Ayo kita ke atas.” Katanya sambil
merangkul pundakku dan berjalan ke kamar kami.
“Aku
mengerti maksudmu sekarang. Kalau bersama dengan Oppa terasa berat dan menyakitkan untukku,aku boleh
pergi.Jika aku memang sudah tidak dapat menahan perasaan ini setelah memberimu
kesempatan terakhir,aku akan pergi.”
Esok paginya aku dengan segera merapikan pakaian dan
barang bawaanku,bersiap untuk kembali ke Korea sebelum orang yang sedang
tertidur pulas dengan tampannya di sampingku ini bangun. Aku sudah memesan
tiket pesawat ke Korea kemarin malam. Aku harus menjauh darinya sebentar.Aku
butuh waktu untuk mengambil keputusan yang tepat. Aku menulis memo di secarik
kertas kecil yang kuletakkan di meja samping tempat tidur. Aku hanya bisa
berharap Nichkhun membacanya.
To
: Nichkhun Oppa
“Aku
kembali ke Korea hari ini.Jangan berpikiran buruk.Aku hanya butuh waktu untuk
bersikap layaknya wanita dewasa.Jaga diri Oppa selama aku tidak di sana.”
-Lee
Hae Lin-
Ya begitulah pesan yang aku tulis dalam bahasa Korea.
Aku tidak ingin keluarga Nichkhun memahami apa yang aku tuliskan.Aku
memandanginya yang sedang tertidur lelap.Aku membelai kepalanya.Seperti mimpi
rasanya bisa bersama dengannya.Sayangnya yang dia butuhkan bukan aku,tapi orang
lain.Aku mengecup keningnya cepat dan meninggalkannya.
*Hae Lin’s POV End*
*Nichkhun’s POV*
Sinar matahari pagi di Thailand benar-benar
memaksaku membuka mata.Sangat terik.Aku meraba-raba kasur di sebelahku tapi
kosong.Mungkin dia sudah bangun pikirku.Kulirik jam dinding menunjukkan waktu 9
pagi di sini.Aku beranjak dari tempat tidur,mencuci muka sebentar lalu duduk
kembali di pinggiran tempat tidurku. Ada sebuah kertas kecil yang menarik
perhatianku.Ku buka kertas itu dan membacanya.
To
: Nichkhun Oppa
“Aku
kembali ke Korea hari ini.Jangan berpikiran buruk.Aku hanya butuh waktu untuk
bersikap layaknya wanita dewasa.Jaga diri Oppa selama aku tidak di sana.”
-Lee
Hae Lin-
Aku mematung di tempat. Dia benar-benar meninggalkan
aku di sini.Padahal kemarin malam setelah kembali sikapnya biasa-biasa saja.Aku
mengambil ponselku berniat untuk menghubunginya. Tapi kuurungkan niatku. Aku
tidak akan menemuinya di bandara hanya untuk mencegahnya pergi.Itu tidak akan
berguna sekarang. Lebih baik,aku memberinya waktu. Aku berpikir bahwa aku telah
melukai hatinya kali ini.Aku memutuskan untuk tidak memberitau siapapun tentang
hal ini.Jika ada yang bertanya,aku akan membuat alasan yang terdengar masuk
akal.
*Nichkhun’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
Aku melirik jam tanganku.Pukul 9 Pagi dan aku sudah
berada di Shuvarnabumi Int. Airport. Aku yakin Nichkhun sudah bangun. Tapi aku
tidak yakin kalau dia sudah membaca memoku.
“The
passengers of the flight to Korea.Please get on the plane right away.
Thankyou.” Suara dari Operator itu menandakan pesawatku akan
segera berangkat.
Aku melihat sekeliling.Tidak ada tanda-tanda
Nichkhun akan datang.Dia juga tidak menghubungi aku.Sepertinya dia belum
membaca memonya. Atau bisa juga Nichkhun sudah membacanya tapi tidak peduli.
Aku melangkah masuk ke dalam pesawat dengan yakin.
Menoleh ke belakang untuk sesaat dan dengan mantap berkata pada diriku sendiri “Kau harus bisa memaafkannya kali ini dan
memberinya satu kesempatan lagi Lin-ah.”
Setelah kejadian itu Nichkhun kembali ke Korea 3
hari kemudian tapi hubunganku dan Nichkhun menjadi merenggang. Lebih tepatnya
aku mencoba menjauh darinya. Aku sudah mulai kuliah kembali dan sepertinya
Nichkhun sedang sibuk dengan persiapan konser pertamanya. 100 hari pun berlalu
dengan lambatnya.Kami jarang bertemu. Hanya saat pagi dan malam hari. Itupun
kami tidak bertegur sapa. Melakukan kegiatan masing-masing lalu pergi. Untungnya,kami
masih tidur satu kamar. Aku sudah tidak mempermasalahkan WGM sialan itu
lagi.Aku sedang berusaha.Mencoba.Apakah aku bisa memaafkannya dan memberinya
satu kesempatan lagi sebelum aku benar-benar pergi darinya?
*Hae Lin’s POV End*
*Author’s POV*
*at KyungHee university*
“Hae Lin-ah.” Panggil Choon Hee sambil berlari lari
kecil mengerjar Hae Lin yang baru turun dari mobilnya.
“Ne?Wae?” Tanya Hae Lin pada sahabatnya itu.
“Kau sakit? Wajahmu kelihatan tidak bersemangat.”
Katanya lagi
“Gwaenchana Hee-ya. Aku hanya kelelahan.” Jawabnya
“Kau sudah dengar berita tentang 2PM Oppadeul ?”
“Berita apa?”
“Kalau mereka akan mengadakan konser pertama nanti.
Kita harus datang kan?” Ucap Choon Hee antusias.
“Sudah pasti.Mana mungkin kita melewatkannya.” Jawab
Hae Lin mencoba terdengar seceria mungkin.
“Tapi ada yang membuatku malas untuk datang ke
sana.” Jawabnya
“Memangnya ada apa di sana Hee-ya? Bukankah tak ada
apapun yang bisa menghalangi dirimu?” Hae Lin bingung dengan temannya ini.
“Ada si Victoria itu di sana. Rumornya akan ada
pengambilan gambar. Ya kau taulah Lin-ah,mereka tidak akan melewatkan kesempatan
bagus untuk menaikkan rating kan?” ucapnya panjang lebar.
“Begitu ya?” Balas Hae Lin singkat.
“Nah kan,kau juga malas pastinya.” Choon Hee
berujar.
“Biar sajalah. Kita ke sana kan untuk menonton
konser mereka,bukan untuk bertemu si Victoria itu.” Kata Hae Lin.
“Benar juga. Baiklah. Ayo kita pergi ke konser itu
nanti Lin-ah. Aku berharap bisa mendapat tempat VIP sich.” Lirik Choon Hee
penuh harap pada Hae Lin. Hae Lin yang mengerti akan tatapan itu langsung
tersenyum.
“Akan aku usahakan Hee-ya,tapi aku tidak janji ya.”
Balasnya.
“Aku tau kau pasti bisa Lin-ah. Aku ke kelas dulu
ya. Sampai ketemu nanti pas pulang.” Jawab Choon Hee sambil berlari kecil
menuju kelas kalkukusnya.
Hae Lin dan Choon Hee memang satu universitas tapi
mereka beda jurusan. Hae Lin mengambil kelas bisnis sedangkan Choon Hee
mengambil kelas sistem informasi.
*Author’s POV End*
*at 3 PM*
*Hae Lin’s POV*
“Hee-ya.” Panggilku saat melihat Choon Hee keluar
kelasnya dengan lunglai.
“Ada apa?Kau seperti habis melihat Jun.K memeluk wanita
lain saja.” godaku
“Yak?! Bagaimana bisa kau memberi perumpamaan
seperti itu Lin-ah.Aku hanya pusing dengan kuis yang baru saja aku kerjakan.”
Jawabnya bertenaga.
“Kasian sekali.Bagaimana kalau kita ke cafe tempat
biasa kita datangi?Sudah lama tidak ke sana.” Ajakku untuk menghiburnya.
Padahal aku sendiri butuh dihibur.
“Baiklah. Kaja.” Jawabnya
*at Angel-in-us Coffee*
“Annyeonghaseyo.” Sapa pelayan pria di pintu masuk.
Kami berdua tersenyum pada pelayanan itu.
“Sudah memesan tempat nona-nona?” Tanyanya ramah.
“Belum. Kami akan duduk di sana.” Kata Choon Hee
seraya menunjuk sebuah meja dengan 2 kursi dekat jendela.
“Silakan.” Kata pelayan itu.
Kami duduk tepat di sudut dekat jendela. Lebih
nyaman seperti ini karena bisa sambil melihat keadaan luar. Posisiku
membelakangi pintu masuk sedangkan Choon Hee sebaliknya.
“Pesanan kalian?” Tanya si pelayan yang sudah
menyiapkan kertas dan bolpen
“Satu Cappucinno dan Belgium Waffle.” Ucapku
“Satu Café late dan Muffin Strawberry.” Kata Choon
Hee
“Baik. Silakan ditunggu.” Ucapnya seraya
meninggalkan kami.
Tak lama pesanan kami pun datang lalu kami mengobrol
santai sambil membicarakan apa yang harus kami bawa saat konser nanti. Ya
setidaknya,bisa melupakan masalahku dengan Nichkhun sebentar.
“Uhuuk Uhuuk.” Choon Hee tiba-tiba tersedak saat
sedang meminum Café late nya.
“Ada apa Hee-ya?Pelan –pelan sajalah minumnya.”
Ujarku seraya memberikan tissue padanya.
“Kau tidak akan percaya pada apa yang aku lihat
sekarang.” Katanya
“Memang apa yang kau lihat sampai-sampai kau
tersedak begitu. Apa kau melihat Jun.K di sini?” godaku
“Lebih parah dari itu Lin-ah. Lihatlah ke arah pintu
masuk.” Katanya
Seperti perkataannya aku pun memutar kepalaku ke
belakang dan apa kalian tau yang aku lihat? Segerombolan orang dengan peralatan
besar seperti akan melakukan syuting memasuki ruangan dan tentu saja sang artis
tidak ketinggalan. Artis itulah yang membuat Choon Hee tersedak. Artis yang
membuatku berada di sini dengan Choon Hee. Nichkhun dan Victoria. Aku buru-buru
memutar kembali kepalaku dan menunduk.
“Oh
My God?! Bagaimana bisa aku ada di tempat dan waktu yang salah seperti ini?”
Batinku sambil memegangi kepalaku yang tidak pusing.
“Mereka akan syuting WGM episode selanjutnya di
sini. Waah. Daebak. Kita beruntung.” Kata Choon Hee.
“Mworago?Beruntung
katamu?Bagaimana bisa keadaan seperti ini disebut beruntung?”
pikirku.
“Lin-ah. Kau kenapa tiba-tiba diam? Bukankah
seharusnya kau senang? Kita bisa minta tanda tangannya nanti.” Kata Choon Hee
sangat bahagia.
“Sssstttt. Kecilkan sedikit volume mu Choon Hee.
Kita bisa menganggu syuting mereka.” Jawabku sambil memberi aba-aba agar Choon
Hee mengecilkan volume suaranya sebelum mereka sadar ada aku di sini.
“Mereka terlihat sangat serasi ya. Nichkhun terlihat
sangat bahagia dan menyukai Vic.” Bisiknya tepat di depan wajahku.
Mau tidak mau aku pun memberanikan diri melihat ke
arah mereka. Ya benar,Nichkhun terlihat bahagia dan menikmati momen
kebersamaannya dengan Victoria itu. Lihat saja senyumnya yang sudah
berkali-kali mengembang. Tidak seperti aku yang merana karena dirinya,dia
terlihat baik-baik saja tanpa aku. Aku memperhatikannya saat dia membaca skrip
yang tebal itu dengan raut wajah serius.Tidak mengurangi ketampanannya sama
sekali,dan tiba-tiba dia mengangkat kepalanya tak terelakkan lagi mata kami
beradu pandang.
“Oh
No?!” Teriakku dalam hati dan langsung membuang muka saat
itu juga.
“Yak Lin-ah? Kau tau Nichkhun sedang melihat kemari
saat ini?Waaah~tampannya.” Ujar Choon Hee terlihat bahagia sambil menepuk-nepuk
punggung tanganku keras.
Aku tidak bereaksi apapun karena aku mengkhawatirkan
hal yang lebih buruk.
“OMO?! Dia berjalan ke arah sini.Kyaaa~.” Teriak
Choon Hee yang sudah tidak bisa menahan kegembiraannya lagi.Sampai-sampai
hampir semua mata mengarah ke meja kami.
“OMO?!OMO?!Dia semakin dekat.Aku harus bagaimana
ini?” Tangan Choon Hee semakin keras menepuk nepuk punggung tanganku. Aku
sampai kesakitan karena perlakuannya itu.
“Diam Hee-ya.Kau membuat aku malu saja.” Jawabku
berusaha tetap tenang dan tak berani melihat ke belakang.
“Nichkhun ssi.” Panggil seorang wanita yang jelas
sekali aku mengenalinya.
“OMO?! Victoria memanggilnya dan membawanya pergi.
Sayang sekaliiii.” Jawabnya dengan ekspresi sangat kecewa.
“Fiuuuh.
Syukurlah si Vic itu melakukan sesuatu yang benar kali ini.”
Batinku sambil menarik nafas panjang.
“Aku harus pergi Hee-ya. Mianhae,aku lupa ada janji
dengan Young Dae Oppa hari ini.” Kataku mencari alasan agar secepatnya bisa
keluar dari tempat ini.
“Eoh?Kau baik-baik saja Lin-ah?Wajahmu terlihat
lebih pucat dari tadi pagi.” Jawabnya
“Gwaenchanna. Aku pergi dulu ya. Kuhubungi kau
nanti. Annyeong.” Aku segera mengambil tasku lalu pergi secepat kilat dan
berusaha untuk menutupi wajahku. Aku sadar ada mata yang memperhatikan aku
keluar dari tempat ini.
“Hati-hati.” Sahut Choon Hee yang kuabaikan.
*Hae Lin’s POV End*
*Nichkhun’s POV*
Padat sekali jadwal hari ini. Untunglah pengambilan
gambar untuk WGM episode selanjutnya di Cafe Angel-in-us Coffee adalah jadwal
terakhir untukku hari ini.Aku ingin segera pulang lalu berendam air hangat dan
melihat Hae Lin.Ya hanya sekedar melihat gadis itu saja sudah cukup
melegakan.Gadis itulah yang selama 100 hari terakhir ini membuatku sulit
berkonsentrasi. Sikapnya yang seolah menjauhi aku sejak hari itu benar-benar
membuatku sakit kepala setiap harinya.
Akhirnya kami tiba di tempat pengambilan gambar.Cafe
ini cukup ramai didatangi oleh anak-anak ABG dan anak-anak kuliahan.Aku
melihat-lihat sekeliling dan berpikir bisakah suatu hari nanti aku membawa Hae
Lin ke tempat ini hanya untuk bersantai? Aku menarik nafas panjang.Rasanya
sulit walaupun terdengar mudah.
Aku melihat ada beberapa anak sekolah SMA sepertinya
sedang berbisik-bisik. Ada juga seorang wanita di sudut dekat jendela bersama
temannya yang sampai tersedak saat melihatku dan Victoria masuk.
“Sepertinya aku mengenali punggung itu.” Ucapku pada
diri sendiri.
“Ne? Kau mengatakan sesuatu Nichkhun ssi?” tanya Vic
“Eoh?Aniyo.Mari ke sana Victoria ssi.” Balasku
sambil tersenyum.
Tak lama kami sampai di posisi pengambilan gambar. Victoria
berkali-kali menceritakan kisah humor hingga aku tidak bisa berhenti tertawa.
“Aku harus menghapal bagianku Victoria ssi.” Kataku
“Aah~Baiklah Nichkhun ssi.Aku juga harus pergi ke
penata riasku sebentar.” Jawabnya
Aku melihat Vic pergi dan kembali berusaha
berkonsentrasi dengan skrip ini. “Mengapa
panjang sekali bagian ini.” Batinku. Aku merasa ada yang memperhatikan
aku,jadi aku putuskan untuk mengangkat kepalaku dan melihat siapa yang sedari
tadi memperhatikan aku.
“Astaga.”
Pikirku.Aku terkejut dengan apa yang aku lihat. Aku baru saja beradu pandang
dengan Hae Lin? Aku tidak salah lihat kan? Apa aku berhalusinasi? Dia sudah
membalikkan badannya. Aku memperhatikan punggung itu lekat-lekat.Lalu aku
memutuskan untuk mendekatinya.Hanya untuk memastikan apakah itu dia atau bukan.
Aku berjalan semakin dekat. Temannya yang duduk di
depannya bahkan sampai berteriak histeris kehilangan kendali dengan bertingkah
laku berlebihan melihat aku mendekat. Mungkin dia seorang penggemar.Tapi dirinya
tidak bergerak dan tetap pada posisinya. Aku semakin yakin kalau itu memang
dia.
“Nichkhun ssi.” Panggil Vic sambil menahan
lenganku.Mau tidak mau aku harus menghentikan langkahku dan kembali ke tempat
yang seharusnya bersama Vic.Kalau tidak Hae Lin akan berada dalam bahaya.
Aku kembali ke tempat semula aku membaca skrip. Aku
terus memperhatikannya,dan sepertinya itu memang dia. Aku melihat dia berdiri
dan saat dia berbalik sambil mencoba menutupi wajahnya.BINGO.Perempuan yang
tadi beradu pandang denganku memang Hae Lin. Gadis yang membuatku berpikir
kalau aku berhalusinasi tadi.Aku terus melihatnya berjalan dan keluar dari
pintu masuk.
“Aku
harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.”
Batinku
*Nichkhun’s POV End*
*Khun-Lin Apartment at 5 PM*
“Fiuuh. Hampir saja aku ketauan.” Ucapku sembari
memegang kening yang terasa sedikit berat.
Aku bergegas menuju kamar mandi. Menyalakan shower
dan membenamkan diriku di bathup.
“Setidaknya,aku
tau dia baik-baik saja tanpa aku.” Batinku
“Bogoshipeoyo
Oppa.” Bisikku
Selesai mandi,aku menyiapkan makan malam. Ya memang
bukan masakanku pastinya. Biasanya Ibuku akan meninggalkan makanan di dalam
kulkas dan aku tinggal menghangatkannya saja.
*Bedroom at 8 PM *
*Author;s POV*
“Drrrttt..Drrrrtt..Drrrrtt” ponsel Hae Lin bergetar.
Hae Lin melihat nama Choon Hee tertera di layar Ponsel.
“Ne Hee-ya?”
Jawab Hae Lin
“Sudah pulang kau Lin-ah?” tanyanya
“Iya,ada apa?” balasnya berbohong. Padahal Hae Lin
tidak dari mana-mana.
“Bagaimana tentang tiket konser kita?” tanyanya pada
Hae Lin dengan gembira
“Kau yakin ingin di VIP? Kalau ada si Vic itu
bagaimana?” tanyanya
“Hmmmm..” terdengar gumaman panjang di seberang
sana.
“Lebih baik kita festival saja lah.” Jawab Hae Lin
“Eoh? Kenapa? Apa kau tidak lelah berdiri nantinya?”
tanyanya lagi
“Siapa tau kalau kita di festival tanganku bisa
menyentuh tangan Nichkhun Oppa dan kau bisa menyentuh Jun.K Oppa.Eottae?”
jawabnya
“Ucapanmu ada benarnya juga Lin-ah. Baiklah kalau
begitu.” Jawabnya
“Baiklah kalau begitu kita menonton di festival saja
ya.” Ucapnya yakin.
“Kapan tiketnya bisa kudapatkan?” tanya Choon Hee
“Aku harus menghubungi Daddyku dulu. Akan kukabari
lagi kapan aku akan mendapatkannya.” jawabnya
“Baiklah kalau begitu.Gomawo Lin-ah.Sampai
nanti.Tuut tut tut.” Choon Hee menyudahi telepon begitu saja.
*2 menit yang lalu*
“Ceklek” Nichkhun membuka pintu saat dia memanggil
tapi tidak jawaban.
“Lin-ah.” Panggilnya pelan berharap bertemu wajah
gadis yang dirindukannya itu.
Tak ada jawaban. Lalu Nichkhun mendengar suara orang
berbicara dari dalam kamar mereka dan naluri keingin tahuannya membuatnya jadi
seorang penguping. Nichkhun menempelkan daun telinganya di pintu untuk mencuri
dengar.
“Kau
yakin ingin di VIP? Kalau ada si Vic itu bagaimana?” suara
Hae Lin terdengar seperti anak remaja.
“Lebih
baik kita festival saja lah.” Jawab Hae Lin yakin.
Nichkhun semakin serius mendengarkan.
“Siapa
tau kalau kita di festival tanganku bisa menyentuh tangan Nichkhun Oppa dan kau
bisa menyentuh Jun.K Oppa.Eottae?” jawabnya membuat
Nichkhun tersenyum kecil mendengarnya.
“Baiklah
kalau begitu kita menonton di festival saja ya.”
Ucapnya yakin membuat Nichkhun mengangguk seperti orang mengerti.
“Aku
harus menghubungi Daddyku dulu. Akan kukabari lagi kapan aku akan
mendapatkannya.” Jawabnya seperti akan menyudahi
pembicaraan.
Nichkhun langsung menjauhkan telinganya dari pintu
kamar dan berdiri tegak sambil berpose seperti orang sedang berpikir.
*Author’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
“Sebaiknya aku menemui Daddy saja langsung.” Ucapku
pada diri sendiri setelah mempertimbangkan antara menelepon atau bertemu.
Aku berjalan ke arah pintu,hendak keluar untuk makan
malam sebelum makanannya dingin.
“OMONA?!” Kataku setengah berteriak sambil
meletakkan tangan di dadaku. Aku terkejut melihat Nichkhun Oppa berdiri di
depan pintu seperti orang sedang berpikir.
“Maaf mengejutkanmu.” Katanya dengan wajah
malaikatnya. Penjaga neraka sekalipun akan memberikan pengampunan secara
cuma-cuma padanya.
Aku tidak menjawabnya dan berlalu ke meja makan.
Melihatnya seperti itu,mengingatkan aku akan kejadian tadi siang.
“Lin-ah.” Panggilnya.
Aku berbalik dan sedetik kemudian dia memelukku erat
seperti orang yang melepaskan kerinduannya. Aku tidak membalasnya dan tetap
meletakkan tanganku di samping badanku.Berusaha untuk tidak memberinya harapan
lebih.Aku tau diri saja.
“Mari bicara.Aku sudah tidak tahan jika harus
seperti ini terus.” Katanya tepat di telingaku
“Tidak ada yang perlu aku bicarakan dengan Oppa.”
Jawabku berusaha melepaskan pelukannya.
“Aku ada. Dan aku tidak akan melepaskanmu sebelum
kau mendengar penjelasanku.” Katanya terdengar sedikit mengancam.
Mau tidak mau aku menurutinya atau aku akan berakhir
seperti ini sepanjang malam.
“Pertama,aku minta maaf.Sangat.Aku tau aku sudah
melakukan banyak hal yang membuat hatimu terluka.Aku hanya memohon untuk
dimaafkan olehmu Lin-ah.” Katanya. Nada suaranya terdengar menyedihkan.
“Kedua,terima kasih. Terima kasih karena sudah
mencoba untuk mengerti aku selama ini. Aku tidak bisa mengharapkan apapun
selain pengertianmu.” Penjelasannya semakin membuat hatiku pilu mendengarnya.
“Ketiga,aku mohon dengan sangat jangan bersikap
dingin kepadaku.Aku tidak sanggup bila harus mengalami sakit kepala setiap hari
karena tidak berkonsentrasi dengan benar lalu kena marah oleh member lain dan
JYP sajangnim tentunya.” Nichkhun memelukku semakin erat.
“Oppa.” Panggilku lirih.
“Aku mohon berhenti menjauhiku Lin-ah.Lebih baik kau
memarahiku,mencacimaki diriku bahkan memukuliku pun aku terima asal semua itu
membuatmu merasa lebih baik.Jangan mengacuhkan aku.Kumohon.”
“Oppa.Cukup.”
Ucapku seraya melepaskan pelukannya.
Aku memandang wajahnya yang terlihat sangat sedih
karena baru saja mengatakan hal-hal yang dipendamnya selama 100 hari terakhir
ini. Aku jadi merasa bersalah atas apa yang aku lakukan padanya.Aku sadar kalau
tindakanku dengan menjauhinya tidak memberikan dampak yang baik bagi kami
berdua,yang ada kami malah tersiksa.Aku rasa,aku sudah siap untuk kesempatan
terakhir itu.
“Aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kau meminta maaf
kepadaku Oppa.” Jawabku memegang wajahnya dengan sebelah tanganku.
Dia terdiam tidak bergerak dan tidak membalas
perkataanku.
“Mulai saat ini,aku tidak akan menjauhimu lagi.” Kataku
sambil tersenyum padanya
“Tapi
aku akan meninggalkanmu jika aku benar-benar merasa berat dan sakit saat
bersamamu.” Batinku
“Gomawo Lin-ah.Jeongmal Gomawo.” Ucapnya seraya
memelukku lagi dan aku membalas pelukannya.
*Concert Day*
*Bedroom at 9 AM*
Nichkhun
sudah meninggalkan apartemen pagi ini. Tentu saja,sudah pasti sekarang dia
sedang sibuk latihan terakhir untuk konsernya hari ini.Aku baru selesai mandi
dan dia sudah tidak ada di sini. Aku melihat secarik kertas dengan amplop di
atas meja riasku. Kubaca kertas yang ada di atas kedua amplop itu.
To
: Lin-ah
“Berpakaianlah
layaknya seorang fans.Aku dan Jun.K akan menanti untuk menyentuh tanganmu dari
atas panggung. Jangan berada di tempat yang tidak bisa kulihat dan kusentuh.
Amplop ini hadiah untukmu dan si Choon Hee itu.”
-Suamimu
yang hebat 2PM’s Nichkhun-
Aku tersenyum membaca memo itu.Tidak terlalu
romantis tapi sangat manis menurutku.
“Tunggu dulu,dari mana dia tau kalau aku ingin dia
menyentuh tanganku?” ucapku bingung.
“Aaah~Dia menguping pembicaraanku dengan Choon Hee
waktu itu sepertinya.” Jawabku sendiri.
Kuraih amplop yang ada di bawahnya dan aku
membukanya. Isinya 2 lembar tiket festival konser 2PM di Seoul.
“Gomawoyo
Oppa.” Batinku sambil tersenyum puas.
“Drrrttt..Drrrrtt..Drrrrtt” ponselku bergetar. Sudah
kutebak ini pasti si Choon Hee yang gugup apakah aku mendapatkan tiket konser
itu atau tidak.
“Hee-yaa.” Jawabku dengan suara lirih.
“Wae Lin-ah?Kau tidak dapat tiketnya?” tanyanya
penasaran.
“Mianhae Hee-yaa.” Aku membuat nada suara sedih.
“Jeongmal?Kau tidak dapat tiketnya?Omo?!Omo?!Leherku
sakit.” Terdengar suaranya mengeluh dari sana.
“Mianhae.Karena aku tidak bisa tidak memberikan
tiket festival ini padamu Hee-ya.” Jawabku riang.
“Mworago?Jinjja?Oh My God?! Yes yes yes.Gomawo
Lin-ah.Aku pikir aku tidak bisa pergi tadi.Sial kau menipuku.” Suaranya
terdengar setengah kesal.
“Bersiaplah. Kita berangkat pukul 3.Eottae?” tanyaku
“Baiklah. Sampai bertemu. Gomawo Lin-nim.kekeke.Tut
tut tut.” Choon Hee menyudahi teleponnya.
*Olympic Park,Seoul at 4 PM*
“Woaaah~Hottest jjang.” Choon Hee takjub melihat
sekumpulan Hottest yang sudah memenuhi tempat ini,padahal konser akan dimulai
sekitar 3 jam lagi.
“Hee-ya tutup mulutmu atau seekor lalat akan masuk
ke dalamnya.” Jawabku menggoda.
“Yak Lin-ah. Kita kan selama ini tidak pernah
melihat Hottest sebanyak ini. Ngomong-ngomong aku ingin mencari teman ah di
sini. Kau mau ikut tidak?” tanyanya padaku.
“Ehhmm. Ani. Kau sajalah. Aku ingin mencari toilet.”
Jawabku beralasan. Sebenarnya aku ingin menemui Nichkhun dulu sich.
“Baiklah. Kita bertemu lagi di sini ya. Annyeong.”
Jawabnya yang langsung kabur begitu melihat banyak segerombolan Fanboy.
Aku mengirim pesan pada Nichkhun supaya aku bisa
bertemu dengannya.Setidaknya bisa memberikan semangat sebelum kru WGM itu
datang dan menghancurkan semuanya.
-Aku-
“Oppa,eodiga?
Aku sudah di ada di venue. Bisakah kita bertemu sebentar? Ada yang ingin aku
berikan.”
-Uri
Choigoda Khunnie-
“Posisimu
dimana? Aku akan menyuruh staff untuk mengantarmu ke sini.”
-Aku-
“Aku
di pintu masuk tempat fans menaruh donasi.”
-Uri
Choigoda Khunnie-
“Baik.Tunggu
saja ada staff yang akan datang ke sana.”
Aku menunggu 2 menit kemudian ada staff berpakaian biasa seperti aku yang datang dan
mengantarkan aku ke dalam gedung lewat pintu belakang lalu membawaku ke depan
pintu yang bertuliskan “Artist Room”.
“Kamsahamnida.” Ucapku sambil membungkuk dan
tersenyum.
Baru saja aku akan membuka pintu tiba-tiba pintu itu
terbuka dan seseorang langsung menghambur ke arahku dan memelukku erat.
“Yak?! Yak?! Yak?! Sadarkah kalian ada dimana?” kata
Taecyeon.
“Setidaknya biarkan dia masuk dulu Khun-ah.” Kata
Jun.K
“Irinya melihat mereka berdua.” Kata Wooyoung.
“Pasangan pengantin baru kita.” Sahut Junho
“Ciih,Khun hyung bahkan tidak peduli kalau sebentar
lagi Hae Lin akan kehabisan nafas.” Ucapan Chansung barusan langsung membuat
Nichkhun melepaskan pelukannya dan melihatku sesaat.
“Oppaa.” Ucapku susah payah karena sebentar lagi aku
akan pingsan sepertinya.
“Mianhae Lin-ah.Ayo masuk.” Ajaknya
Akhirnya aku duduk di sofa. Ini ruang ganti dan
ruang rias ternyata.
“Annyeonghaseyo Oppadeul.” Ucapku memberikan salam
pada mereka.
“Lin-ah. Apa hal pertama yang aku tulis di memo?”
tanya Nichkhun Oppa tiba-tiba.
“Eehhm. Berpakaianlah layaknya seorang fans.”
Jawabku santai.
“Dan menurutmu itu seperti seorang fans?” tanyanya
lagi sambil memandangiku yang memakai official concert t-shirt warna hitam bertuliskan
don’t stop can’t stop yang kebesaran tanpa lengan dengan bawahan hotpans jeans
ombre di atas lutut plus sepatu sneaker warna ungu favoritku.
Aku mengangguk. “Ini memang gayaku Oppa.” Jawabku
santai.
“Pakai ini.Atau aku akan menyuruh security tidak
menginjinkanmu masuk.” Seraya memberikan cardigan hitam milik Chansung.
Mau tidak mau aku menurut saja untuk memakai
kardigan itu daripada nantinya aku melewatkan momen yang hanya bisa aku
saksikan sekali seumur hidup.
“Romantisnya hyung.” Kata Junho
“Yak?! Itu kan punyaku hyung.” Jawab Chansung yang
dibalas dengan tatapan sinis Nichkhun yang seolah berkata “Kalau kau tidak meminjamkannya jangan harap aku akan memberimu pisang
lagi.”
“Apa yang ingin kau berikan padaku Lin-ah?” tanya
Nichkhun Oppa.
“Aah~Matda.” Jawabku hampir lupa.
“Aku ingin memberikan semangat.” Sambungku
“Semangat? Caranya?” tanya Nichkhun
Aku berdiri dan berjalan ke arahnya,menarik lehernya
mendekat ke arahku dan...Kalian pasti tau apa yang terjadi selanjutnya. Aku
mengecup bibirnya singkat.
“Itu saja?” tanyanya nakal.
“Mworagoyo?Oppa mau ap..mmmpphftf” Aku belum selesai
bicara tapi Nichkhun langsung menarikku mendekat dalam pelukannya dan menciumku
pelan. Awalnya biasa saja namun berubah menjadi sedikit panas. Nichkhun Oppa
sepertinya tidak peduli pada member 2PM lain yang menatapnya sebal karena
seenaknya saja mencium istrinya dan membuat iri mereka semua.
*Hae Lin’s POV End*
*Author’s POV*
Victoria bermaksud untuk mengejutkan Nichkhun dengan
kedatangannya tanpa memberitau dulu kalau dia sudah tiba. Dengan cepat Victoria
berjalan ke belakang panggung dan mencari ruang ganti dan rias artis.
“Ketemu.” Ucapnya senang. Lalu membuka pintu dengan
sangat berhati-hati tanpa menimbulkan suara. Tapi,apa yang dilihatnya kemudian
sungguh membuatnya terkejut. Nichkhun sedang berciuman dengan seorang wanita. Bukan
ciuman biasa tapi ciuman panas.Dan sepertinya dia tidak asing dengan wajah
wanita itu. Dia yakin pernah melihat perempuan itu,tapi entah dimana.
Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi lebih
terkejut 100 kali lipat. “Dia itu Clairiene Lee. Pacarnya Nichan.” Ucapnya.
-TO
BE CONTINUED-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar