Our 2PM

Our 2PM

Welcome To My Blog


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Merry Christmas and Happy New Year

Jumat, 29 Juni 2012

[FF] My Rival is My Eonni (Only in Bahasa)


Title : My Rival is My Eonni
Cast : Author as Lee Chayeon
          Lee Nayeon as Author’s Older Sister
          2PM Chansung as Author’s Boyfriend
          And Lee and Hwang Family
Genre : Romance
One Shoot
Author POV
========================================================================
“Chayeon,sudah siap belum?Cepat turun.Kamu ini lamban sekali tidak seperti eonni mu.Lihat Nayeon sudah selesai sarapan!” Eomma sudah mulai ceramahnya di pagi hari ini.
“Ne eomma. Sebentar lagi.” Sahutku sambil merapikan dasi sekolahku.
“Cepat! Atau kamu akan pergi jalan kaki.Nayeon harus berangkat lebih awal hari ini.” Eomma menjawab
Ya ya ya..Nayeon eonni,eonni,eonni dan eonni lagi..Aku memang selalu dibanding-bandingkan dengan Nayeon eonni.Umurku dan dia hanya berbeda 2 tahun,tapi dia sangat berbeda dariku.Saat ini aku masih kelas 2SMA sedangkan dia sudah masuk kuliah.Karena kepintarannya dia menyelesaikan SMA cukup 2 tahun.
Dia cantik,pandai,mudah bergaul,dan sangat diperlakukan seperti anak emas di keluargaku.Sedangkan aku,adiknya walaupun tidak bisa menyaingi eonni,setidaknya aku tidak memalukan keluarga.Nayeon eonni selalu di nomor 1 kan sedangkan aku di nomor sekian kan kurasa.
“Cepat sedikit,ayo duduk di sini makan sarapanmu.” Eomma menyuguhkan sepiring roti bakar dan segelas susu coklat.
“Aku hampir terlambat Chayeon.Teman-temanku memintaku datang lebih awal hari ini untuk mengajari mereka.Cepat habiskan sarapanmu,atau aku tinggal.” Nayeon eonni memasang tampak mengejek.
Ingin sekali aku membalas tatapan mengejeknya itu,tapi apa daya aku tak bisa.
“Sok sibuk sekali dirimu.Cih” ucapku dalam hati sambil menatapnya sinis.
 “Kenapa kau memandangku seperti itu?Tidak suka aku berkata begitu?Ya sudah,aku mau berangkat sekarang,karena aku tidak mau dicap sebagai tukang ngaret.Silahkan jalan kaki ke sekolahmu ya adikku.” Eonni tersenyum mengejek.
“Apa?Aku harus jalan kaki lagi?Kau ini senang melihatku menderita ya Nayeon?” Aku menatapnya marah.
“Chayeon! Sangat tidak sopan memanggil orang dengan namanya padahal dia  lebih tua darimu.” Eomma memarahiku.
Aku hanya diam,malas membalas.
“Eomma,bolehkan aku berangkat duluan?Aku hampir terlambat.” Nayeon mulai memasang tampang aegyonya yg sangat sudah tidak cocok dengan umurnya.
“Ya sudahlah,berangkat saja.Kau bawa mobil atau mau diantar supir?”
“Aku bawa sendiri boleh ya eomma?” Lagi-lagi beraegyo ckckck
“Baiklah,hati-hati ya saat mengemudi.”
“Kamsahamnida eomma” Nayeon memeluk eomma.
“Tapi eomma,lalu aku bagaimana?” tanyaku
“Kau bisa jalan kaki kan?Untuk apa kau punya kaki kalau tidak digunakan?” Nayeon menjawab pertanyaanku
“Diam!Aku tidak bertanya padamu!” Aku membalasnya ketus.
“Betul kata Nayeon. Jalan kaki saja Chayeon,sekolahmu dekat kan?”
Lihat kan?Siapa yang selalu dibela?Pasti Nayeon dan selalu Nayeon
“Terserah kalian saja.” Aku menjawab ketus.
“Aku berangkat ya eomma.Aku akan pulang agak larut,karena harus membantu temanku.”
“Baiklah,eomma percaya.Hati-hati ya”
“Na ganda.” Kata Nayeon sambil melangkah pergi.
“Habiskan sarapanmu Chayeon. Dan bergegaslah ke sekolah.” Kata eomma sambil berlalu ke ruang tamu.
“Ne eomma.”
Terpaksa aku harus jalan kaki.Malasnya.
“Drrrrtt 3x” Hp ku bergetar ada telepon masuk,saat aku lihat yg telepon ternyata pacarku Chansung.
Aku menjawab teleponnya
“Joheun achim bonaeseyo nae chagiya (Selamat pagi yg indah pacarku).Bagaimana kabarmu hari ini?”  Terdengar suara setengah berteriak saking bersemangatnya dari seberang sana.
“Yaa Oppa,aku belum bicara sepatah katapun,kamu sudah berpidato panjang lebar.”
“Kenapa?Tidak suka?Ya sudah aku tutup saja.”
“Weii Oppa kenapa sich?Ngambek ya?Jangan ngambek dulu donk my baby bear hihihi”
“Baiklah,aku tidak jadi menutup teleponnya hahaha.Belum berangkat chagi?”
“Belum Oppa,hari ini aku jalan kaki.Sungguh menyebalkan.”
“Hmm,pasti karna eonni mu si Nayeon menyebalkan itu ya?Coba aku masih sekolah di situ ya,bisa aku antar jemput kan?Semangat ya untuk hari ini. Jadwalku hari ini sangat padat.”
“Ya begitulah Oppa. Semangat juga untuk my baby bear.Oppa neomu bogosipheo.”
“Na do bogosipheo chagi. Saranghae.”
“Na do saranghae Oppa. Sudah dulu ya ada eomma.”
“Baiklah. Miss you. Muah muah.”
Aku buru-buru meletakkan ponsel di meja.
“Siapa tadi yang telepon?” tanya eomma
“Tidak penting.” Jawabku
“Tidak penting?Kok pake bogosipheo sama saranghae?Hayoo ngaku.Kamu punya pacar?”
“Aniyo.Sudah ya eomma,aku mau berangkat.Na ganda.”
“Ne..Hati-hati.”
Aku sudah berpacaran dengan Chansung kurang lebih 2 tahun,dan selama itu aku tidak pernah membawanya ke rumah. Aku sengaja merahasiakan kalau aku sudah punya pacar.Karena kedua orang tua ku melarangnya.Tentu saja karena Nayeon eonni juga.
Mereka pasti akan bilang “Lihat Nayeon,dia saja cantik,pintar,banyak yang mengantri menjadi pacarnya tapi dia tidak mau punya pacar dulu.Sedangkan kau belum ada apa-apanya sudah berpacaran.” Jadi,lebih baik aku merahasiakannya saja.
Aku pulang sekolah seperti biasa pada malam hari dan saat aku pulang ke rumah ada sesuatu yang aneh.
“Aku pulang.”
“Hiks hiks hiks hiks” terdengan suara tangisan eomma.
“Eomma kenapa?Ada apa?”
Aku juga melihat Nayeon sedang tertunduk sambil memgang dahi dan menahan tangis. Sedangkan appa sedang sibuk berbicara dengan orang di telepon yang entah siapa.
“Kita miskin Chayeon.Miskin.Huwaaaa” Tangis eomma makin pecah.
“Apa maksudnya kita miskin?Aku tidak mengerti.” Aku bingung.
“Chayeon.Saham perusahaan appa turun drastis dan keluarga kita bangkrut.Semua harta benda milik kita akan disita oleh bank.Termasuk rumah ini.” Nayeon menjelaskan dan tetap berusaha tenang.
“Apa?Ini tidak mungkin.Bagaimana bisa?” Aku tidak percaya mengapa hal ini bisa terjadi.
“Kita hanya diberi waktu 3 hari untuk mengosongkan rumah ini jika appa tidak sanggup membayar hutang.” Lanjut appa.
“Kita harus bagaimana yeobo?hiks hiks” Eomma semakin menjadi.
“Untuk sementara kita tetap tenang.Appa akan mencari cara untuk melunasi hutang saham yang menurun itu.Setidaknya hari ini kita masih bisa tidur di sini.” Appa menjawab dengan tenang setelah menutup teleponnya.
“Yeoboseyo.Ne Hwang Jae Hoon nim bla bla bla” Appa menjawab telepon
Appa menerima telepon dari orang lain lagi.
“Chayeon,ganti bajumu dan istirahatlah. Mianhae membuatmu terkejut dengan kabar ini.” Kata eomma yang sudah agak tenang.
“Ne eomma.”  Jawabku.
Aku tidak bisa membayangkan tidak tinggal di rumah ini lagi. Memang hidupku,boleh dibilang sangat berkecukupan sedari aku kecil dan wajar saja jika eomma syok dengan kabar ini.Appa sudah membangun perusahaan ini sejak lama dan bangkrut begitu saja membuatku sangat terkejut.
-Esok Hari-
“Chayeon,bisa kah hari ini kamu tidak ke sekolah dulu?Appa punya meeting penting dengan orang yang akan membantu appa melunasi hutang dan appa ingin semua anggota keluarga kita datang.” Appa bicara ketika aku turun ke ruang keluarga.
“Ne Appa. Aku ikut saja.”
“Kalau aku Appa?” tanya Nayeon
“Iyaa,kamu juga Nayeon sudah pasti. Hari ini kamu tidak sibuk kan di kampus?”
“Baiklah,padahal aku ingin mencari bahan untuk tugasku.” Jawab Nayeon
“Masih ada hari esok. Kalau Appa berhasil menyakinkan orang ini,Chayeon dan Nayeon masih akan tetap bisa belajar.”
“Aku sayang appa.” Aku memeluknya. Aku tau,ini cobaan terberat untuk Appa,tapi Appa mencoba tetap tenang meskipun ia sendiri sebenarnya sangat khawatir.
“Aku juga.” Nayeon ikut memeluk Appa.
Ikut-ikutan saja Nayeon ini.
“Terimakasih anak-anak Appa yang cantik.Sekarang siap-siap saja karna siang ini kita akan bertemu keluarga mereka.”
“Ne Appa” Kami menjawab serentak.
-At Resto-
Keluargaku sudah sampai di tempat meeting terlebih dahulu. Siapa kira-kira yang akan membantu melunasi hutang Appa.Pasti orang ini juga kaya.Semoga Appa berhasil meyakinkannya.
“Annyeonghaseyo Hwang Jae Hoon nim” Appa berdiri dan membungkuk ketika melihat orang membuka pintu ruangan VIP Resto ini.
“Ne. Annyeonghaseyo Lee  Jun Young nim.” Sambut pria yang umurnya tidak jauh beda dengan Appa sambil membungkuk dan menjabat tangan Appa.
“Ini istriku Shin Yu Jin” kata Pak Hwang.
“Salam kenal.” Kami serempak membungkuk dan tersenyum
“Perkenalkan, ini istri ku Park Eun Kyung dan ini putriku Lee Nayeon dan Lee Chayeon.”
“Annyeonghaseyo Ahjussinim.” Kami berdua membungkuk bersama.
“Cantik ya mereka berdua terutama Nayeon.” Kata istri dari Pak Hwang
Baru saja perkenalan aku sudah dibuat malas. Ya memang Nayeon eonni lebih cantik,tapi apa perlu menyebutnya di depanku?Aku menggerutu dalam hati.
“Silahkan duduk.” Pak Hwang mempersilahkan kami duduk.
Kami semua duduk.
“Putra anda tidak ikut?” Tanya appa
“Sebentar lagi dia masuk,sedang menerima telepon di luar.” Jawab istrinya Pak hwang
“Tok 3x” Ada yang mengetok pintu.
“Masuk saja Chans.” Kata Pak Hwang.
“Annyeonghaseyo Ahjussinim Ahjumonim.” Kata seorang pria mengenakan kemeja putih dengan jas hitam yang sangat pas dengan tubuhnya.Aku tidak melihat wajahnya dengan jelas karena sedang menunduk ke bawah.
“Ini putra kami Hwang Chan Sung.” Kata pak hwang.
Apa?Chansung?Aku tidak salah dengar?Aku yang sedang menunduk untuk membersihkan sepatuku yang sedikit kotor langsung menoleh ke arahnya dan benar ternyata itu CHANSUNG.
“Uhuk uhuk” Aku tersedak begitu melihat wajahnya.
“Chayeon gwaenchanseumnida?” tanya istrinya pak hwang.
“Ne ahjumonim.Kamsahamnida.”
“Silahkan duduk Chansung. Jangan berdiri saja.” kata Appa
Chansung duduk di sebelahku. Karena mejanya berbentuk bundar dan kursinya pas untuk 7 orang. Kursi sebelahku kosong karena aku duduk di kursi terakhir.
“Ne.” Jawab Chansung sambil menatapku merasa bersalah.
Jadi,Chansung anak orang kaya?Yang aku tau selama menjadi pacarnya dia tidak pernah bercerita bahwa dia orang kaya.Selama ini dia tampil sederhana. Dan mungkin karena kami sepakat untuk merahasiakan hubungan ini dia tidak bercerita padaku.
“Jadi,sebaiknya bagaimana?” tanya Appa.
“Kita makan saja dulu, sambil mengobrol.Setelah makan,baru kita bicara ke arah yang lebih serius.Bagaimana?” kata Pak Hwang
“Baiklah kalau begitu. Mari makan semuanya.” Kata istri pak hwang
Aku dan Chansung sama-sama terdiam saat makan,beberapa kali Chansung mencoba memegang tanganku,tapi aku menepisnya.Dia tau,pasti aku tidak suka jika ada hal yang disembunyikan dariku. Sedangkan Nayeon asik bercengkrama dengan eommanya Chansung. Dasar Nayeon si ibu-ibu arisan ada saja bahan omongan yang tidak ada habisnya,tertawa bercanda.Cih,sok kenal sekali dia.
“Mianhae.” Chansung berbisik di telingaku.
Aku menatapnnya namun tak bicara dan melanjutkan makanku lagi.
“Jeongmal mianhae chagiya.” Ucapnya masih berbisik namun semakin dekat di telingaku.
“Nanti ada yang melihat kita.Makanlah” jawabku pelan dan datar tanpa melihatnya.
Akhirnya Chansung bergeser menjauhiku. Karena dia tau kalau aku bicara tanpa melihatnya berarti aku marah padanya.
-Selesai Makan-
“Baik,kita muali sekarang pak Lee. Bagaimana?”
“Langsung ke intinya saja.”  jawab Appa.
“Aku akan membantumu melunasi hutang,dengan syarat yang sudah aku bicarakan di telepon kemarin pak.” Kata Pak Hwang
“Aku tidak yakin kalau putra anda mau.” Jawab Appa.
“Huh?Aku?” Chansung heran.
“Iyaa kamu Chansung. Rencananya kamu akan dijodohkan dengan putrinya pak Lee.” Jawab eomma Chansung.
“Benarkah?Serius?Ini tidak main-main kan?” Tanya Chansung sedikit bingung namun senang.
Apa aku yang akan menikah dengan Chansung?Ini tidak mungkin,tapi mungkin saja sekarang.Aku tersenyum kecil membayangkannya.Pasti Chansung memikirkan apa yang aku pikirkan.
“Iya Chansung kamu akan dijodohkan dengan putrinya pak Lee. Yaitu Lee Nayeon.” Jawab Pak Hwang.
Jlegeeeeer. Aku serasa disambar petir. Chansung akan dijodohkan dengan LEE NAYEON? Dan pastinya nanti mereka akan menikah.Eonni yang paling menyebalkan dalam hidupku?Orang yang paling tidak ingin aku miliki.Apa aku sedang bermimpi?Jika iya,aku ingin bangun.Tolong bangunkan aku.Karena ini sakit.
“Apaa?Dengan Nayeon?” Chansung terkejut.
“Iya,karena Chayeon masih sekolah jadi tidak mungkin menjodohkanmu dengannya. Lagipula Nayeon lebih cantik.” Kata eomma Chansung.
Cukup sudah. Aku sudah tidak kuat lagi.Napasku mulai tak beraturan.Dadaku mulai terasa sesak.Tanganku terasa dingin dan perutku sangat mualAku merasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari tubuhku.Aku rasa aku akan pingsan.Lalu aku berdiri dan bersiap untuk keluar dari ruangan ini.Ruangan yang akan membunuhku jika aku tidak keluar secepatnya.Tak terasa ada setetes air mata keluar dari tepi mataku.
“Mau kemana Chayeon?” Tanya eomma.
“Aku butuh udara segar eomma. Choisonghamnida ahjussi ahjumma lanjutkan pembicaraan kalian.” Aku berusaha bicara dan bergegas keluar sebelum yang lainnya menyadari bahwa aku menangis.
Aku keluar menghirup udara segar dan segera mencari tempat duduk.Aku duduk di bawah pohon rindang dengan tempat duduk beralaskan semen yang berkeramik yang letaknya tepat berada di belakang resto. Cukup sepi karena letaknya yang seperti jalan buntu sehingga tidak ada orang yang lalu lalang.
Aku menunduk dan menutupi kedua wajahku untuk menangis. Ntah mengapa aku menangis,mungkin menahan pedih terhadap kenyataan bahwa Chansung akan dijodohkan dengan orang yang paling aku benci, eonni ku sendiri.
“Chayeon-ah.” Panggil seorang namja yang sangat aku kenal suaranya.Namja yang sudah mengisi hari-hariku selama 2 tahun belakangan ini sangat lembut saat memanggilku.
Aku tetap tertunduk tak menatapnya.
“Chagiya. Mianhae. Jeongmal mianhae.” Chansung duduk lalu memelukku dari belakang.
“Lepaskan tanganmu.Kembalilah ke dalam.” Aku mencoba bicara dengan suara lirih.
“Aniya.Aku tidak akan pergi sebelum kau memaafkanku.” Chansung memelukku semakin erat.
“Hentikan.” Aku melepaskan tangannya,tapi Chansung tetap memelukku.
“Aku tau kamu marah chagi. Mianhae aku tidak pernah bercerita kalau orangtuaku kaya. Itu karena aku tidak mau kamu merasa tidak pantas menjadi pacarku. Aku ingin kamu menerimaku apa adanya aku sebagai Chansung,bukan sebagai anak dari orang kaya raya.Sekali lagi aku minta maaf. Saranghae chagiya.” Chansung membenamkan kepalanya di pundakku.
“Jadi Oppa pikir aku materialistis,begitu maksudnya? Aku memang tidak pantas untukmu. Yang pantas untukmu itu Nayeon Eonni.Cepat kembalilah ke dalam dan temuilah calon istrimu.” Aku berdiri dan berusaha untuk berjalan menjauhi Chansung.
“Jadi itu masalahmu chagi?” Chansung menarik tanganku dan memutar badanku mengahdapnya.
“Kamu menangis?” Chansung mengusap air mataku dengan tangannya.
“Jangan bersikap seperti ini. Oppa akan menjadi suami Nayeon nantinya.” Aku memalingkan wajahku.
“Tidak,sampai kapanpun aku tidak akan menikahinya. Aku hanya mencintaimu chagi. 2 tahun kita bersama dan itu tidak akan pernah digantikan oleh siapapun entah itu Nayeon atau siapalah.Trust me.I  love you.And i wanna be with you.Only you,okay?” Chansung memegang pundakku.
“Gomawo Oppa. Tapi hubungan kita tidak pernah kita beritaukan pada keluarga. Asal Oppa tau hanya dengan cara menikah dengan Nayeon eonni perusahaan appa ku akan kembali seperti dulu.Selain cara itu tidak ada lagi Oppa.” Aku mencoba tersenyum dalam tangisku.
“Chayeon-ah.” Chansung memelukku.
 “Aku akan memikirkan cara yang terbaik supaya aku tidak perlu menikah dengannya tapi tetap akan  membantu Appa mu ya chagi?Aku akan tetap bersamamu bagaimana pun caranya.” Chansung mengelus kepalaku.
“Gomawo Oppa,tapi saranku mulai dari sekarang lebih baik kau lupakan saja aku.” Aku melepaskan pelukannya,mengusap air mata ku dan berlari masuk kembali ke dalam resto. Aku terpaksa melakukan ini demi Appa. Aku mencintai Chansung,tapi di satu sisi aku juga harus melepaskan keegoisan demi keluargaku.Aku harus memilih. Keluarga atau pacar.
“Chayeon-ah.” Panggil Chansung sambil berusaha mengejar.
Tanpa disadari ada yang memperhatikan kami dari awal.
Aku masuk ke dalam toilet resto berusaha untuk memperbaiki riasan ku dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
“Tok 3x”
“Masuk” jawab orang dari dalam.
“Aah Chayeon,dari mana saja?Ayo duduk kembali.” Sapa eomma nya Chansung.
“Ne,choisonghamnida membuat kalian menunggu. Aku merasa sedikit tidak enak badan setelah makan.” Jawabku sambil duduk kembali.
“Chansung juga baru kembali?Dari mana saja kalian?Apa kalian bertemu?” tanya eomma ku.
“Aniyo ahnjumonim. Aku baru saja menerima telepon.” Jawab Chansung
“Jadi,mari kita lanjutkan topik yang tadi.” Kata Appa
“Chansung, mau atau tidak dijodohkan dengan Nayeon?” tanya Appanya Chansung
“Aku....” Jawaban Chansung terhenti ketika aku memegang tangannya dari bawah meja. Karena aku tau,pasti Chansung akan menjawab tidak. Dia menatapku sejenak tapi aku tak melihatnya.
“ Ya?Bagaimana?” Eommanya Chansung menjawab.
“Aku ingin Nayeon menjawabnya duluan.” Jawab Chansung.
“Hahaha..Rupanya Chansung ini pemalu juga ya.Baiklah, Nayeon menurutmu bagaimana?” tanya Appa
“Hmmm..Aku..Mau..” Jawabnya sambil tertunduk malu.
Aku terkulai lemas  tanganku yang tadinya menggenggam tangan Chansung langsung kulepaskan.Aku tidak menyangka kalau Nayeon akan menjawab iya.Kalau dipikir mungkin juga.Siapa yang akan menolak Chansung?
“Chansung bagaimana?” tanya eomma.
“Aku akan mencoba untuk menjalaninya.” Jawab Chansung yang langsung menggenggam tanganku di bawah kursi,karena dia tau aku akan bertambah sedih mendengarnya.
“Hahahahaha..Kalau begitu,kita sepakat ya.” Kata Appanya Chansung.
“Baiklah.Kamsahamnida Jae Hoon nim untuk kerja samanya.Senang bekerja sama dengan anda.” Appa berdiri dan bersalaman dengan Appanya Chansung.
“Sama-sama Jun Young nim. Sebentar lagi kita akan jadi besan tak perlu sungkan.Hahahaha.” jawab appanya Chansung.
Mereka semua tertawa bahagia,kecuali aku dan tentunya Chansung. Aku tidak pernah menyangka. Kehidupanku akan berubah secepat ini.
-Di Rumahku-
Kami semua sedang duduk di ruang tamu.
“Appa,untung saja teman appa itu baik mau membantu.” Kata Nayeon
“Iyaa. Tapi mianhae Nayeon appa harus mengorbankan perasaanmu demi keluarga.” Jawab Appa
“Aniyo.Aku ikhlas Appa. Karena aku suka dia.” Jawab Nayeon
Jawaban Nayeon membuatku menoleh ke arahnya dengan tatapan ingin menerkamnya bak harimau kelaparan. Sebenarnya,siapa yang mengorbankan perasaan demi keluarga?Aku bukan Nayeon. Dan akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke kamarku dari pada mendegar pembicaraan mereka
Aku masuk ke kamarku menarik laci meja rias ku. Di situ tersimpan rapi album foto saat aku bersama Chansung ke taman hiburan tahun lalu. Ada foto saat kami tertawa bersama, berteriak,makan ice cream dan yang paling tak terlupakan foto saat kami memakai kostum hewan. Sangat lucu dan juga menyakitkan untuk diingat.
“Chayeon,boleh aku masuk?” tanya Nayeon
Aku buru-buru memasukkan album tadi ke dalam laci meja riasku.
“Ne.. Masuklah.” Jawabku
“Boleh aku pinjam buku pelajaran mu?Aku ingin melakukan survey.”
“Silahkan. Pilih saja.”
“Eonni..”
“Ne?Tumben kau memanggilku eonni?”
“Aku ingin bertanya..Kenapa kau mau dijodohkan dengan Chansung?” tanyaku dengan mimik serius.
“Hmm,karena aku menyukainya sejak pertama melihatnya tadi. Kelihatannya dia pintar dan juga tampan. Kenapa?Kau menyukainya juga?” Nayeon menjawab dengan tersenyum bahagia. Sepertinya dia memang menyukai Chansung.
“Huh?Ani.Aku hanya bertanya saja.Kalau ketemu bukunya kau boleh keluar.”
“Baiklah,ini buku yang aku cari.Gomawo.”
Ya memang benar,tidak ada yang bisa menolak pesonanya Chansung. Padahal dulu,aku sama sekali tidak tertarik padanya. Alasan Chansung memilihku menjadi pacarnya karena aku menerimanya sebagaimana dirinya. Sampai sekarang aku pun sangat tidak menyangka bisa menjadi pacarnya. Setidaknya sampai saat ini.
“Drrrrttt 3x” Hp ku bergetar ada telepon masuk dari Chansung. Aku tau pasti dia akan menelepon. Mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini. Aku tidak mengangkat teleponnya,karena akan terasa menyakitkan jika mendegar suaranya. Aku ingin menjernihkan pikiranku sejenak dan mencoba menerima kenyataan. Ya kenyataan kalau harus selalu aku yang mengalah dari Nayeon. Kenyataan kalau Nayeon lah yang memang lebih pantas untuk Chansung bukan aku. Saatnya untuk bangun dari mimpiku.
“Drrrttt2x” Hp ku bergetar lagi,kali ini ada pesan masuk dari Chansung
_Chansung_
“Changiya,gwaenchanayo?Aku sangat khawatir pada keadaanmu. Kenapa kamu tidak mengangkat teleponnya?Masih marah?”
Aku tidak ingin membalas pesannya. Aku akan mencoba untuk benar-benar melupakannya.
“Drrrttt2x”  15 menit kemudian ada pesan lagi dari Chansung
_Chansung_
“Tidak ingin membalas pesanku?Apa kamu sungguh-sungguh akan melupakanku chagi?Jangan bersikap seperti ini. Aku tidak sanggup chagi jika harus melupakan mu. Jangan kan melupakanmu, tidak memikirkan mu saja 1 hari aku tidak bisa chagi. Tolong jangan seperti ini. I love you so much and always be like this until forever.”
Aku menitikkan air mata saat membaca pesannya yang kedua. Aku juga mencintainya. Sangat mencintainya. 2 tahun kami bersama,sudah banyak kenangan yang tersimpan rapi di relung hati dan pikiranku.
“Drrrttt2x”  lagi2 Chansung mengirim pesan.
_Chansung_
“Aku punya ide untuk menyelesaikan masalah ini. Tidak dengan cara menyakiti diri kita seperti ini Chagi. Temui aku besok di tempat biasa kita bertemu setelah kau pulang sekolah. Tolong datanglah.Aku akan tetap menunggumu di sana sekalipun kau tidak datang. Annyeonghijumuseyo. Jaljayo. Saranghae. Jeongmal Saranghae Yeongwonhi.”
Aku menarik napas panjang saat membaca pesannya yang ke 3. Aku tidak tau ide apa yang ada di pikiran Chansung saat ini. Aku pun bingung aku harus datang atau tidak. Tapi Chansung keras kepala dia akan tetap menunggu sekalipun aku tidak datang.
-Esok hari pulang sekolah-
Aku berjalan ke arah taman tempat biasa aku bertemu dengan Chansung. Tempat favorit untuk menghabiskan waktu bersama jika sudah tidak tau akan pergi kemana. Aku melihat Chansung memakai t-shirt lengan panjang warna coklat dan jelana jins sedang mendengarkan musik menggunakan headphone besar di telinganya. Aku datang dari arah berlawanan sehingga dia tidak melihatku.
Tapi,semakin dekat langkahku kian melambat. Aku ragu akan menemuinya atau tidak. Beberapa langkah lagi aku akan sampai. Tapi aku berhenti. Aku memutuskan kalau aku tidak akan menemuinya. Biarlah dia kecewa karena sikap ku ini. Aku ingin yang terbaik untuknya dan juga untuk keluargaku. Biarlah aku yang mengalah dan mengorbankan perasaan ku asal keluargaku bisa kembali seperti dulu. Aku membalikkan badanku dan siap pergi menjauh dari sini.
“Chayeon-ah.” Chansung segera berlari dan berhasil meraih tanganku.
“Kenapa kamu tidak menemuiku?Padahal kamu sudah di sini kan chagi?” Chansung menatapku dalam. Tatapan yang biasa dia berikan jikalau aku sedang sedih.
“Mianhae Oppa. Aku rasa aku harus belajar mengikhlaskanmu.” Aku tidak berani menatap matanya lebih lama.
“Nae sarang Chayeon-ah (My love Chayeon). Kamu mungkin belajar mengikhlaskanku,tapi aku?Apa kamu tidak memikirkan bagaimana sakitnya aku kehilanganmu?” Chansung memelukku.
“Oppa..” Aku berusaha untuk melepaskan pelukannya,namun pelukannya sangat kuat.
“Aku ingin katakan ideku untuk menyelesaikan masalah ini. Dengar baik-baik dan aku harap kamu setuju.” Chansung melepaskan pelukannya dan menatapku.
Aku menatapnya dengan mimik serius.
“Aku ingin kita..KAWIN LARI.” Chansung memberikan penekanan pada kata “kawin lari”
“Apaa?Oppa sudah gila?Tidak mungkin Oppa. Itu akan mempersulit keadaanku. Dan nantinya mereka akan tau hubungan kita.” Aku membelalakan mata tidak percaya pada apa yang aku dengar.
“Iyaa.Aku memang sudah gila. Ini cara satu-satunya Chayeon supaya kita bisa bersama. Biarkan saja yang lain tau. Intinya,aku menikahi salah satu putrinya kan? Itu perjanjiannya kan?” Chansung menjawab santai.
“Tapi Oppa bukan dengan cara kawin lari seperti itu. Sudahlah. Tidak perlu memikirkan lagi bagaimana caranya kita bisa bersama. Kita akhiri saja semuanya di sini sekarang. Tolong Oppa jaga eonni ku baik-baik. Anggaplah kebersamaan kita 2 tahun ini hanya sebatas Oppa dan dongsaengnya. Gomawo Oppa. Aku pergi dulu.” Aku membalikkan badanku,tapi Chansung menahanku.
“Tidak. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi begitu saja. Apa kamu mau melihatku bermesraan dengan eonnimu?Melihatku tertawa dan bahagia dengannya,menggandeng tangannya di hadapanmu itu yang kamu mau?Jawab aku Chayeon.” Chansung sedikit berteriak
“Mianhae Oppa. Berbahagialah bersamanya.” Aku berkata tanpa menghadap padanya. Dan pergi meninggalkannya begitu saja. Mianhae Chansung. Aku mencintaimu tapi aku memilih keluargaku.
“Chayeon-ah..Chayeon-ah.Baiklah kalau itu maumu.Akan aku turuti.DEMI DIRIMU.” Itu kata-kata terakhir dari Chansung yang aku dengar. Beberapa hari Chansung tidak mengabariku sama sekali. Aku tau pasti dia kecewa.
-3 hari kemudian-
“Ting tong ting tong” Ada yang menekan bel rumahku.
Aku berjalan untuk membukakan pintu. Dan ternyata yang datang.
“Chayeon-ah.” Chansung mengejutkanku di depan pintu
“Oppa.” Aku juga sama terkejutnya melihat Chansung membawa buket bunga. Hampir saja aku senang,tapi aku ingat dia ke sini pasti untuk eonni ku.
“Siapa Chayeon?” Tanya Nayeon sambil berjalan menghampiriku.
“Wahh Chansung Oppa yang datang?Kenapa tidak disuruh masuk?Gimana sich Chayeon.Ayo masuk Oppa.” Nayeon langsung menggandeng lengan Chansung.
Aku hanya tertunduk melihatnya. Aku tidak sanggup melihatnya,tapi aku akan mencoba bersabar. Hanya itu yang bisa aku lakukan.
“Ini untukmu.” Chansung memberikan buket bunga yang tadi dibawanya. Benar dugaanku itu untuk Nayeon bukan untukku.
“Waah. Gomawo Oppa. Aku suka bunganya. Chayeon letakkan bunga ini di kamarku ya.” Nayeon memanggil ku dengan ekspresi sangat bahagia.
Aku diam tidak menjawab namun aku melakukan perintahnya. Memangnya aku ini siapanya?Pembantunya? Tapi entah mengapa aku menuruti saja keinginannya.
“Nayeon. Bisa kamu menemaniku hari ini?” Kata-kata Chansung terdengar jelas di telingaku saat aku mengambil buket bunga itu dan bergegas pergi ke kamar Nayeon.
“Baiklah. Aku siap-siap dulu ya Oppa.” Jawabnya manja.
Aku berjalan perlahan dan Nayeon menabrakku.
“Jalanmu lamban sekali.Kamu sakit?Perasaanku tadi kamu baik-baik saja.” tanyanya
“Gwaenchana. Kamu mau pergi sama Chansung?” jawabku.
“Iya. Aku tapi aku gak tau kemana.Kamu tolong temani dia ya sebentar di ruang tamu. Tau kan aku kalau dandan agak lama?Letakkan saja bunga itu di situ.” Jawabnya singkat.
Aku diam dan tidak menjawab. Aku kembali ke ruang tamu tempat di mana Chansung berada. Aku duduk. Chansung menatapku dan aku menatapnya tapi kami tidak saling bicara.Aku merasa sangat canggung berada di posisiku saat ini. Selama beberapa menit kami seperti ini, rasanya sangat tidak nyaman.
“Ini minumnya Chansung. Silahkan diminum.” Kata eomma yang datang dari arah dapur dan langsung menyuguhkan secangkir teh.
“Ne. Kamsahamnida ahjumma.” Chansung mengangguk.
“Kenapa kalian diam saja?Tidak mengobrol?Chayeon ajaklah Chansung untuk mengobrol.Jangan sungkan-sungkan padanya,toh nanti dia akan menjadi kakak iparmu kan?” Eomma bicara panjang lebar.
Kata-kata eomma teringang-ngiang di telingaku  “toh nanti dia akan menjadi kakak iparmu kan?”
Aku tidak menjawab pertanyaan eomma. Aku hanya diam karena aku harus menyesuaikan diri untuk situasi seperti ini.
“Chansung,cobalah untuk mengajak ngobrol Chayeon. Dia termasuk pemalu kalau mengorbrol dengan pria.” Lanjut eomma
Cih,eomma sok tau. Eomma tidak tau saja sedang bicara dengan siapa. Eomma sedang bicara dengan Chansung pacarku,ah tidak lebih tepatnya mantan pacarku.
“Aku sudah siap,ayoo kita pergi Oppa.” Nayeon sudah siap dengan pakaian dan riasannya.Nayeon terlihat cantik pasti Chansung akan suka dengannya.
“Kami pergi dulu ahjumma.” Kata Chansung.
“Aku pergi dulu ya eomma,Chayeon.Ayo Oppa.” Nayeon menggandeng lengan Chansung. Lengan yang dulunya juga sering kugandeng ketika aku berjalan bersama Chansung.
“Josimhaeyo.” Kata eomma sembari mengantar mereka ke pintu.
“Selamat bersenang-senang Nayeon. Beruntungnya dirimu bisa merasakan hangatnya sikap Chansung seperti yang aku rasakan dulu.” Batinku
Semenjak saat itu Chansung sering sekali berkunjung ke rumahku untuk menemui Nayeon. Sikap awalnya yang tadinya biasa saja sekarang lebih hangat pada Nayeon. Mungkin dia juga menyukai Nayeon. Bahkan saat makan malam di rumahku Chansung mau saja menerima suapan dari Nayeon. Nayeon terlihat sangat manja dan bahagia bersama Chansung.
Bahkan terkadang, Nayeon menceritakan kepadaku apa saja yang sudah dia lakukan bersama Chansung hari itu.Sangat menyebalkan sebenarnya untuk mendengarkan ceritanya. Sengaja bertelepon dengan panggilan mesra dengan  Chansung di hadapanku. Sengaja menggenggam tangan Chansung atau sekedar merapikan bajunya,bahkan membersihkan sisa makanan di bibir Chansung.
Oh My God,inikah yang harus aku dapat setelah aku berkorban untuknya dan untuk keluargaku.Tapi,aku sungguh iri melihat dan mendengar nya. Akupun pernah mengalami saat-saat seperti itu dan jujur aku rindu semua hal yang sudah pernah aku lakukan bersama Chansung.
-6 bulan kemudian-
“Hari ini kita diundang makan malam oleh keluarga Chansung.” Kata Appa saat aku baru pulang dari sekolahku.
Deg. Jantungku serasa berhenti berdetak sekian detik. Hari yang paling  tidak aku inginkan akhirnya datang juga.Aku tau pasti hari ini Chansung akan melamar Nayeon.Secara resmi.
“Waaah..Aku tidak sabar Appa. Pasti hari ini akan sangat spesial.” Kata Nayeon
“Ayoo siap-siap. Chayeon,kamu juga. Ayo kita siap-siap untuk pergi makan malam.” Kata eomma
Sebenarnya aku tidak ingin ikut. Untuk apa aku ikut? Hanya membuat hatiku sakit dan terasa pilu saja.Ini sama saja dengan masuk ke kandang singa.Tapi, aku tidak mungkin melakukannya.Aku harus kuat sudah sejauh ini,aku yakin aku pasti bisa melewatinya.
-At Resto-
“Annyeonghaseyo Lee Jun Young nim” Sapa appa Chansung yang sudah tiba di resto lebih dulu dari kami.
“Annyeonghaseyo. Choisonghamnida kami terlambat.” Sahut Appa. Dan kami semua membungkuk pada keluarga Chansung.
“Gwaenchanseumnida. Kami yang datang lebih awal.” Kata eomma Chansung
“Mari silakan duduk.” Dan kami semua pun duduk.
“Sebaiknya kita makan malam dulu baru kita bicara.” Kata appa Chansung.
“Baiklah.” Sahut eomma
“Mari makan.” Jawab semuanya.
Tidak ada sedikitpun rasa ingin makan makanan yang ada di meja saat ini. Posisi dudukku kini berada di samping eomma bukan di samping Chansung. Tapi pemandangan di depanku yang aku lihat sekarang adalah Chansung sedang memotong daging untuk Nayeon dan Nayeon pun sedang menyiapkan samgyupsal untuk disuapkan pada Chansung. Keadaan ini benar-benar sangat menyiksaku. Mereka berdua saling bertukar suapan tepat di depan mataku. Aku pikir sekarang Chansung sudah menemukan kebahagiaannya.Selamat untuk kalian berdua.
-Selesai Makan Malam-
“Hari ini tujuan kami mengundang kalian adalah untuk membicarakan tentang rencana pernikahan anak-anak kita.” Kata Appa Chansung.
Deg. Ingin rasanya aku memejamkan mata dan menutup telinga rapat-rapat supaya aku tidak mengetahui apapun tentang rencana pernikahan orang yang paling aku cintai dengan orang yang aku benci.
“Pernikahan ini akan dilaksanakan besok.” Kata eomma Chansung
“Apa?Besok?Eomma apakah tidak terlalu cepat?” Protes Chansung. Yang juga diikuti ekspresi heran dari Nayeon.
Aku langsung lemas seketika. Tidak ada ba bi bu lagi tidak ada persiapan lagi BESOK adalah hari pernikahan Chansung dengan Nayeon. Kali ini Chansung benar-benar akan pergi meninggalkan ku dan hidup berbahagia bersama orang lain. Aku memegang tepi meja erat. Bahkan hampir seperti mencengkram.
“Chayeon-ah gwaenchanseumnida?Kau kelihatan tidak sehat.” Tanya appa Chansung.
“Gwaenchanseumnida. Aku harus permisi sebentar.” Jawabku dan langusng buru-buru keluar dari ruangan itu.
Aku kembali ke tempat pohon itu berada. Karena malam hari,tidak ada yang melihatku di situ. Aku duduk sambil memegang dadaku dan menangis. Menangis untuk terakhir kalinya kurasa. Menangis untuk mengenang semua hal yang telah kulakukan bersama Chansung.
Aku hanya ingin mengucapkan  1 kalimat padanya dan itu mungkin akan merubah pikirannya untuk menikahi Nayeon. Tapi aku tidak mau merusak kebahagiaan mereka. Chansung Oppa Saranghae, jeongmal saranghae yeongwonhi. Seberapa keras aku mencoba melupakanmu, aku tidak pernah bisa dan tidak pernah sanggup untuk melakukannya. Terlalu banyak hal manis yang telah Oppa berikan padaku. Biarlah perasaanku ini cukup aku saja yang tau dan menyimpannya sendiri.
Setelah beberapa menit aku puas untuk melampiaskan perasaanku aku memutuskan untuk kembali ke dalam. Tapi di tikungan dekat tempat aku menangis,aku melihat Chansung dan Nayeon sedang adu argumentasi kurasa. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan,karena letaknya cukup jauh. Namun aku dapat meilhat mereka dengan jelas.
Dan tiba-tiba Chansung memeluk Nayeon lalu tiba-tiba Chansung mendekatkan wajahnya pada Nayeon semakin dekat,dekat dan..
Aku tidak mau melihatnya,aku langsung menyandarkan tubuhku pada tembok yang ada di belakangku. Aku tau apa yang mereka perbuat,aku tidak sanggup untuk melihatnya. SAKIT. Satu kata yang mewakili apa yang aku rasakan sekarang.Setelah itu, aku lihat mereka kembali ke dalam dengan tenang dan aku pun mengikuti mereka perlahan.
“Tok 3x” Aku mengetuk pintu
“Silahkan masuk,pasti Chayeon.” Kata eomma Chansung
“Ne.Choisonghamnida membuat kalian menungguku lama, ada telepon masuk yang sangat penting.” Jawabku
“Gwaenchanseumnida.Ayo duduk.” Kata appa Chansung
“Persiapannya sudah 90%. Gaun pengantin,tempat,undangan,dan semuanya sudah kami persiapkan.Tinggal mempelianya saja yang harus mempersiapkan diri,Chayeon.Bantu kami ya.” Begitu kata eomma Chansung.
“Ne. Ahjumonim. Aku siap membantu.” Jawabku.
“Baiklah kalau begitu. Kita bertemu besok di Gereja ya Besan hahaha.” Kata appa
“Hahahahaha” Semuanya tertawa bahagia begitu juga Chansung dan Nayeon, kecuali aku yang hanya bisa tertawa secara terpaksa.
Berakhir sudah sampai di sini kebersamaanku dengan Chansung. Selamat menempuh hidup baru Oppa.
-Di Rumahku-
“Semuanya istirahat ya. Besok akan menjadi hari yang panjang dan sangat melelahkan.” Kata Appa
“Ne.” Jawab Nayeon bahagia.
 Aku hanya diam dan segera masuk ke kamarku.
Aku duduk di tempat tidurku sambil memandangi Hp ku dengan wallpaper aku dan Chansung saat kami foto bersama di taman favorit kami. Aku tersenyum menahan sakit, mengingat kenyataan bahwa Chansung bukan milikku lagi.
“Tok 3x Chayeon boleh aku masuk?” Nayeon mengetuk pintu kamarku. Pasti dia ingin curhat tentang hari ini betapa bahagianya dia.
“Masukalah.” Jawabku.
“Chayeon.. Besok aku akan menikah.” Kata Nayeon sambil memamerkan senyum 1000 watt nya.
“Iya,aku tau.” Jawabku datar.
“Kamu tidak mengucapkan selamat padaku?” tanyanya lagi
“Chukhahae.” Balasku.
“Singkat sekali. Kamu tidak senang ya aku menikah?” lagi-lagi dia bertanya. Tidak tau apa mood ku sedang buruk.
“Aku senang.” Jawabku singkat.
“Bohong. Dari wajah dan ekspresimu sama sekali tidak senang. Kenapa?Kamu iri karena aku akan menikah dengan Chansung? Apa kamu juga menyukainya?” Nayeon bertanya panjang lebar.
Aku diam,tidak menjawab. Karena jika aku menjawab pasti Nayeon akan bertanya lagi.
“Kenapa kamu diam?Kamu tidak senang karena aku menikahi Chansung kan?Ayoo jawab. Iya kan?Kamu menyukainya kan?Atau bahkan kamu mencintainya?Dan kamu iri tidak bisa menikah dengannya?Kau tau tadi dia habis..” Nayeon terlalu banyak berbicara. Dan kesabaranku sudah habis.
“Iya Nayeon. Aku memang menyukai Chansung bahkan mencintai Chansung.Aku dan Chansung sudah pernah berpacaran selama 2 tahun.Dan apa kau tau bagaimana pengorbanan ku untuk melepaskannnya agar bisa bersamamu?Apa kau tau rasa sakit yang aku alami saat tau kau akan dijodohkan dengan orang yang aku cintai?Tidak taukan kamu bagaimana rasanya menjadi aku?Selalu di nomor 2 kan dan selalu mengalah untukmu? Apakah kalau aku jujur seperti ini kamu akan membatalkan pernikahanmu dengan Chansung?Tidak kan?Ayo jawab aku. Hiks hiks”
Aku menjawabnya dengan sedikit berteriak dan menangis di hadapannya. Aku sudah tidak sanggup menahan air mata ini. Biarlah Nayeon tau yang sebenarnya,kalaupun dia tau tetap saja dia akan menikah dengan Chansung dan aku yang akan mengalah.Begitulah sifatnya di nomor satukan.
“ Ya benar. Aku tidak akan membatalkan pernikahanku dengan Chansung besok. Dan semuanya akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Aku juga menyukai Chansung. Aku sudah menduga kamu menyukainya. Dan ternyata benar. Aku memang egois,aku memang tidak mau mengalah karena aku juga menyukainya. Dan aku minta padamu satu hal jadilah pengiringku besok untuk pemberkatan pernikahanku di gereja. Aku hanya mau kamu yang jadi pengiringku. Mengerti?Sekalian saja kamu lepaskan semua rasa cintamu besok saat kamu mengiringiku sebagai mempelai wanitanya.”
Nayeon juga menjawabku dengan ketus. Bahkan permintaan terakhirnya sangat tidak masuk akal.
“Bersiaplah untuk tidur dan melepaskan pangeran impianmu untuk hidup bersamaku.” Lanjutnya
“Braaaak” Nayeon menutup pintu kamarku dengan membantingnya.
Dia memintaku menjadi pengiringnya. Apa dia ingin aku mati di gereja? Sangat terlihat sifat egoisnya itu.Tapi,ada perasaan lega setelah aku telah mengatakan semua ini. Mungkin besok akan jadi hari paling buruk untukku. Biarlah,semuanya akan berlalu. Dan aku akan merelakan Chansung untuk Nayeon.
-Esok Pagi-
Aku melihat diriku sendiri di cermin. Aku lumayan terlihat cantik dengan gaun pengiring yang terlihat seperti gaun pengantin sederhana. Tidak kalah sebenarnya dengan Nayeon. Aku juga sudah merias diriku agar mata pandaku tidak terlihat akibat menangis semalam.
“Chayeon-ah” eomma masuk ke ruang gantiku.
“Ne eomma.” Aku memutar badanku menghadap eomma.
“Neomu Yeppeuda. Baju itu sangat pas ya di tubuhmu. Nayeon yang memilihkannya.” Kata eomma
“Kamsahamnida eomma.” Jawabku. Cih, Nayeon yang memilihnya?Kerasukan setan apa dia memilihkan baju yang bagus ini untukku. Aku tidak percaya.
“Chayeon. Sudah siap?” Nayeon membuka pintu dan aku melihatnya. Dia cantik, sangat cantik tidak seperti biasanya.
“Ne.” Balasku singkat.
-Di gereja-
Ketika pintu di gereja di buka. Aku dengan jelas melihat Chansung sudah berdiri di altar gereja mengenakan tuksedo hitam dengan dasi kupu-kupu yang melingkar di lehernya. Sangat tampan Chansung hari ini. Maklum saja, hari ini hari pernikahannya dia pasti terlihat berbeda.
“Pegang ini Chayeon.” Nayeon memberikan buket bunga pengantin yang sedari tadi di pegangnya.
“Huh?Kenapa aku yang pegang?” tanyaku.
“Aku sangat gugup. Bisa kan tolong pegang untukku?” jawabnya
Dan kami pun memasuki gereja lalu berjalan hingga altar bersama-sama. Musik mengiringi langkahku dan Nayeon selama perjalanan menuju altar. Rasanya seperti aku yang akan menikah saja. Setibanya di depan altar aku melihat ke arah Chansung sekilas dan dia juga menatapku. Tapi aku mengacuhkannya karena sebentar lagi dia benar-benar bukan milikku.
“Chayeon, tetaplah di sini ya.” Kata Nayeon menyuruhku untuk menunggu di depan altar.
“Wae?” tanyaku.
“Ikuti saja.” Katanya sambil tersenyum
Lalu pendeta mulai berbicara “apakah saudara Hwang Chan Sung bersedia menerima saudari Lee Cha Yeon sebagai istrimu dalam suka maupun duka,waktu sehat,sakit,kaya ataupun miskin,sampai maut memisahkan kalian berdua?”
“Hah?Aku?Maksudnya?” Aku bingung menatap Chansung.
“Iyaa kamu.” Chansung mengangguk.
Saya ulangi sekali lagi ya “apakah saudara Hwang Chan Sung bersedia menerima saudari Lee Cha Yeon sebagai istrimu dalam suka maupun duka,waktu sehat,sakit,kaya ataupun miskin,sampai maut memisahkan kalian berdua?”
“Iya. Saya bersedia.” Jawab Chansung tegas.
Dan “apakah saudari Lee Cha Yeon bersedia menerima saudara Hwang Chan Sung sebagai suamimu dalam suka maupun duka,waktu sehat,sakit,kaya ataupun miskin,sampai maut memisahkan kalian berdua?”
Aku diam menatap Chansung tidak mengerti dengan maksud semua ini.
“Jawab Chayeon.” Chansung berbisik.
“Iya. Saya bersedia.” Jawabku masih kebingungan.
“Demikianlah,kalian berdua sekarang sah menjadi suami istri.Apa yang telah disatukan Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh manusia.Silahkan kedua mempelai bertukar cincin.”
Aku dan Chansung bertukar cincin. Aku masih bingung. Mengapa aku yang menikah dengan Chansung? Bukannya Nayeon?
Pendeta melanjutkan “Yak,mempelai pria silahkan mencium mempelai wanita”
“My beloved Lee Cha Yeon Saranghae.Chuuu~” Chansung memjamkan matanya dan mengecup bibirku hangat.
Dan para hadirin pun mulai bertepuk tangan dan bersorak.
Setelah kami melakukan wedding kiss aku mencari Nayeon. Nayeon ada di barisan depan sedang duduk bersebelahan dengan eomma dan appa sambil tersenyum. Aku pun berjalan menghampirinya.
“Yaaa eonni kenapa kamu melakukan ini padaku?Ini sungguh membuatku bingung dan terkejut. Ada apa ini sebenarnya?” Tanyaku panjang lebar.
“Kamu masih harus menyelesaikan resepsi pernikahanmu hari ini. Setelah acaranya selesai,baru akan aku jelaskan semuanya.” Jawab Nayeon.
“Bergegaslah ke gedung resepsinya. Tidak jauh dari sini. Kami juga akan segera berangkat.” Lanjut Nayeon.
Aku masih menatap Nayeon dan orang tuaku dengan tatapan bingung. Kenapa bisa aku yang menikah dengan Chansung?
“Jangan bengong Chayeon. Ayo kita naik ke mobil.” Chansung menggenggam tanganku dan menarikku ke arah pintu gereja.
Aku disambut tepuk tangan yang meriah di luar gereja.
-Di dalam mobil-
Chansung tidak henti-hentinya tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi sambil terus menggenggam erat tanganku. Seolah aku ini tahanan penjara yang akan kabur darinya. Entah sudah berapa kali dia tersenyum.Mungkin sekarang giginya sampai kering karena banyak tersenyum.
“Oppa..” aku memanggilnya.
“Ne?” jawabnya.
“Apa Oppa sudah tau bahwa aku akan menikah denganmu hari ini?” tanyaku.
“Ah.Tunggu sebentar. Mulai sekarang jangan panggil aku dengan kata “Oppa” tapi panggil aku dengan sebutan “Yeobo” sekarang kan aku suamimu Chayeon.” Chansung menatapku nakal.
“Yaa aku tidak terbiasa memanggilmu dengan sebutan “Yeobo” terdengar aneh Oppa.” Balasku padanya.
“Mulai sekarang kamu harus terbiasa. Karena kamu sekarang adalah Nyonya Hwang.” Chansung tersenyum.
“Ani. Aku tidak akan memanggilmu Yeobo sebelum aku siap.Jawab pertanyaanku Oppa.” Jawabku menantangnya.
“Ani. Tanyakan saja pada eonnimu. Nanti dia yang akan menjelaskannya padamu.” Chansung memasang tampang menantangku dan mengalihkan pandangannya.
“Jadi kamu mau membalasku Oppa?Baik. Lakukan saja. Aku akan terus memanggilmu Oppa sampai kamu tua.Weeeeek” aku melakukan mehrong ke arah Chansung.
“Oh begitu rupanya. Kamu mau main-main sama aku ya Nyonya Hwang?Panggil aku yeobo atau aku akan..” Chansung melihatku nakal.
“Akan apa OPPA?” Aku memberi penekanan pada kata Oppa.
“Aku akan menggelitik pinggangmu sampai kamu lemas.” Chansung memainkan tangannya seolah akan menerkamku.
“Yaa~Oppaaaa..Kyahahahaha..Oppa geliii...Oppaa..” Aku tertawa lemas saat Chansung mulai menggelitik pingganggku. Jujur saja,titik sensitifku ada di pinggang. Chansung Oppa memang kurang ajar.Aku benar-benar tertawa sampai lemas. Chansung pun ikut tertawa bahagia karena melihatku lemas. Chansung menggelitik dari mulai aku duduk di sampingnya, dan akhirnya sekarang aku jatuh tertidur di kursi belakang mobil.
Sekarang posisi Chansung ada di atasku. Kami saling menatap satu sama lain. Aku mengedipkan mataku begitu juga Chansung. Chansung mendekatkan wajahnya ke wajahku. Semakin dekat, makin dekat hingga aku dapat merasakan hembusan nafasnya, aku memejamkan mataku, hidung kamipun bersentuhan dan....
“Ehemm eheem..” Pak Sopir menggumam.
Aku membuka mataku dan melihat ekspresi kecewa dari Chansung. Hihihi Sangat cute. Kkkk Chansung kembali ke posisi duduknya yang benar, dan membantuku untuk bangun.
“Ada apa Pak Yoon?” Tanya Chansung
“Choisonghamnida mengganggu tuan dan nyonya. Kita sudah sampai di tempat resepsi.” Jawabnya sopan.
“Oh begitu. Baiklah. Kamsahamnida Pak Yoon. Oh iya,lain kali jangan mengganggu kami lagi ya.” Kata Chansung sambil menepuk pundak pak yoon.
“Isssh Oppa.” Aku memukul pundak Chansung pelan.
“Jangan hiraukan dia Pak Yoon. Kamsahamnida sudah mengantar kami. Semoga harimu menyenangkan.” Lanjutku
“Ne. Selamat atas pernikahan kalian.” Jawab pak sopir.
Dan kamipun turun dari mobil,lalu di sambut oleh 2 pria mengenakan jas hitam-hitam yang terlihat seperti bodyguard. Ah,terlalu berlebihan sekali kalian ini.
-Di dalam gedung resepsi-
Di dalam sangat ramai banyak sekali orang yang datang ke acara ini. Dan kamipun mengikuti setiap prosesi pernikahan, mulai dari acara tuang bir, potong kue,dan sampai acara para tamu mengucapkan selamat pada kami. Sungguh melelahkan,tapi aku sangat bahagia. “Gomawo Nayeon eonni”. Ucapku dalam hati.
Sekarang,aku masih menerima ucapan selamat dari para tamu. Aku menyalami mereka satu per satu sampai tiba saatnya ada seorang laki-laki memakai jas dan kaca mata hitam dan memakai sarung tangan putih berjalan ke arahku. Dia mulai menyalam appa,eomma dan dia pun menyalamiku namun tiba-tiba
“Doooor” terdengar suara tembakan. Aku terjatuh ke samping. Dan ketika aku bangun Nayeon tergeletak membelakangiku tepat di depanku. Ada apa ini?Suasana berubah menjadi histeris seketika.Ada yang berlari keluar,ada yang menutup telinganya.Ada yang menangis. Eomma dan appa langsung diamankan oleh bodyguard lain begitu pula dengan eomma dan appa Chansung.
Aku melihat Chansung dan 2 bodyguard yang tadi mengantar kami ke dalam mengejar orang itu. Siapa dia?
Aku mendekati Nayeon berharap dia baik-baik saja. Ketika aku membalikkan tubuhnya. Aku terperanjat melihat perutnya mengalir darah segar. Apakah Nayeon yang tertembak tadi?
“Nayeon..” Aku memanggilnya pelan. Nayeon diam,tak bergerak.
“Nayeon.” Kali ini aku memanggil sambil mengguncangkan pelan tubuhnya. Tapi Nayeon tetap diam tak bergerak. Aku pegang denyut nadinya. Jantungnya masih berdetak, berarti dia belum mati.
“Eonniiii..” Aku memanggilnya setengah berteriak. Aku melihat matanya sedikit terbuka. Dia sadar.
“Apa tadi kamu memanggilku eonni Chayeon?” tanyanya dengan suara lirih.
“Eonni gwaenchana?” Aku meletakkan kepalanya di kedua pahaku dan menggenggam tangan yang berlumuran darah yang ada di perutnya.
“Ne..Nan gwaenchan..sshh” Nayeon mendesah menahan sakit. Aku tau ini pasti sakit.
“Yaa~ eonni. Apanya yang tidak apa-apa?Kamu berdarah eonni.” Jawabku
“Yaa~siapa saja tolong hubungi rumah sakit,ugd,atau apalah semacamnya. Tolonglah eonniku.” Aku berteriak pada orang-orang yang sedang panik di dalam gedung.
“Chayeon..” panggil Nayeon pelan.
“Ne eonni.” Aku menjawabnya dan tak kusadari air mata mengalir di pipiku.
“Jangan menangis. Di hari pernikahanmu seharusnya kamu bahagia. Maaf mengacaukan pestamu.” Jawabnya dengan suara sangat lirih.
“Eonni..Jangan pergi dulu. Kenapa kamu melakukan ini eonni. Kenapa?” tanyaku
“Karena hanya aku yang melihat orang itu akan menembakmu tadi. Kalau bukan aku yang melindungimu siapa lagi?Aku kan eonnimu.Aku kuat Chanyeon aaaah.” Nayeon menjawab sambil menahan sakit memegang perutnya yang bersimbah darah yang terus keluar.
“Eonni..Kuatkanlah dirimu ya. Kamu berjanji akan menceritakan kenapa aku yang menikah dengan Chansung kan?Iya kan?” Aku berusaha tersenyum dalam tangis.
“Sebaiknya aku ceritakan saja di sini. Aku takut tidak dapat menepati janjiku.” Nayeon berusaha tersenyum
“Yaa~ eonni jangan bicara begitu.Kamu harus bertahan eonni, harus kuat. Aku masih ingin bertengkar denganmu. Memperebutkan 1 barang denganmu. Dan jujur saja,aku juga ingin di antar ke sekolahku dengan mobil yang selalu kamu pamerkan itu.” Air mataku semakin deras mengalir.
“Gomawo Chayeon-ah.Semoga aku masih bisa melakukan keinginanmu itu. Aku tau kamu menyukai bahkan mencintai Chansung dari awal pertemuan keluarga kita dengan keluarga Chansung.” Katanya pelan dan wajahnya makin terlihat pucat.
“Eonni,tau  dari mana?” tanyaku.
“Tatapanmu terhadapnya berbeda. Aku tau ada yang terjadi diantara kalian. Selama makan,aku memperhatikan kalian. Aku melihat sikap kalian berbeda. Dan ternyata aku benar.” Nayeon tersenyum memaksa.
Aku mendegarkan penjelasannya baik-baik.
“Apalagi ketika aku akan dijodohkan dengan Chansung dan kamu langsung keluar dari ruangan itu sambil menangis kan?Suaramu berbeda. Aku tau itu adalah caramu berekspresi ketika kamu terkejut dan sedih.”
Aku menatap Nayeon dalam. Aku tidak tau bagaimana dia tau sifatku sampai sejauh itu.
“Aku juga melihatmu dan Chansung berpelukan di bawah pohon belakang resto. Aku memperhatikan kalian dari jendela atas restoran itu yang menghadap ke belakang gedung. Aku tidak tau apa yang kalian bicarakan. Tapi yang aku lihat kamu dan Chansung memang saling mencintai.” Lanjutnya
Aku tersenyum pada Nayeon. Mencoba membuatnya tetap bertahan hidup hingga ada ambulans datang.
“Kamu tau kenapa aku menerima perjodohan itu?” tanya Nayeon
“Ne.. Eonni menyukai Chansung kan?” jawabku
“Pabo..Percaya saja kamu pada kata-kataku.ssh” Nayeon mencoba menepak kepalaku tapi dia kesakitan memegangi perutnya.
“Lalu?Eonni tidak menyukai Chansung?” tanyaku.
“Aku menerima perjodohan itu,karena aku ingin tau apakah Chansung benar-benar mencintaimu atau tidak. Dan ternyata dugaanku benar, dia memang sangat mencintaimu Chayeon.”
“Kamu tau?Setiap bersamaku, dia selalu membicarakanmu. Bertanya padaku bagaimana kabarmu,apa kamu baik-baik saja. Apa kamu sudah makan,sekolahmu bagaimana. Apa kamu juga memikirkan dirinya. Dari situ aku memutuskan untuk memiliki hubungan sekedar Oppa dan dongsaengnya saja. Itulah sebabnya aku dekat dengan Chansung.” Sambungnya
“Jadi,selama ini kalian berpura-pura mesra di depanku. Begitu?” Aku agak cemberut mendengar pengakuan Nayeon.
“Jangan cemberut Chayeon.” Dia memegang tanganku. Tangannya semakin dingin. Aku menggengamnya. Berusaha untuk menghangatkannya.
“Dan akhirnya,aku dan Chansung sepakat untuk bicara pada orang tua kami masing-masing kalau perjodohan ini bukan untukku,tapi untukmu.Yang terpenting Chansung menikahi salah satu dari kita bukan?Dan mereka setuju.” lanjutnya diselingi senyum yang terpaksa.
“Tapi waktu terakhir di resto aku melihat kalian hampir..”
“Berciuman?” Nayeon melanjutkan kata-kataku.
Aku mengangguk.
“Ya memang benar. Tapi Chansung hanya mencium pipiku saja. Ciuman terima kasih padaku karena telah membantunya.Aku melihatmu berpaling ketika Chansung akan menciumku. Karena itu,kamu slah sangka.” Sambungnya . Dans ekarang wajahnya makin terlihat pucat. Dan tangannya semakin dingin.
“Chayeon-ah. Nayeon-ssi” Chansung kembali dan menghampiri kami.
“Ah aku hampir saja lupa.” Kata Nayeon
Nayeon menarik tangan Chansung dan tanganku lalu menyatukan tangan kami di hadapannya.
“Aku belum mengucapkan selamat pada kalian.” Katanya sambil tersenyum dan membuat wajahnya terlihat sangat menyeramkan.
“Eonnii..” Aku memanggilnya manja.
“Chansung ssi, Chayeon-ah. Chukhahamnida. Selamat menempuh hidup baru dan semoga kalian hidup bahagia.Jujur,aku tidak ingin terlihat seperti ini saat hari yang paling membahagiakan seperti sekarang ini.”
“Eonni..” jawabku menangis. Aku takut kehilangan eonniku, apalagi setelah aku mendegar penjelasannya tadi. Kini aku tau,bagaimana dia sebenarnya. Chansung berusaha menguatkanku dengan memeluk pundakku.
“Chansung ssi, tolong jaga Chayeon baik-baik ya. Jaga dan lindungi dia untukku.” Jawaban Nayeon semakin membuatku sedih. Aku benar-benar tidak mau kehilangannya.
Tak lama kemudian Nayeon memejamkan mata.
“Eonni..” aku memanggilnya, tangan yang tadi mengenggamku kini sudah terkulai lemas. Tak ada jawaban dari Nayeon.
“Eoniiiiii..Jangan pergi. Kumohon. Tetaplah bersamaku.” Panggilku lebih keras . Tapi Nayeon tetap tidak merespon. Chansung berusaha menenangkanku. Dia memelukku. Tapi tak cukup untuk mengurangi kepedihanku.
Tak lama kemudian ambulans datang dan membawanya ke rumah sakit. Aku harap dia masih hidup. Aku tidak meminta apapun. Aku hanya ingin dia hidup. Tolong Tuhan, aku ingin dia kembali. Aku menyayangi eonniku.
-1 minggu kemudian-
Aku berada di sini. Di depan sebuah pintu rumah sakit. Aku akan menjenguk Nayeon eonni yang sedang tertidur pulas di ranjangnya.
“Kreeeek” aku membuka pintu kamarnya. Meletakkan buket bunga mawar kesukaannya. Eomma sedang keluar sebentar, jadi aku yang akan menjaganya.
“Nayeon eonni.Aku datang.” Bisikku di telinganya. Lalu aku duduk di kursi samping tempat tidurnya.
Dia lalu membuka matanya ketika aku datang dan tersenyum.
“Chansung mana?Tidak bersamamu?” tanyanya. Huh. Dasar eonni,baru bangun yang ditanya langsung si Chansung.
“Ada,masih di bawah.” Jawabku datar.
“Annyeonghaseyo Nayeon ssi.” Chansung datang membawa sekeranjang buah apel kesukaan Nayeon.
“Woaaah gomawo Chansung Oppa sudah membawakan buah kesukaanku.” Nayeon mengeluarkan aegyonya.
“Ne..Aku tau kamu suka apel,makanya aku membelinya.” Chansung tersenyum sangat manis.
“Ya sudah. Kalian berdua mengobrol saja sepuasnya. Aku tunggu di luar.” Aku bersiap-siap akan keluar.
“Chayeon cemburu ya?” tanya Nayeon.
“Ani.” Jawabku datar sambil menoleh padanya.
“Baguslah kalau begitu. Oppa,tolong berikan aku apel ya. Aku mau kamu yang menyuapiku.” Kata Nayeon manja.
“Ne Nayeon ssi.” Jawab Chansung.
“Yaaa~ kalian berdua tidak boleh seperti ini. Sini, berikan padaku apelnya. Biar aku saja yang menyuapimu eonni.” Aku memasang tampang kesal dan merebut apel dari tangan Chansung.
“Hahahaha.Cemburu ya Chayeon?” Ejek Nayeon tertawa.
Kami bertiga saling menatap lalu...
“Hahahahahaha” Kami bertiga pun tertawa bersam-sama. Dasar Nayeon. My Rival is My Eonni.
-THE END-