Title :
My Rival is My Eonni
Cast :
Author as Lee Chayeon
Lee Nayeon as Author’s Older Sister
2PM Chansung as Author’s Boyfriend
And Lee and Hwang Family
Genre :
Romance
One
Shoot
Author
POV
========================================================================
“Chayeon,sudah
siap belum?Cepat turun.Kamu ini lamban sekali tidak seperti eonni mu.Lihat
Nayeon sudah selesai sarapan!” Eomma sudah mulai ceramahnya di pagi hari ini.
“Ne
eomma. Sebentar lagi.” Sahutku sambil merapikan dasi sekolahku.
“Cepat!
Atau kamu akan pergi jalan kaki.Nayeon harus berangkat lebih awal hari ini.”
Eomma menjawab
Ya ya
ya..Nayeon eonni,eonni,eonni dan eonni lagi..Aku memang selalu
dibanding-bandingkan dengan Nayeon eonni.Umurku dan dia hanya berbeda 2
tahun,tapi dia sangat berbeda dariku.Saat ini aku masih kelas 2SMA sedangkan
dia sudah masuk kuliah.Karena kepintarannya dia menyelesaikan SMA cukup 2
tahun.
Dia
cantik,pandai,mudah bergaul,dan sangat diperlakukan seperti anak emas di
keluargaku.Sedangkan aku,adiknya walaupun tidak bisa menyaingi eonni,setidaknya
aku tidak memalukan keluarga.Nayeon eonni selalu di nomor 1 kan sedangkan aku
di nomor sekian kan kurasa.
“Cepat
sedikit,ayo duduk di sini makan sarapanmu.” Eomma menyuguhkan sepiring roti
bakar dan segelas susu coklat.
“Aku
hampir terlambat Chayeon.Teman-temanku memintaku datang lebih awal hari ini
untuk mengajari mereka.Cepat habiskan sarapanmu,atau aku tinggal.” Nayeon eonni
memasang tampak mengejek.
Ingin
sekali aku membalas tatapan mengejeknya itu,tapi apa daya aku tak bisa.
“Sok
sibuk sekali dirimu.Cih” ucapku dalam hati sambil menatapnya sinis.
“Kenapa kau memandangku seperti itu?Tidak suka
aku berkata begitu?Ya sudah,aku mau berangkat sekarang,karena aku tidak mau
dicap sebagai tukang ngaret.Silahkan jalan kaki ke sekolahmu ya adikku.” Eonni
tersenyum mengejek.
“Apa?Aku
harus jalan kaki lagi?Kau ini senang melihatku menderita ya Nayeon?” Aku
menatapnya marah.
“Chayeon!
Sangat tidak sopan memanggil orang dengan namanya padahal dia lebih tua darimu.” Eomma memarahiku.
Aku
hanya diam,malas membalas.
“Eomma,bolehkan
aku berangkat duluan?Aku hampir terlambat.” Nayeon mulai memasang tampang
aegyonya yg sangat sudah tidak cocok dengan umurnya.
“Ya
sudahlah,berangkat saja.Kau bawa mobil atau mau diantar supir?”
“Aku
bawa sendiri boleh ya eomma?” Lagi-lagi beraegyo ckckck
“Baiklah,hati-hati
ya saat mengemudi.”
“Kamsahamnida
eomma” Nayeon memeluk eomma.
“Tapi
eomma,lalu aku bagaimana?” tanyaku
“Kau
bisa jalan kaki kan?Untuk apa kau punya kaki kalau tidak digunakan?” Nayeon
menjawab pertanyaanku
“Diam!Aku
tidak bertanya padamu!” Aku membalasnya ketus.
“Betul
kata Nayeon. Jalan kaki saja Chayeon,sekolahmu dekat kan?”
Lihat
kan?Siapa yang selalu dibela?Pasti Nayeon dan selalu Nayeon
“Terserah
kalian saja.” Aku menjawab ketus.
“Aku
berangkat ya eomma.Aku akan pulang agak larut,karena harus membantu temanku.”
“Baiklah,eomma
percaya.Hati-hati ya”
“Na
ganda.” Kata Nayeon sambil melangkah pergi.
“Habiskan
sarapanmu Chayeon. Dan bergegaslah ke sekolah.” Kata eomma sambil berlalu ke
ruang tamu.
“Ne
eomma.”
Terpaksa
aku harus jalan kaki.Malasnya.
“Drrrrtt
3x” Hp ku bergetar ada telepon masuk,saat aku lihat yg telepon ternyata pacarku
Chansung.
Aku
menjawab teleponnya
“Joheun
achim bonaeseyo nae chagiya (Selamat pagi yg indah pacarku).Bagaimana kabarmu
hari ini?” Terdengar suara setengah
berteriak saking bersemangatnya dari seberang sana.
“Yaa
Oppa,aku belum bicara sepatah katapun,kamu sudah berpidato panjang lebar.”
“Kenapa?Tidak
suka?Ya sudah aku tutup saja.”
“Weii
Oppa kenapa sich?Ngambek ya?Jangan ngambek dulu donk my baby bear hihihi”
“Baiklah,aku
tidak jadi menutup teleponnya hahaha.Belum berangkat chagi?”
“Belum
Oppa,hari ini aku jalan kaki.Sungguh menyebalkan.”
“Hmm,pasti
karna eonni mu si Nayeon menyebalkan itu ya?Coba aku masih sekolah di situ
ya,bisa aku antar jemput kan?Semangat ya untuk hari ini. Jadwalku hari ini
sangat padat.”
“Ya
begitulah Oppa. Semangat juga untuk my baby bear.Oppa neomu bogosipheo.”
“Na do
bogosipheo chagi. Saranghae.”
“Na do
saranghae Oppa. Sudah dulu ya ada eomma.”
“Baiklah.
Miss you. Muah muah.”
Aku
buru-buru meletakkan ponsel di meja.
“Siapa
tadi yang telepon?” tanya eomma
“Tidak
penting.” Jawabku
“Tidak
penting?Kok pake bogosipheo sama saranghae?Hayoo ngaku.Kamu punya pacar?”
“Aniyo.Sudah
ya eomma,aku mau berangkat.Na ganda.”
“Ne..Hati-hati.”
Aku
sudah berpacaran dengan Chansung kurang lebih 2 tahun,dan selama itu aku tidak
pernah membawanya ke rumah. Aku sengaja merahasiakan kalau aku sudah punya
pacar.Karena kedua orang tua ku melarangnya.Tentu saja karena Nayeon eonni
juga.
Mereka
pasti akan bilang “Lihat Nayeon,dia saja cantik,pintar,banyak yang mengantri
menjadi pacarnya tapi dia tidak mau punya pacar dulu.Sedangkan kau belum ada
apa-apanya sudah berpacaran.” Jadi,lebih baik aku merahasiakannya saja.
Aku
pulang sekolah seperti biasa pada malam hari dan saat aku pulang ke rumah ada
sesuatu yang aneh.
“Aku
pulang.”
“Hiks
hiks hiks hiks” terdengan suara tangisan eomma.
“Eomma
kenapa?Ada apa?”
Aku juga
melihat Nayeon sedang tertunduk sambil memgang dahi dan menahan tangis.
Sedangkan appa sedang sibuk berbicara dengan orang di telepon yang entah siapa.
“Kita
miskin Chayeon.Miskin.Huwaaaa” Tangis eomma makin pecah.
“Apa
maksudnya kita miskin?Aku tidak mengerti.” Aku bingung.
“Chayeon.Saham
perusahaan appa turun drastis dan keluarga kita bangkrut.Semua harta benda
milik kita akan disita oleh bank.Termasuk rumah ini.” Nayeon menjelaskan dan
tetap berusaha tenang.
“Apa?Ini
tidak mungkin.Bagaimana bisa?” Aku tidak percaya mengapa hal ini bisa terjadi.
“Kita
hanya diberi waktu 3 hari untuk mengosongkan rumah ini jika appa tidak sanggup
membayar hutang.” Lanjut appa.
“Kita
harus bagaimana yeobo?hiks hiks” Eomma semakin menjadi.
“Untuk
sementara kita tetap tenang.Appa akan mencari cara untuk melunasi hutang saham
yang menurun itu.Setidaknya hari ini kita masih bisa tidur di sini.” Appa
menjawab dengan tenang setelah menutup teleponnya.
“Yeoboseyo.Ne
Hwang Jae Hoon nim bla bla bla” Appa menjawab telepon
Appa
menerima telepon dari orang lain lagi.
“Chayeon,ganti
bajumu dan istirahatlah. Mianhae membuatmu terkejut dengan kabar ini.” Kata
eomma yang sudah agak tenang.
“Ne
eomma.” Jawabku.
Aku
tidak bisa membayangkan tidak tinggal di rumah ini lagi. Memang hidupku,boleh
dibilang sangat berkecukupan sedari aku kecil dan wajar saja jika eomma syok
dengan kabar ini.Appa sudah membangun perusahaan ini sejak lama dan bangkrut
begitu saja membuatku sangat terkejut.
-Esok
Hari-
“Chayeon,bisa
kah hari ini kamu tidak ke sekolah dulu?Appa punya meeting penting dengan orang
yang akan membantu appa melunasi hutang dan appa ingin semua anggota keluarga
kita datang.” Appa bicara ketika aku turun ke ruang keluarga.
“Ne
Appa. Aku ikut saja.”
“Kalau
aku Appa?” tanya Nayeon
“Iyaa,kamu
juga Nayeon sudah pasti. Hari ini kamu tidak sibuk kan di kampus?”
“Baiklah,padahal
aku ingin mencari bahan untuk tugasku.” Jawab Nayeon
“Masih
ada hari esok. Kalau Appa berhasil menyakinkan orang ini,Chayeon dan Nayeon
masih akan tetap bisa belajar.”
“Aku
sayang appa.” Aku memeluknya. Aku tau,ini cobaan terberat untuk Appa,tapi Appa
mencoba tetap tenang meskipun ia sendiri sebenarnya sangat khawatir.
“Aku
juga.” Nayeon ikut memeluk Appa.
Ikut-ikutan
saja Nayeon ini.
“Terimakasih
anak-anak Appa yang cantik.Sekarang siap-siap saja karna siang ini kita akan
bertemu keluarga mereka.”
“Ne
Appa” Kami menjawab serentak.
-At
Resto-
Keluargaku
sudah sampai di tempat meeting terlebih dahulu. Siapa kira-kira yang akan
membantu melunasi hutang Appa.Pasti orang ini juga kaya.Semoga Appa berhasil
meyakinkannya.
“Annyeonghaseyo
Hwang Jae Hoon nim” Appa berdiri dan membungkuk ketika melihat orang membuka
pintu ruangan VIP Resto ini.
“Ne.
Annyeonghaseyo Lee Jun Young nim.”
Sambut pria yang umurnya tidak jauh beda dengan Appa sambil membungkuk dan
menjabat tangan Appa.
“Ini
istriku Shin Yu Jin” kata Pak Hwang.
“Salam kenal.”
Kami serempak membungkuk dan tersenyum
“Perkenalkan,
ini istri ku Park Eun Kyung dan ini putriku Lee Nayeon dan Lee Chayeon.”
“Annyeonghaseyo
Ahjussinim.” Kami berdua membungkuk bersama.
“Cantik
ya mereka berdua terutama Nayeon.” Kata istri dari Pak Hwang
Baru saja perkenalan aku sudah
dibuat malas. Ya memang Nayeon eonni lebih cantik,tapi apa perlu menyebutnya di
depanku?Aku
menggerutu dalam hati.
“Silahkan
duduk.” Pak Hwang mempersilahkan kami duduk.
Kami
semua duduk.
“Putra
anda tidak ikut?” Tanya appa
“Sebentar
lagi dia masuk,sedang menerima telepon di luar.” Jawab istrinya Pak hwang
“Tok 3x”
Ada yang mengetok pintu.
“Masuk
saja Chans.” Kata Pak Hwang.
“Annyeonghaseyo
Ahjussinim Ahjumonim.” Kata seorang pria mengenakan kemeja putih dengan jas hitam
yang sangat pas dengan tubuhnya.Aku tidak melihat wajahnya dengan jelas karena
sedang menunduk ke bawah.
“Ini
putra kami Hwang Chan Sung.” Kata pak hwang.
Apa?Chansung?Aku
tidak salah dengar?Aku yang sedang menunduk untuk membersihkan sepatuku yang
sedikit kotor langsung menoleh ke arahnya dan benar ternyata itu CHANSUNG.
“Uhuk
uhuk” Aku tersedak begitu melihat wajahnya.
“Chayeon
gwaenchanseumnida?” tanya istrinya pak hwang.
“Ne
ahjumonim.Kamsahamnida.”
“Silahkan
duduk Chansung. Jangan berdiri saja.” kata Appa
Chansung
duduk di sebelahku. Karena mejanya berbentuk bundar dan kursinya pas untuk 7
orang. Kursi sebelahku kosong karena aku duduk di kursi terakhir.
“Ne.”
Jawab Chansung sambil menatapku merasa bersalah.
Jadi,Chansung
anak orang kaya?Yang aku tau selama menjadi pacarnya dia tidak pernah bercerita
bahwa dia orang kaya.Selama ini dia tampil sederhana. Dan mungkin karena kami
sepakat untuk merahasiakan hubungan ini dia tidak bercerita padaku.
“Jadi,sebaiknya
bagaimana?” tanya Appa.
“Kita
makan saja dulu, sambil mengobrol.Setelah makan,baru kita bicara ke arah yang
lebih serius.Bagaimana?” kata Pak Hwang
“Baiklah
kalau begitu. Mari makan semuanya.” Kata istri pak hwang
Aku dan
Chansung sama-sama terdiam saat makan,beberapa kali Chansung mencoba memegang
tanganku,tapi aku menepisnya.Dia tau,pasti aku tidak suka jika ada hal yang
disembunyikan dariku. Sedangkan Nayeon asik bercengkrama dengan eommanya
Chansung. Dasar Nayeon si ibu-ibu arisan ada saja bahan omongan yang tidak ada
habisnya,tertawa bercanda.Cih,sok kenal sekali dia.
“Mianhae.”
Chansung berbisik di telingaku.
Aku
menatapnnya namun tak bicara dan melanjutkan makanku lagi.
“Jeongmal
mianhae chagiya.” Ucapnya masih berbisik namun semakin dekat di telingaku.
“Nanti
ada yang melihat kita.Makanlah” jawabku pelan dan datar tanpa melihatnya.
Akhirnya
Chansung bergeser menjauhiku. Karena dia tau kalau aku bicara tanpa melihatnya
berarti aku marah padanya.
-Selesai
Makan-
“Baik,kita
muali sekarang pak Lee. Bagaimana?”
“Langsung
ke intinya saja.” jawab Appa.
“Aku
akan membantumu melunasi hutang,dengan syarat yang sudah aku bicarakan di
telepon kemarin pak.” Kata Pak Hwang
“Aku
tidak yakin kalau putra anda mau.” Jawab Appa.
“Huh?Aku?”
Chansung heran.
“Iyaa
kamu Chansung. Rencananya kamu akan dijodohkan dengan putrinya pak Lee.” Jawab
eomma Chansung.
“Benarkah?Serius?Ini
tidak main-main kan?” Tanya Chansung sedikit bingung namun senang.
Apa aku
yang akan menikah dengan Chansung?Ini tidak mungkin,tapi mungkin saja
sekarang.Aku tersenyum kecil membayangkannya.Pasti Chansung memikirkan apa yang
aku pikirkan.
“Iya
Chansung kamu akan dijodohkan dengan putrinya pak Lee. Yaitu Lee Nayeon.” Jawab
Pak Hwang.
Jlegeeeeer.
Aku serasa disambar petir. Chansung akan dijodohkan dengan LEE NAYEON? Dan
pastinya nanti mereka akan menikah.Eonni yang paling menyebalkan dalam
hidupku?Orang yang paling tidak ingin aku miliki.Apa aku sedang bermimpi?Jika
iya,aku ingin bangun.Tolong bangunkan aku.Karena ini sakit.
“Apaa?Dengan
Nayeon?” Chansung terkejut.
“Iya,karena
Chayeon masih sekolah jadi tidak mungkin menjodohkanmu dengannya. Lagipula
Nayeon lebih cantik.” Kata eomma Chansung.
Cukup
sudah. Aku sudah tidak kuat lagi.Napasku mulai tak beraturan.Dadaku mulai
terasa sesak.Tanganku terasa dingin dan perutku sangat mualAku merasakan ada
sesuatu yang ingin keluar dari tubuhku.Aku rasa aku akan pingsan.Lalu aku
berdiri dan bersiap untuk keluar dari ruangan ini.Ruangan yang akan membunuhku
jika aku tidak keluar secepatnya.Tak terasa ada setetes air mata keluar dari
tepi mataku.
“Mau
kemana Chayeon?” Tanya eomma.
“Aku
butuh udara segar eomma. Choisonghamnida ahjussi ahjumma lanjutkan pembicaraan
kalian.” Aku berusaha bicara dan bergegas keluar sebelum yang lainnya menyadari
bahwa aku menangis.
Aku
keluar menghirup udara segar dan segera mencari tempat duduk.Aku duduk di bawah
pohon rindang dengan tempat duduk beralaskan semen yang berkeramik yang
letaknya tepat berada di belakang resto. Cukup sepi karena letaknya yang
seperti jalan buntu sehingga tidak ada orang yang lalu lalang.
Aku menunduk
dan menutupi kedua wajahku untuk menangis. Ntah mengapa aku menangis,mungkin
menahan pedih terhadap kenyataan bahwa Chansung akan dijodohkan dengan orang
yang paling aku benci, eonni ku sendiri.
“Chayeon-ah.”
Panggil seorang namja yang sangat aku kenal suaranya.Namja yang sudah mengisi
hari-hariku selama 2 tahun belakangan ini sangat lembut saat memanggilku.
Aku
tetap tertunduk tak menatapnya.
“Chagiya.
Mianhae. Jeongmal mianhae.” Chansung duduk lalu memelukku dari belakang.
“Lepaskan
tanganmu.Kembalilah ke dalam.” Aku mencoba bicara dengan suara lirih.
“Aniya.Aku
tidak akan pergi sebelum kau memaafkanku.” Chansung memelukku semakin erat.
“Hentikan.”
Aku melepaskan tangannya,tapi Chansung tetap memelukku.
“Aku tau
kamu marah chagi. Mianhae aku tidak pernah bercerita kalau orangtuaku kaya. Itu
karena aku tidak mau kamu merasa tidak pantas menjadi pacarku. Aku ingin kamu
menerimaku apa adanya aku sebagai Chansung,bukan sebagai anak dari orang kaya
raya.Sekali lagi aku minta maaf. Saranghae chagiya.” Chansung membenamkan
kepalanya di pundakku.
“Jadi
Oppa pikir aku materialistis,begitu maksudnya? Aku memang tidak pantas untukmu.
Yang pantas untukmu itu Nayeon Eonni.Cepat kembalilah ke dalam dan temuilah
calon istrimu.” Aku berdiri dan berusaha untuk berjalan menjauhi Chansung.
“Jadi
itu masalahmu chagi?” Chansung menarik tanganku dan memutar badanku
mengahdapnya.
“Kamu
menangis?” Chansung mengusap air mataku dengan tangannya.
“Jangan
bersikap seperti ini. Oppa akan menjadi suami Nayeon nantinya.” Aku memalingkan
wajahku.
“Tidak,sampai
kapanpun aku tidak akan menikahinya. Aku hanya mencintaimu chagi. 2 tahun kita
bersama dan itu tidak akan pernah digantikan oleh siapapun entah itu Nayeon
atau siapalah.Trust me.I love you.And i
wanna be with you.Only you,okay?” Chansung memegang pundakku.
“Gomawo
Oppa. Tapi hubungan kita tidak pernah kita beritaukan pada keluarga. Asal Oppa
tau hanya dengan cara menikah dengan Nayeon eonni perusahaan appa ku akan
kembali seperti dulu.Selain cara itu tidak ada lagi Oppa.” Aku mencoba tersenyum
dalam tangisku.
“Chayeon-ah.”
Chansung memelukku.
“Aku akan memikirkan cara yang terbaik supaya
aku tidak perlu menikah dengannya tapi tetap akan membantu Appa mu ya chagi?Aku akan tetap bersamamu
bagaimana pun caranya.” Chansung mengelus kepalaku.
“Gomawo
Oppa,tapi saranku mulai dari sekarang lebih baik kau lupakan saja aku.” Aku
melepaskan pelukannya,mengusap air mata ku dan berlari masuk kembali ke dalam
resto. Aku terpaksa melakukan ini demi Appa. Aku mencintai Chansung,tapi di
satu sisi aku juga harus melepaskan keegoisan demi keluargaku.Aku harus
memilih. Keluarga atau pacar.
“Chayeon-ah.”
Panggil Chansung sambil berusaha mengejar.
Tanpa
disadari ada yang memperhatikan kami dari awal.
Aku
masuk ke dalam toilet resto berusaha untuk memperbaiki riasan ku dan bersikap
seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
“Tok 3x”
“Masuk”
jawab orang dari dalam.
“Aah
Chayeon,dari mana saja?Ayo duduk kembali.” Sapa eomma nya Chansung.
“Ne,choisonghamnida
membuat kalian menunggu. Aku merasa sedikit tidak enak badan setelah makan.”
Jawabku sambil duduk kembali.
“Chansung
juga baru kembali?Dari mana saja kalian?Apa kalian bertemu?” tanya eomma ku.
“Aniyo
ahnjumonim. Aku baru saja menerima telepon.” Jawab Chansung
“Jadi,mari
kita lanjutkan topik yang tadi.” Kata Appa
“Chansung,
mau atau tidak dijodohkan dengan Nayeon?” tanya Appanya Chansung
“Aku....”
Jawaban Chansung terhenti ketika aku memegang tangannya dari bawah meja. Karena
aku tau,pasti Chansung akan menjawab tidak. Dia menatapku sejenak tapi aku tak
melihatnya.
“
Ya?Bagaimana?” Eommanya Chansung menjawab.
“Aku
ingin Nayeon menjawabnya duluan.” Jawab Chansung.
“Hahaha..Rupanya
Chansung ini pemalu juga ya.Baiklah, Nayeon menurutmu bagaimana?” tanya Appa
“Hmmm..Aku..Mau..”
Jawabnya sambil tertunduk malu.
Aku terkulai
lemas tanganku yang tadinya menggenggam
tangan Chansung langsung kulepaskan.Aku tidak menyangka kalau Nayeon akan
menjawab iya.Kalau dipikir mungkin juga.Siapa yang akan menolak Chansung?
“Chansung
bagaimana?” tanya eomma.
“Aku
akan mencoba untuk menjalaninya.” Jawab Chansung yang langsung menggenggam
tanganku di bawah kursi,karena dia tau aku akan bertambah sedih mendengarnya.
“Hahahahaha..Kalau
begitu,kita sepakat ya.” Kata Appanya Chansung.
“Baiklah.Kamsahamnida
Jae Hoon nim untuk kerja samanya.Senang bekerja sama dengan anda.” Appa berdiri
dan bersalaman dengan Appanya Chansung.
“Sama-sama
Jun Young nim. Sebentar lagi kita akan jadi besan tak perlu sungkan.Hahahaha.”
jawab appanya Chansung.
Mereka
semua tertawa bahagia,kecuali aku dan tentunya Chansung. Aku tidak pernah
menyangka. Kehidupanku akan berubah secepat ini.
-Di
Rumahku-
Kami
semua sedang duduk di ruang tamu.
“Appa,untung
saja teman appa itu baik mau membantu.” Kata Nayeon
“Iyaa.
Tapi mianhae Nayeon appa harus mengorbankan perasaanmu demi keluarga.” Jawab
Appa
“Aniyo.Aku
ikhlas Appa. Karena aku suka dia.” Jawab Nayeon
Jawaban
Nayeon membuatku menoleh ke arahnya dengan tatapan ingin menerkamnya bak
harimau kelaparan. Sebenarnya,siapa yang mengorbankan perasaan demi
keluarga?Aku bukan Nayeon. Dan akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke kamarku
dari pada mendegar pembicaraan mereka
Aku
masuk ke kamarku menarik laci meja rias ku. Di situ tersimpan rapi album foto
saat aku bersama Chansung ke taman hiburan tahun lalu. Ada foto saat kami
tertawa bersama, berteriak,makan ice cream dan yang paling tak terlupakan foto
saat kami memakai kostum hewan. Sangat lucu dan juga menyakitkan untuk diingat.
“Chayeon,boleh
aku masuk?” tanya Nayeon
Aku
buru-buru memasukkan album tadi ke dalam laci meja riasku.
“Ne..
Masuklah.” Jawabku
“Boleh
aku pinjam buku pelajaran mu?Aku ingin melakukan survey.”
“Silahkan.
Pilih saja.”
“Eonni..”
“Ne?Tumben
kau memanggilku eonni?”
“Aku
ingin bertanya..Kenapa kau mau dijodohkan dengan Chansung?” tanyaku dengan
mimik serius.
“Hmm,karena
aku menyukainya sejak pertama melihatnya tadi. Kelihatannya dia pintar dan juga
tampan. Kenapa?Kau menyukainya juga?” Nayeon menjawab dengan tersenyum bahagia.
Sepertinya dia memang menyukai Chansung.
“Huh?Ani.Aku
hanya bertanya saja.Kalau ketemu bukunya kau boleh keluar.”
“Baiklah,ini
buku yang aku cari.Gomawo.”
Ya
memang benar,tidak ada yang bisa menolak pesonanya Chansung. Padahal dulu,aku
sama sekali tidak tertarik padanya. Alasan Chansung memilihku menjadi pacarnya
karena aku menerimanya sebagaimana dirinya. Sampai sekarang aku pun sangat
tidak menyangka bisa menjadi pacarnya. Setidaknya sampai saat ini.
“Drrrrttt
3x” Hp ku bergetar ada telepon masuk dari Chansung. Aku tau pasti dia akan
menelepon. Mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini. Aku tidak mengangkat
teleponnya,karena akan terasa menyakitkan jika mendegar suaranya. Aku ingin
menjernihkan pikiranku sejenak dan mencoba menerima kenyataan. Ya kenyataan
kalau harus selalu aku yang mengalah dari Nayeon. Kenyataan kalau Nayeon lah
yang memang lebih pantas untuk Chansung bukan aku. Saatnya untuk bangun dari
mimpiku.
“Drrrttt2x”
Hp ku bergetar lagi,kali ini ada pesan masuk dari Chansung
_Chansung_
“Changiya,gwaenchanayo?Aku
sangat khawatir pada keadaanmu. Kenapa kamu tidak mengangkat teleponnya?Masih
marah?”
Aku
tidak ingin membalas pesannya. Aku akan mencoba untuk benar-benar melupakannya.
“Drrrttt2x” 15 menit kemudian ada pesan lagi dari
Chansung
_Chansung_
“Tidak
ingin membalas pesanku?Apa kamu sungguh-sungguh akan melupakanku chagi?Jangan
bersikap seperti ini. Aku tidak sanggup chagi jika harus melupakan mu. Jangan
kan melupakanmu, tidak memikirkan mu saja 1 hari aku tidak bisa chagi. Tolong
jangan seperti ini. I love you so much and always be like this until forever.”
Aku
menitikkan air mata saat membaca pesannya yang kedua. Aku juga mencintainya.
Sangat mencintainya. 2 tahun kami bersama,sudah banyak kenangan yang tersimpan
rapi di relung hati dan pikiranku.
“Drrrttt2x” lagi2 Chansung mengirim pesan.
_Chansung_
“Aku
punya ide untuk menyelesaikan masalah ini. Tidak dengan cara menyakiti diri
kita seperti ini Chagi. Temui aku besok di tempat biasa kita bertemu setelah
kau pulang sekolah. Tolong datanglah.Aku akan tetap menunggumu di sana
sekalipun kau tidak datang. Annyeonghijumuseyo. Jaljayo. Saranghae. Jeongmal
Saranghae Yeongwonhi.”
Aku
menarik napas panjang saat membaca pesannya yang ke 3. Aku tidak tau ide apa
yang ada di pikiran Chansung saat ini. Aku pun bingung aku harus datang atau
tidak. Tapi Chansung keras kepala dia akan tetap menunggu sekalipun aku tidak
datang.
-Esok
hari pulang sekolah-
Aku
berjalan ke arah taman tempat biasa aku bertemu dengan Chansung. Tempat favorit
untuk menghabiskan waktu bersama jika sudah tidak tau akan pergi kemana. Aku
melihat Chansung memakai t-shirt lengan panjang warna coklat dan jelana jins
sedang mendengarkan musik menggunakan headphone besar di telinganya. Aku datang
dari arah berlawanan sehingga dia tidak melihatku.
Tapi,semakin
dekat langkahku kian melambat. Aku ragu akan menemuinya atau tidak. Beberapa langkah
lagi aku akan sampai. Tapi aku berhenti. Aku memutuskan kalau aku tidak akan
menemuinya. Biarlah dia kecewa karena sikap ku ini. Aku ingin yang terbaik
untuknya dan juga untuk keluargaku. Biarlah aku yang mengalah dan mengorbankan
perasaan ku asal keluargaku bisa kembali seperti dulu. Aku membalikkan badanku
dan siap pergi menjauh dari sini.
“Chayeon-ah.”
Chansung segera berlari dan berhasil meraih tanganku.
“Kenapa
kamu tidak menemuiku?Padahal kamu sudah di sini kan chagi?” Chansung menatapku
dalam. Tatapan yang biasa dia berikan jikalau aku sedang sedih.
“Mianhae
Oppa. Aku rasa aku harus belajar mengikhlaskanmu.” Aku tidak berani menatap
matanya lebih lama.
“Nae
sarang Chayeon-ah (My love Chayeon). Kamu mungkin belajar mengikhlaskanku,tapi
aku?Apa kamu tidak memikirkan bagaimana sakitnya aku kehilanganmu?” Chansung
memelukku.
“Oppa..”
Aku berusaha untuk melepaskan pelukannya,namun pelukannya sangat kuat.
“Aku
ingin katakan ideku untuk menyelesaikan masalah ini. Dengar baik-baik dan aku harap
kamu setuju.” Chansung melepaskan pelukannya dan menatapku.
Aku
menatapnya dengan mimik serius.
“Aku
ingin kita..KAWIN LARI.” Chansung memberikan penekanan pada kata “kawin lari”
“Apaa?Oppa
sudah gila?Tidak mungkin Oppa. Itu akan mempersulit keadaanku. Dan nantinya
mereka akan tau hubungan kita.” Aku membelalakan mata tidak percaya pada apa
yang aku dengar.
“Iyaa.Aku
memang sudah gila. Ini cara satu-satunya Chayeon supaya kita bisa bersama.
Biarkan saja yang lain tau. Intinya,aku menikahi salah satu putrinya kan? Itu
perjanjiannya kan?” Chansung menjawab santai.
“Tapi
Oppa bukan dengan cara kawin lari seperti itu. Sudahlah. Tidak perlu memikirkan
lagi bagaimana caranya kita bisa bersama. Kita akhiri saja semuanya di sini
sekarang. Tolong Oppa jaga eonni ku baik-baik. Anggaplah kebersamaan kita 2
tahun ini hanya sebatas Oppa dan dongsaengnya. Gomawo Oppa. Aku pergi dulu.”
Aku membalikkan badanku,tapi Chansung menahanku.
“Tidak.
Aku tidak akan membiarkan ini terjadi begitu saja. Apa kamu mau melihatku bermesraan
dengan eonnimu?Melihatku tertawa dan bahagia dengannya,menggandeng tangannya di
hadapanmu itu yang kamu mau?Jawab aku Chayeon.” Chansung sedikit berteriak
“Mianhae
Oppa. Berbahagialah bersamanya.” Aku berkata tanpa menghadap padanya. Dan pergi
meninggalkannya begitu saja. Mianhae Chansung. Aku mencintaimu tapi aku memilih
keluargaku.
“Chayeon-ah..Chayeon-ah.Baiklah
kalau itu maumu.Akan aku turuti.DEMI DIRIMU.” Itu kata-kata terakhir dari
Chansung yang aku dengar. Beberapa hari Chansung tidak mengabariku sama sekali.
Aku tau pasti dia kecewa.
-3 hari
kemudian-
“Ting
tong ting tong” Ada yang menekan bel rumahku.
Aku
berjalan untuk membukakan pintu. Dan ternyata yang datang.
“Chayeon-ah.”
Chansung mengejutkanku di depan pintu
“Oppa.”
Aku juga sama terkejutnya melihat Chansung membawa buket bunga. Hampir saja aku
senang,tapi aku ingat dia ke sini pasti untuk eonni ku.
“Siapa
Chayeon?” Tanya Nayeon sambil berjalan menghampiriku.
“Wahh
Chansung Oppa yang datang?Kenapa tidak disuruh masuk?Gimana sich Chayeon.Ayo
masuk Oppa.” Nayeon langsung menggandeng lengan Chansung.
Aku
hanya tertunduk melihatnya. Aku tidak sanggup melihatnya,tapi aku akan mencoba
bersabar. Hanya itu yang bisa aku lakukan.
“Ini
untukmu.” Chansung memberikan buket bunga yang tadi dibawanya. Benar dugaanku
itu untuk Nayeon bukan untukku.
“Waah.
Gomawo Oppa. Aku suka bunganya. Chayeon letakkan bunga ini di kamarku ya.”
Nayeon memanggil ku dengan ekspresi sangat bahagia.
Aku diam
tidak menjawab namun aku melakukan perintahnya. Memangnya aku ini siapanya?Pembantunya?
Tapi entah mengapa aku menuruti saja keinginannya.
“Nayeon.
Bisa kamu menemaniku hari ini?” Kata-kata Chansung terdengar jelas di telingaku
saat aku mengambil buket bunga itu dan bergegas pergi ke kamar Nayeon.
“Baiklah.
Aku siap-siap dulu ya Oppa.” Jawabnya manja.
Aku
berjalan perlahan dan Nayeon menabrakku.
“Jalanmu
lamban sekali.Kamu sakit?Perasaanku tadi kamu baik-baik saja.” tanyanya
“Gwaenchana.
Kamu mau pergi sama Chansung?” jawabku.
“Iya.
Aku tapi aku gak tau kemana.Kamu tolong temani dia ya sebentar di ruang tamu.
Tau kan aku kalau dandan agak lama?Letakkan saja bunga itu di situ.” Jawabnya
singkat.
Aku diam
dan tidak menjawab. Aku kembali ke ruang tamu tempat di mana Chansung berada.
Aku duduk. Chansung menatapku dan aku menatapnya tapi kami tidak saling
bicara.Aku merasa sangat canggung berada di posisiku saat ini. Selama beberapa
menit kami seperti ini, rasanya sangat tidak nyaman.
“Ini
minumnya Chansung. Silahkan diminum.” Kata eomma yang datang dari arah dapur
dan langsung menyuguhkan secangkir teh.
“Ne.
Kamsahamnida ahjumma.” Chansung mengangguk.
“Kenapa
kalian diam saja?Tidak mengobrol?Chayeon ajaklah Chansung untuk
mengobrol.Jangan sungkan-sungkan padanya,toh nanti dia akan menjadi kakak
iparmu kan?” Eomma bicara panjang lebar.
Kata-kata
eomma teringang-ngiang di telingaku “toh nanti dia akan menjadi kakak iparmu
kan?”
Aku tidak menjawab pertanyaan eomma. Aku hanya diam karena aku harus menyesuaikan diri untuk situasi seperti ini.
Aku tidak menjawab pertanyaan eomma. Aku hanya diam karena aku harus menyesuaikan diri untuk situasi seperti ini.
“Chansung,cobalah
untuk mengajak ngobrol Chayeon. Dia termasuk pemalu kalau mengorbrol dengan
pria.” Lanjut eomma
Cih,eomma
sok tau. Eomma tidak tau saja sedang bicara dengan siapa. Eomma sedang bicara
dengan Chansung pacarku,ah tidak lebih tepatnya mantan pacarku.
“Aku
sudah siap,ayoo kita pergi Oppa.” Nayeon sudah siap dengan pakaian dan
riasannya.Nayeon terlihat cantik pasti Chansung akan suka dengannya.
“Kami
pergi dulu ahjumma.” Kata Chansung.
“Aku
pergi dulu ya eomma,Chayeon.Ayo Oppa.” Nayeon menggandeng lengan Chansung.
Lengan yang dulunya juga sering kugandeng ketika aku berjalan bersama Chansung.
“Josimhaeyo.”
Kata eomma sembari mengantar mereka ke pintu.
“Selamat bersenang-senang Nayeon.
Beruntungnya dirimu bisa merasakan hangatnya sikap Chansung seperti yang aku
rasakan dulu.”
Batinku
Semenjak
saat itu Chansung sering sekali berkunjung ke rumahku untuk menemui Nayeon.
Sikap awalnya yang tadinya biasa saja sekarang lebih hangat pada Nayeon.
Mungkin dia juga menyukai Nayeon. Bahkan saat makan malam di rumahku Chansung
mau saja menerima suapan dari Nayeon. Nayeon terlihat sangat manja dan bahagia
bersama Chansung.
Bahkan
terkadang, Nayeon menceritakan kepadaku apa saja yang sudah dia lakukan bersama
Chansung hari itu.Sangat menyebalkan sebenarnya untuk mendengarkan ceritanya.
Sengaja bertelepon dengan panggilan mesra dengan Chansung di hadapanku. Sengaja menggenggam
tangan Chansung atau sekedar merapikan bajunya,bahkan membersihkan sisa makanan
di bibir Chansung.
Oh My
God,inikah yang harus aku dapat setelah aku berkorban untuknya dan untuk keluargaku.Tapi,aku
sungguh iri melihat dan mendengar nya. Akupun pernah mengalami saat-saat
seperti itu dan jujur aku rindu semua hal yang sudah pernah aku lakukan bersama
Chansung.
-6 bulan
kemudian-
“Hari
ini kita diundang makan malam oleh keluarga Chansung.” Kata Appa saat aku baru
pulang dari sekolahku.
Deg.
Jantungku serasa berhenti berdetak sekian detik. Hari yang paling tidak aku inginkan akhirnya datang juga.Aku
tau pasti hari ini Chansung akan melamar Nayeon.Secara resmi.
“Waaah..Aku
tidak sabar Appa. Pasti hari ini akan sangat spesial.” Kata Nayeon
“Ayoo
siap-siap. Chayeon,kamu juga. Ayo kita siap-siap untuk pergi makan malam.” Kata
eomma
Sebenarnya
aku tidak ingin ikut. Untuk apa aku ikut? Hanya membuat hatiku sakit dan terasa
pilu saja.Ini sama saja dengan masuk ke kandang singa.Tapi, aku tidak mungkin
melakukannya.Aku harus kuat sudah sejauh ini,aku yakin aku pasti bisa
melewatinya.
-At
Resto-
“Annyeonghaseyo
Lee Jun Young nim” Sapa appa Chansung yang sudah tiba di resto lebih dulu dari
kami.
“Annyeonghaseyo.
Choisonghamnida kami terlambat.” Sahut Appa. Dan kami semua membungkuk pada
keluarga Chansung.
“Gwaenchanseumnida.
Kami yang datang lebih awal.” Kata eomma Chansung
“Mari
silakan duduk.” Dan kami semua pun duduk.
“Sebaiknya
kita makan malam dulu baru kita bicara.” Kata appa Chansung.
“Baiklah.”
Sahut eomma
“Mari
makan.” Jawab semuanya.
Tidak
ada sedikitpun rasa ingin makan makanan yang ada di meja saat ini. Posisi
dudukku kini berada di samping eomma bukan di samping Chansung. Tapi pemandangan
di depanku yang aku lihat sekarang adalah Chansung sedang memotong daging untuk
Nayeon dan Nayeon pun sedang menyiapkan samgyupsal untuk disuapkan pada
Chansung. Keadaan ini benar-benar sangat menyiksaku. Mereka berdua saling
bertukar suapan tepat di depan mataku. Aku pikir sekarang Chansung sudah
menemukan kebahagiaannya.Selamat untuk kalian berdua.
-Selesai
Makan Malam-
“Hari
ini tujuan kami mengundang kalian adalah untuk membicarakan tentang rencana
pernikahan anak-anak kita.” Kata Appa Chansung.
Deg.
Ingin rasanya aku memejamkan mata dan menutup telinga rapat-rapat supaya aku
tidak mengetahui apapun tentang rencana pernikahan orang yang paling aku cintai
dengan orang yang aku benci.
“Pernikahan
ini akan dilaksanakan besok.” Kata eomma Chansung
“Apa?Besok?Eomma
apakah tidak terlalu cepat?” Protes Chansung. Yang juga diikuti ekspresi heran
dari Nayeon.
Aku
langsung lemas seketika. Tidak ada ba bi bu lagi tidak ada persiapan lagi BESOK
adalah hari pernikahan Chansung dengan Nayeon. Kali ini Chansung benar-benar
akan pergi meninggalkan ku dan hidup berbahagia bersama orang lain. Aku
memegang tepi meja erat. Bahkan hampir seperti mencengkram.
“Chayeon-ah
gwaenchanseumnida?Kau kelihatan tidak sehat.” Tanya appa Chansung.
“Gwaenchanseumnida.
Aku harus permisi sebentar.” Jawabku dan langusng buru-buru keluar dari ruangan
itu.
Aku
kembali ke tempat pohon itu berada. Karena malam hari,tidak ada yang melihatku
di situ. Aku duduk sambil memegang dadaku dan menangis. Menangis untuk terakhir
kalinya kurasa. Menangis untuk mengenang semua hal yang telah kulakukan bersama
Chansung.
Aku
hanya ingin mengucapkan 1 kalimat
padanya dan itu mungkin akan merubah pikirannya untuk menikahi Nayeon. Tapi aku
tidak mau merusak kebahagiaan mereka. Chansung Oppa Saranghae, jeongmal saranghae
yeongwonhi. Seberapa keras aku mencoba melupakanmu, aku tidak pernah bisa dan
tidak pernah sanggup untuk melakukannya. Terlalu banyak hal manis yang telah
Oppa berikan padaku. Biarlah perasaanku ini cukup aku saja yang tau dan
menyimpannya sendiri.
Setelah
beberapa menit aku puas untuk melampiaskan perasaanku aku memutuskan untuk
kembali ke dalam. Tapi di tikungan dekat tempat aku menangis,aku melihat
Chansung dan Nayeon sedang adu argumentasi kurasa. Aku tidak tau apa yang
mereka bicarakan,karena letaknya cukup jauh. Namun aku dapat meilhat mereka
dengan jelas.
Dan
tiba-tiba Chansung memeluk Nayeon lalu tiba-tiba Chansung mendekatkan wajahnya
pada Nayeon semakin dekat,dekat dan..
Aku
tidak mau melihatnya,aku langsung menyandarkan tubuhku pada tembok yang ada di
belakangku. Aku tau apa yang mereka perbuat,aku tidak sanggup untuk melihatnya.
SAKIT. Satu kata yang mewakili apa yang aku rasakan sekarang.Setelah itu, aku
lihat mereka kembali ke dalam dengan tenang dan aku pun mengikuti mereka
perlahan.
“Tok 3x”
Aku mengetuk pintu
“Silahkan
masuk,pasti Chayeon.” Kata eomma Chansung
“Ne.Choisonghamnida
membuat kalian menungguku lama, ada telepon masuk yang sangat penting.” Jawabku
“Gwaenchanseumnida.Ayo
duduk.” Kata appa Chansung
“Persiapannya
sudah 90%. Gaun pengantin,tempat,undangan,dan semuanya sudah kami
persiapkan.Tinggal mempelianya saja yang harus mempersiapkan diri,Chayeon.Bantu
kami ya.” Begitu kata eomma Chansung.
“Ne.
Ahjumonim. Aku siap membantu.” Jawabku.
“Baiklah
kalau begitu. Kita bertemu besok di Gereja ya Besan hahaha.” Kata appa
“Hahahahaha”
Semuanya tertawa bahagia begitu juga Chansung dan Nayeon, kecuali aku yang
hanya bisa tertawa secara terpaksa.
Berakhir
sudah sampai di sini kebersamaanku dengan Chansung. Selamat menempuh hidup baru
Oppa.
-Di
Rumahku-
“Semuanya
istirahat ya. Besok akan menjadi hari yang panjang dan sangat melelahkan.” Kata
Appa
“Ne.”
Jawab Nayeon bahagia.
Aku hanya diam dan segera masuk ke kamarku.
Aku
duduk di tempat tidurku sambil memandangi Hp ku dengan wallpaper aku dan
Chansung saat kami foto bersama di taman favorit kami. Aku tersenyum menahan
sakit, mengingat kenyataan bahwa Chansung bukan milikku lagi.
“Tok 3x
Chayeon boleh aku masuk?” Nayeon mengetuk pintu kamarku. Pasti dia ingin curhat
tentang hari ini betapa bahagianya dia.
“Masukalah.”
Jawabku.
“Chayeon..
Besok aku akan menikah.” Kata Nayeon sambil memamerkan senyum 1000 watt nya.
“Iya,aku
tau.” Jawabku datar.
“Kamu
tidak mengucapkan selamat padaku?” tanyanya lagi
“Chukhahae.”
Balasku.
“Singkat
sekali. Kamu tidak senang ya aku menikah?” lagi-lagi dia bertanya. Tidak tau
apa mood ku sedang buruk.
“Aku
senang.” Jawabku singkat.
“Bohong.
Dari wajah dan ekspresimu sama sekali tidak senang. Kenapa?Kamu iri karena aku
akan menikah dengan Chansung? Apa kamu juga menyukainya?” Nayeon bertanya
panjang lebar.
Aku
diam,tidak menjawab. Karena jika aku menjawab pasti Nayeon akan bertanya lagi.
“Kenapa
kamu diam?Kamu tidak senang karena aku menikahi Chansung kan?Ayoo jawab. Iya
kan?Kamu menyukainya kan?Atau bahkan kamu mencintainya?Dan kamu iri tidak bisa
menikah dengannya?Kau tau tadi dia habis..” Nayeon terlalu banyak berbicara.
Dan kesabaranku sudah habis.
“Iya
Nayeon. Aku memang menyukai Chansung bahkan mencintai Chansung.Aku dan Chansung
sudah pernah berpacaran selama 2 tahun.Dan apa kau tau bagaimana pengorbanan ku
untuk melepaskannnya agar bisa bersamamu?Apa kau tau rasa sakit yang aku alami
saat tau kau akan dijodohkan dengan orang yang aku cintai?Tidak taukan kamu
bagaimana rasanya menjadi aku?Selalu di nomor 2 kan dan selalu mengalah
untukmu? Apakah kalau aku jujur seperti ini kamu akan membatalkan pernikahanmu
dengan Chansung?Tidak kan?Ayo jawab aku. Hiks hiks”
Aku
menjawabnya dengan sedikit berteriak dan menangis di hadapannya. Aku sudah
tidak sanggup menahan air mata ini. Biarlah Nayeon tau yang sebenarnya,kalaupun
dia tau tetap saja dia akan menikah dengan Chansung dan aku yang akan
mengalah.Begitulah sifatnya di nomor satukan.
“ Ya
benar. Aku tidak akan membatalkan pernikahanku dengan Chansung besok. Dan
semuanya akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Aku juga menyukai Chansung.
Aku sudah menduga kamu menyukainya. Dan ternyata benar. Aku memang egois,aku
memang tidak mau mengalah karena aku juga menyukainya. Dan aku minta padamu
satu hal jadilah pengiringku besok untuk pemberkatan pernikahanku di gereja.
Aku hanya mau kamu yang jadi pengiringku. Mengerti?Sekalian saja kamu lepaskan
semua rasa cintamu besok saat kamu mengiringiku sebagai mempelai wanitanya.”
Nayeon
juga menjawabku dengan ketus. Bahkan permintaan terakhirnya sangat tidak masuk
akal.
“Bersiaplah
untuk tidur dan melepaskan pangeran impianmu untuk hidup bersamaku.” Lanjutnya
“Braaaak”
Nayeon menutup pintu kamarku dengan membantingnya.
Dia
memintaku menjadi pengiringnya. Apa dia ingin aku mati di gereja? Sangat
terlihat sifat egoisnya itu.Tapi,ada perasaan lega setelah aku telah mengatakan
semua ini. Mungkin besok akan jadi hari paling buruk untukku. Biarlah,semuanya
akan berlalu. Dan aku akan merelakan Chansung untuk Nayeon.
-Esok
Pagi-
Aku
melihat diriku sendiri di cermin. Aku lumayan terlihat cantik dengan gaun
pengiring yang terlihat seperti gaun pengantin sederhana. Tidak kalah
sebenarnya dengan Nayeon. Aku juga sudah merias diriku agar mata pandaku tidak
terlihat akibat menangis semalam.
“Chayeon-ah”
eomma masuk ke ruang gantiku.
“Ne
eomma.” Aku memutar badanku menghadap eomma.
“Neomu
Yeppeuda. Baju itu sangat pas ya di tubuhmu. Nayeon yang memilihkannya.” Kata
eomma
“Kamsahamnida
eomma.” Jawabku. Cih, Nayeon yang memilihnya?Kerasukan setan apa dia memilihkan
baju yang bagus ini untukku. Aku tidak percaya.
“Chayeon.
Sudah siap?” Nayeon membuka pintu dan aku melihatnya. Dia cantik, sangat cantik
tidak seperti biasanya.
“Ne.”
Balasku singkat.
-Di
gereja-
Ketika
pintu di gereja di buka. Aku dengan jelas melihat Chansung sudah berdiri di
altar gereja mengenakan tuksedo hitam dengan dasi kupu-kupu yang melingkar di
lehernya. Sangat tampan Chansung hari ini. Maklum saja, hari ini hari
pernikahannya dia pasti terlihat berbeda.
“Pegang
ini Chayeon.” Nayeon memberikan buket bunga pengantin yang sedari tadi di
pegangnya.
“Huh?Kenapa
aku yang pegang?” tanyaku.
“Aku
sangat gugup. Bisa kan tolong pegang untukku?” jawabnya
Dan kami
pun memasuki gereja lalu berjalan hingga altar bersama-sama. Musik mengiringi
langkahku dan Nayeon selama perjalanan menuju altar. Rasanya seperti aku yang
akan menikah saja. Setibanya di depan altar aku melihat ke arah Chansung
sekilas dan dia juga menatapku. Tapi aku mengacuhkannya karena sebentar lagi
dia benar-benar bukan milikku.
“Chayeon,
tetaplah di sini ya.” Kata Nayeon menyuruhku untuk menunggu di depan altar.
“Wae?”
tanyaku.
“Ikuti
saja.” Katanya sambil tersenyum
Lalu
pendeta mulai berbicara “apakah saudara Hwang Chan Sung bersedia menerima
saudari Lee Cha Yeon sebagai istrimu dalam suka maupun duka,waktu
sehat,sakit,kaya ataupun miskin,sampai maut memisahkan kalian berdua?”
“Hah?Aku?Maksudnya?”
Aku bingung menatap Chansung.
“Iyaa
kamu.” Chansung mengangguk.
Saya
ulangi sekali lagi ya “apakah saudara Hwang Chan Sung bersedia menerima saudari
Lee Cha Yeon sebagai istrimu dalam suka maupun duka,waktu sehat,sakit,kaya
ataupun miskin,sampai maut memisahkan kalian berdua?”
“Iya.
Saya bersedia.” Jawab Chansung tegas.
Dan
“apakah saudari Lee Cha Yeon bersedia menerima saudara Hwang Chan Sung sebagai
suamimu dalam suka maupun duka,waktu sehat,sakit,kaya ataupun miskin,sampai
maut memisahkan kalian berdua?”
Aku diam
menatap Chansung tidak mengerti dengan maksud semua ini.
“Jawab
Chayeon.” Chansung berbisik.
“Iya.
Saya bersedia.” Jawabku masih kebingungan.
“Demikianlah,kalian
berdua sekarang sah menjadi suami istri.Apa yang telah disatukan Tuhan tidak
boleh dipisahkan oleh manusia.Silahkan kedua mempelai bertukar cincin.”
Aku dan
Chansung bertukar cincin. Aku masih bingung. Mengapa aku yang menikah dengan
Chansung? Bukannya Nayeon?
Pendeta
melanjutkan “Yak,mempelai pria silahkan mencium mempelai wanita”
“My
beloved Lee Cha Yeon Saranghae.Chuuu~” Chansung memjamkan matanya dan mengecup
bibirku hangat.
Dan para
hadirin pun mulai bertepuk tangan dan bersorak.
Setelah
kami melakukan wedding kiss aku mencari Nayeon. Nayeon ada di barisan depan
sedang duduk bersebelahan dengan eomma dan appa sambil tersenyum. Aku pun
berjalan menghampirinya.
“Yaaa
eonni kenapa kamu melakukan ini padaku?Ini sungguh membuatku bingung dan
terkejut. Ada apa ini sebenarnya?” Tanyaku panjang lebar.
“Kamu
masih harus menyelesaikan resepsi pernikahanmu hari ini. Setelah acaranya
selesai,baru akan aku jelaskan semuanya.” Jawab Nayeon.
“Bergegaslah
ke gedung resepsinya. Tidak jauh dari sini. Kami juga akan segera berangkat.”
Lanjut Nayeon.
Aku
masih menatap Nayeon dan orang tuaku dengan tatapan bingung. Kenapa bisa aku
yang menikah dengan Chansung?
“Jangan
bengong Chayeon. Ayo kita naik ke mobil.” Chansung menggenggam tanganku dan
menarikku ke arah pintu gereja.
Aku
disambut tepuk tangan yang meriah di luar gereja.
-Di
dalam mobil-
Chansung
tidak henti-hentinya tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi sambil
terus menggenggam erat tanganku. Seolah aku ini tahanan penjara yang akan kabur
darinya. Entah sudah berapa kali dia tersenyum.Mungkin sekarang giginya sampai
kering karena banyak tersenyum.
“Oppa..”
aku memanggilnya.
“Ne?”
jawabnya.
“Apa
Oppa sudah tau bahwa aku akan menikah denganmu hari ini?” tanyaku.
“Ah.Tunggu
sebentar. Mulai sekarang jangan panggil aku dengan kata “Oppa” tapi panggil aku
dengan sebutan “Yeobo” sekarang kan aku suamimu Chayeon.” Chansung menatapku
nakal.
“Yaa aku
tidak terbiasa memanggilmu dengan sebutan “Yeobo” terdengar aneh Oppa.” Balasku
padanya.
“Mulai
sekarang kamu harus terbiasa. Karena kamu sekarang adalah Nyonya Hwang.”
Chansung tersenyum.
“Ani.
Aku tidak akan memanggilmu Yeobo sebelum aku siap.Jawab pertanyaanku Oppa.”
Jawabku menantangnya.
“Ani.
Tanyakan saja pada eonnimu. Nanti dia yang akan menjelaskannya padamu.”
Chansung memasang tampang menantangku dan mengalihkan pandangannya.
“Jadi
kamu mau membalasku Oppa?Baik. Lakukan saja. Aku akan terus memanggilmu Oppa
sampai kamu tua.Weeeeek” aku melakukan mehrong ke arah Chansung.
“Oh
begitu rupanya. Kamu mau main-main sama aku ya Nyonya Hwang?Panggil aku yeobo
atau aku akan..” Chansung melihatku nakal.
“Akan
apa OPPA?” Aku memberi penekanan pada kata Oppa.
“Aku
akan menggelitik pinggangmu sampai kamu lemas.” Chansung memainkan tangannya
seolah akan menerkamku.
“Yaa~Oppaaaa..Kyahahahaha..Oppa
geliii...Oppaa..” Aku tertawa lemas saat Chansung mulai menggelitik
pingganggku. Jujur saja,titik sensitifku ada di pinggang. Chansung Oppa memang
kurang ajar.Aku benar-benar tertawa sampai lemas. Chansung pun ikut tertawa
bahagia karena melihatku lemas. Chansung menggelitik dari mulai aku duduk di
sampingnya, dan akhirnya sekarang aku jatuh tertidur di kursi belakang mobil.
Sekarang
posisi Chansung ada di atasku. Kami saling menatap satu sama lain. Aku mengedipkan
mataku begitu juga Chansung. Chansung mendekatkan wajahnya ke wajahku. Semakin
dekat, makin dekat hingga aku dapat merasakan hembusan nafasnya, aku memejamkan
mataku, hidung kamipun bersentuhan dan....
“Ehemm
eheem..” Pak Sopir menggumam.
Aku membuka
mataku dan melihat ekspresi kecewa dari Chansung. Hihihi Sangat cute. Kkkk
Chansung kembali ke posisi duduknya yang benar, dan membantuku untuk bangun.
“Ada apa
Pak Yoon?” Tanya Chansung
“Choisonghamnida
mengganggu tuan dan nyonya. Kita sudah sampai di tempat resepsi.” Jawabnya
sopan.
“Oh
begitu. Baiklah. Kamsahamnida Pak Yoon. Oh iya,lain kali jangan mengganggu kami
lagi ya.” Kata Chansung sambil menepuk pundak pak yoon.
“Isssh
Oppa.” Aku memukul pundak Chansung pelan.
“Jangan
hiraukan dia Pak Yoon. Kamsahamnida sudah mengantar kami. Semoga harimu
menyenangkan.” Lanjutku
“Ne.
Selamat atas pernikahan kalian.” Jawab pak sopir.
Dan
kamipun turun dari mobil,lalu di sambut oleh 2 pria mengenakan jas hitam-hitam
yang terlihat seperti bodyguard. Ah,terlalu berlebihan sekali kalian ini.
-Di
dalam gedung resepsi-
Di dalam
sangat ramai banyak sekali orang yang datang ke acara ini. Dan kamipun
mengikuti setiap prosesi pernikahan, mulai dari acara tuang bir, potong kue,dan
sampai acara para tamu mengucapkan selamat pada kami. Sungguh melelahkan,tapi
aku sangat bahagia. “Gomawo Nayeon eonni”.
Ucapku dalam hati.
Sekarang,aku
masih menerima ucapan selamat dari para tamu. Aku menyalami mereka satu per
satu sampai tiba saatnya ada seorang laki-laki memakai jas dan kaca mata hitam
dan memakai sarung tangan putih berjalan ke arahku. Dia mulai menyalam
appa,eomma dan dia pun menyalamiku namun tiba-tiba
“Doooor”
terdengar suara tembakan. Aku terjatuh ke samping. Dan ketika aku bangun Nayeon
tergeletak membelakangiku tepat di depanku. Ada apa ini?Suasana berubah menjadi
histeris seketika.Ada yang berlari keluar,ada yang menutup telinganya.Ada yang
menangis. Eomma dan appa langsung diamankan oleh bodyguard lain begitu pula
dengan eomma dan appa Chansung.
Aku
melihat Chansung dan 2 bodyguard yang tadi mengantar kami ke dalam mengejar
orang itu. Siapa dia?
Aku mendekati
Nayeon berharap dia baik-baik saja. Ketika aku membalikkan tubuhnya. Aku
terperanjat melihat perutnya mengalir darah segar. Apakah Nayeon yang tertembak
tadi?
“Nayeon..”
Aku memanggilnya pelan. Nayeon diam,tak bergerak.
“Nayeon.”
Kali ini aku memanggil sambil mengguncangkan pelan tubuhnya. Tapi Nayeon tetap
diam tak bergerak. Aku pegang denyut nadinya. Jantungnya masih berdetak,
berarti dia belum mati.
“Eonniiii..”
Aku memanggilnya setengah berteriak. Aku melihat matanya sedikit terbuka. Dia
sadar.
“Apa
tadi kamu memanggilku eonni Chayeon?” tanyanya dengan suara lirih.
“Eonni
gwaenchana?” Aku meletakkan kepalanya di kedua pahaku dan menggenggam tangan
yang berlumuran darah yang ada di perutnya.
“Ne..Nan
gwaenchan..sshh” Nayeon mendesah menahan sakit. Aku tau ini pasti sakit.
“Yaa~
eonni. Apanya yang tidak apa-apa?Kamu berdarah eonni.” Jawabku
“Yaa~siapa
saja tolong hubungi rumah sakit,ugd,atau apalah semacamnya. Tolonglah eonniku.”
Aku berteriak pada orang-orang yang sedang panik di dalam gedung.
“Chayeon..”
panggil Nayeon pelan.
“Ne
eonni.” Aku menjawabnya dan tak kusadari air mata mengalir di pipiku.
“Jangan
menangis. Di hari pernikahanmu seharusnya kamu bahagia. Maaf mengacaukan
pestamu.” Jawabnya dengan suara sangat lirih.
“Eonni..Jangan
pergi dulu. Kenapa kamu melakukan ini eonni. Kenapa?” tanyaku
“Karena
hanya aku yang melihat orang itu akan menembakmu tadi. Kalau bukan aku yang
melindungimu siapa lagi?Aku kan eonnimu.Aku kuat Chanyeon aaaah.” Nayeon
menjawab sambil menahan sakit memegang perutnya yang bersimbah darah yang terus
keluar.
“Eonni..Kuatkanlah
dirimu ya. Kamu berjanji akan menceritakan kenapa aku yang menikah dengan
Chansung kan?Iya kan?” Aku berusaha tersenyum dalam tangis.
“Sebaiknya
aku ceritakan saja di sini. Aku takut tidak dapat menepati janjiku.” Nayeon
berusaha tersenyum
“Yaa~
eonni jangan bicara begitu.Kamu harus bertahan eonni, harus kuat. Aku masih
ingin bertengkar denganmu. Memperebutkan 1 barang denganmu. Dan jujur saja,aku
juga ingin di antar ke sekolahku dengan mobil yang selalu kamu pamerkan itu.”
Air mataku semakin deras mengalir.
“Gomawo
Chayeon-ah.Semoga aku masih bisa melakukan keinginanmu itu. Aku tau kamu
menyukai bahkan mencintai Chansung dari awal pertemuan keluarga kita dengan
keluarga Chansung.” Katanya pelan dan wajahnya makin terlihat pucat.
“Eonni,tau dari mana?” tanyaku.
“Tatapanmu
terhadapnya berbeda. Aku tau ada yang terjadi diantara kalian. Selama makan,aku
memperhatikan kalian. Aku melihat sikap kalian berbeda. Dan ternyata aku
benar.” Nayeon tersenyum memaksa.
Aku
mendegarkan penjelasannya baik-baik.
“Apalagi
ketika aku akan dijodohkan dengan Chansung dan kamu langsung keluar dari
ruangan itu sambil menangis kan?Suaramu berbeda. Aku tau itu adalah caramu berekspresi
ketika kamu terkejut dan sedih.”
Aku
menatap Nayeon dalam. Aku tidak tau bagaimana dia tau sifatku sampai sejauh
itu.
“Aku
juga melihatmu dan Chansung berpelukan di bawah pohon belakang resto. Aku
memperhatikan kalian dari jendela atas restoran itu yang menghadap ke belakang
gedung. Aku tidak tau apa yang kalian bicarakan. Tapi yang aku lihat kamu dan
Chansung memang saling mencintai.” Lanjutnya
Aku
tersenyum pada Nayeon. Mencoba membuatnya tetap bertahan hidup hingga ada
ambulans datang.
“Kamu
tau kenapa aku menerima perjodohan itu?” tanya Nayeon
“Ne..
Eonni menyukai Chansung kan?” jawabku
“Pabo..Percaya
saja kamu pada kata-kataku.ssh” Nayeon mencoba menepak kepalaku tapi dia
kesakitan memegangi perutnya.
“Lalu?Eonni
tidak menyukai Chansung?” tanyaku.
“Aku
menerima perjodohan itu,karena aku ingin tau apakah Chansung benar-benar
mencintaimu atau tidak. Dan ternyata dugaanku benar, dia memang sangat
mencintaimu Chayeon.”
“Kamu
tau?Setiap bersamaku, dia selalu membicarakanmu. Bertanya padaku bagaimana kabarmu,apa
kamu baik-baik saja. Apa kamu sudah makan,sekolahmu bagaimana. Apa kamu juga
memikirkan dirinya. Dari situ aku memutuskan untuk memiliki hubungan sekedar
Oppa dan dongsaengnya saja. Itulah sebabnya aku dekat dengan Chansung.”
Sambungnya
“Jadi,selama
ini kalian berpura-pura mesra di depanku. Begitu?” Aku agak cemberut mendengar
pengakuan Nayeon.
“Jangan
cemberut Chayeon.” Dia memegang tanganku. Tangannya semakin dingin. Aku
menggengamnya. Berusaha untuk menghangatkannya.
“Dan
akhirnya,aku dan Chansung sepakat untuk bicara pada orang tua kami
masing-masing kalau perjodohan ini bukan untukku,tapi untukmu.Yang terpenting
Chansung menikahi salah satu dari kita bukan?Dan mereka setuju.” lanjutnya
diselingi senyum yang terpaksa.
“Tapi
waktu terakhir di resto aku melihat kalian hampir..”
“Berciuman?”
Nayeon melanjutkan kata-kataku.
Aku
mengangguk.
“Ya
memang benar. Tapi Chansung hanya mencium pipiku saja. Ciuman terima kasih
padaku karena telah membantunya.Aku melihatmu berpaling ketika Chansung akan
menciumku. Karena itu,kamu slah sangka.” Sambungnya . Dans ekarang wajahnya
makin terlihat pucat. Dan tangannya semakin dingin.
“Chayeon-ah.
Nayeon-ssi” Chansung kembali dan menghampiri kami.
“Ah aku
hampir saja lupa.” Kata Nayeon
Nayeon
menarik tangan Chansung dan tanganku lalu menyatukan tangan kami di hadapannya.
“Aku
belum mengucapkan selamat pada kalian.” Katanya sambil tersenyum dan membuat
wajahnya terlihat sangat menyeramkan.
“Eonnii..”
Aku memanggilnya manja.
“Chansung
ssi, Chayeon-ah. Chukhahamnida. Selamat menempuh hidup baru dan semoga kalian
hidup bahagia.Jujur,aku tidak ingin terlihat seperti ini saat hari yang paling
membahagiakan seperti sekarang ini.”
“Eonni..”
jawabku menangis. Aku takut kehilangan eonniku, apalagi setelah aku mendegar
penjelasannya tadi. Kini aku tau,bagaimana dia sebenarnya. Chansung berusaha
menguatkanku dengan memeluk pundakku.
“Chansung
ssi, tolong jaga Chayeon baik-baik ya. Jaga dan lindungi dia untukku.” Jawaban
Nayeon semakin membuatku sedih. Aku benar-benar tidak mau kehilangannya.
Tak lama
kemudian Nayeon memejamkan mata.
“Eonni..”
aku memanggilnya, tangan yang tadi mengenggamku kini sudah terkulai lemas. Tak
ada jawaban dari Nayeon.
“Eoniiiiii..Jangan
pergi. Kumohon. Tetaplah bersamaku.” Panggilku lebih keras . Tapi Nayeon tetap
tidak merespon. Chansung berusaha menenangkanku. Dia memelukku. Tapi tak cukup
untuk mengurangi kepedihanku.
Tak lama
kemudian ambulans datang dan membawanya ke rumah sakit. Aku harap dia masih
hidup. Aku tidak meminta apapun. Aku hanya ingin dia hidup. Tolong Tuhan, aku
ingin dia kembali. Aku menyayangi eonniku.
-1
minggu kemudian-
Aku
berada di sini. Di depan sebuah pintu rumah sakit. Aku akan menjenguk Nayeon
eonni yang sedang tertidur pulas di ranjangnya.
“Kreeeek”
aku membuka pintu kamarnya. Meletakkan buket bunga mawar kesukaannya. Eomma
sedang keluar sebentar, jadi aku yang akan menjaganya.
“Nayeon
eonni.Aku datang.” Bisikku di telinganya. Lalu aku duduk di kursi samping
tempat tidurnya.
Dia lalu
membuka matanya ketika aku datang dan tersenyum.
“Chansung
mana?Tidak bersamamu?” tanyanya. Huh. Dasar eonni,baru bangun yang ditanya
langsung si Chansung.
“Ada,masih
di bawah.” Jawabku datar.
“Annyeonghaseyo
Nayeon ssi.” Chansung datang membawa sekeranjang buah apel kesukaan Nayeon.
“Woaaah
gomawo Chansung Oppa sudah membawakan buah kesukaanku.” Nayeon mengeluarkan
aegyonya.
“Ne..Aku
tau kamu suka apel,makanya aku membelinya.” Chansung tersenyum sangat manis.
“Ya
sudah. Kalian berdua mengobrol saja sepuasnya. Aku tunggu di luar.” Aku
bersiap-siap akan keluar.
“Chayeon
cemburu ya?” tanya Nayeon.
“Ani.” Jawabku
datar sambil menoleh padanya.
“Baguslah
kalau begitu. Oppa,tolong berikan aku apel ya. Aku mau kamu yang menyuapiku.”
Kata Nayeon manja.
“Ne
Nayeon ssi.” Jawab Chansung.
“Yaaa~
kalian berdua tidak boleh seperti ini. Sini, berikan padaku apelnya. Biar aku
saja yang menyuapimu eonni.” Aku memasang tampang kesal dan merebut apel dari
tangan Chansung.
“Hahahaha.Cemburu
ya Chayeon?” Ejek Nayeon tertawa.
Kami
bertiga saling menatap lalu...
“Hahahahahaha”
Kami bertiga pun tertawa bersam-sama. Dasar Nayeon. My Rival is My Eonni.
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar