Our 2PM

Our 2PM

Welcome To My Blog


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Merry Christmas and Happy New Year

Senin, 20 Januari 2014

[FF] Please Believe Me,Please Be With Me PART 3/3

[Indonesian Only] * Readers : Maaf ya kalau banyak typo :p

PLEASE BE WITH ME [PART 3/3]
*Preview Part 2/3*
*Author’s POV*
Victoria bermaksud untuk mengejutkan Nichkhun dengan kedatangannya tanpa memberitau dulu kalau dia sudah tiba. Dengan cepat Victoria berjalan ke belakang panggung dan mencari ruang ganti dan rias artis.
“Ketemu.” Ucapnya senang. Lalu membuka pintu dengan sangat berhati-hati tanpa menimbulkan suara.Tapi,apa yang dilihatnya kemudian sungguh membuatnya terkejut. Nichkhun sedang berciuman dengan seorang wanita. Bukan ciuman biasa tapi ciuman panas.Dan sepertinya dia tidak asing dengan wajah wanita itu. Dia yakin pernah melihat perempuan itu,tapi entah dimana.
Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi lebih terkejut 100 kali lipat. “Dia itu Clairiene Lee. Pacarnya Nichan.” Ucapnya.
*Preview End*
*Victoria’s POV*
Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat barusan. Aku menampar pipiku sendiri dan rasanya sakit. Aku tidak sedang bermimpi.
“Nichkhun ssi mencium pacar kakaknya? Tidak mungkin. Nichkhun ssi bukan tipe orang seperti itu setauku.Atau mereka berselingkuh? Tidak juga. Kalau mereka selingkuh,mana mungkin mereka berani melakukan hal itu di depan member 2PM.” Pikirku sambil menggigit-gigit jari telunjukku.
“Oppa. Sudah saatnya aku kembali ke luar sana. Temanku sedang menunggu.” Aku melihat dari celah pintu yang terbuka kalau Clairiene Lee bicara pada Nichkhun. Aku bisa mendengar pembicaraan mereka cukup jelas dari sini.
“Dia fasih bahasa Korea? Tapi waktu itu katanya tidak bisa?” batinku
“Tak bisakah kau tinggal di sini saja Lin-ah?” Kali ini Nichkhun ssi bicara sambil memeluk pinggang Clairiene Lee.
“Lin-ah? Bukankah namanya Clairiene Lee?” pikirku lagi.
“Ini tidak benar. Bagaimana bisa seorang adik sangat mesra dengan pacar kakaknya?” Aku benar-benar bingung sekarang.
Yak?! Oppa,kalau aku tinggal di sini kau tidak akan naik ke panggung. Aku harus bergabung dengan Hee-ya.” Kali ini si Clairiene Lee itu melepas pelukannya.
“Baiklah Tuan Putri. Ingat pesan yang kutulis di memo itu kan?” tanya Nichkhun ssi.
“Yang mana? Aku lupa.” Jawab Clairiene Lee dengan ekspresi bingung.
“Astaga,Lin-ah. Kau sudah lupa? Memo yang aku tinggalkan di meja rias kamar tidur kita.” Jawab Nichkhun ssi meyakinkan.
“OMO?! MEJA RIAS KAMAR TIDUR KITA?! KAMAR TIDUR KITA?!” Aku menutup mulutku yang sedang menganga lebar. Aku mengerti sekarang maksudnya. Aku berlari secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Mencari tempat yang tenang agar aku bisa memahami semua ini.
Tak ada tempat yang sepi. Semuanya penuh dan ramai dengan fans yang akan menonton konser. Terpaksa aku ke tempat parkir. Hanya di sana yang sepi. Aku berjalan mondar-mandir sambil menggigit ibu jariku.
“Astaga,Lin-ah. Kau sudah lupa? Memo yang aku tinggalkan di meja rias kamar tidur kita.”
Kata-kata itu terus hadir berulang-ulang di pikiranku.
“Kamar tidur kita. Hmmmm” Aku menggumam. Aku masih tidak yakin dengan apa yang bari saja aku lihat dan aku dengar. Aku berpikir dan akhirnya aku menyadari sesuatu. Sepertinya sekarang aku tau kalau mereka berdua ternyata................
*Victoria’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
Akhirnya aku berhasil melepaskan ciuman kami. Aku sudah tidak bisa menahan rasa malu untuk melakukan hal ini di depan banyak orang. Apa yang terjadi kalau tiba-tiba ada kru WGM di sini?
“Oppa. Sudah saatnya aku kembali ke luar sana. Temanku sedang menunggu.” Kataku pada Nichkhun Oppa
“Tak bisakah kau tinggal di sini saja Lin-ah?” Jawabnya sambil memeluk pinggangku
 “Yak?! Oppa,kalau aku tinggal di sini kau tidak akan naik ke panggung. Aku harus bergabung dengan Hee-ya.” Balasku seraya melepas pelukannya.
“Baiklah Tuan Putri. Ingat pesan yang kutulis di memo itu kan?” tanyanya lagi
“Yang mana? Aku lupa.” Jawabku dengan ekspresi bingung.
“Astaga,Lin-ah. Kau sudah lupa? Memo yang aku tinggalkan di meja rias kamar tidur kita.” Jawabnya meyakinkan.
“Aaah~. Mianhae aku lupa. Aku ingat Oppa. Jangan berada di tempat yang tidak bisa kulihat dan kusentuh.Benar kan? Tanyaku
Nichkhun mengangguk pelan.
“Junsu Oppa.” Panggilku
“Ne? Hae Lin-ah?” jawabnya
“Sentuh tangan temanku ya. Namanya Yoon Choon Hee. Dia akan ada di sebelahku nantinya.Aku kan memberi Oppa aba-aba.Arraseoyo?” pintaku
Jun.K melirik Nichkhun sebentar lalu mengangguk pelan.
“Gomapta Oppa.” Jawabku pada Jun.K
“Kau tidak mengatakan apapun padaku Lin-ah.” Nichkhun cemburu
“Gomawoyo Yeobo. Puas?” Jawabku dengan menggoda.
Nichkhun maju selangkah memeluk erat kembali pinggangku dan mulai menunduk lalu mendekatkan lagi wajah kami.
“Yak?! Khun Hyung. Stop.Stop.” Chansung menahan gerakan Nichkhun dengan menutup bibir Nichkhun dengan tangannya yang besar dan memeluknya dari belakang.
“Chan..hhhmmmpppt..Sssuu..mmmmppph.” Nichkhun tidak bisa bicara karena mulutnya tertutup tangan Chansung.
“Hae Lin cepat pergi sebelum kau melihat Nichkhun bicara dalam lima bahasa.” Kata Taec.
Aku mengangguk dan segera pergi ke arah pintu lalu berbalik dan melihat Nichkhun sudah dibebaskan(?) oleh Chansung.
“Annyeong Oppa.” Kataku sambil melambaikan tangan pada mereka.
“YAK?! CHANSUNG-IE KAU MAU MATI HAH?” Itulah kalimat terakhir yang aku dengar dari mulut Nichkhun.
Aku menghampiri Choon Hee yang sedang menunggu sambil menghentak-hentakan kaki ke tanah.Aku melihat sekeliling dan sepertinya kru WGM baru saja tiba. Mereka sibuk menurunkan dan mengatur peralatan syuting. Sejauh ini tidak ada tanda-tanda seorang Victoria.
“Hee-ya.” Panggilku
“Lin-ah.Lama sekali kau ini. Aku pikir kau pingsan di kamar mandi.” Jawabnya setengah kesal.
“Aah~mianhae. Toilet sangat penuh terpaksa aku harus mengantri.” Jawabku beralasan.
“Karena kau sudah kembali,ayo kita berbaris di sana.” Katanya sambil menunjuk kerumunan Hottest yang sudah mengular.

“Kaja.” Jawabku. Sepertinya dia tidak menyadari ada yang berbeda dari aku.
Ketika konser baru mulai aku benar-benar merasa seperti seorang Hottest.Berteriak.Melompat-lompat.Menyalakan Lightstick.Memanggil-manggil nama idola kami masing-masing.Senang rasanya bisa melihat konser ini.Konsernya sendiri berjalan dengan lancar. Kami sangat menikmati waktu kebersamaan ini dengan sesama fans lain. Dan seperti yang sudah direncanakan Jun.K menyentuh tangan Choon Hee hingga dia hampir pingsan di tempat tadi. Nichkhun juga menyentuh tanganku,bahkan mengedipkan sebelah matanya padaku.Oh My God aku sempat tidak bisa bernafas dan berteriak Nichkhun Oppa agar fans lain tidak merasa curiga. Aku dan Choon Hee pun ikut menangis saat kami menyanyikan lagu “Thankyou” bersama-sama tadi.
*Concert End*
“Waaah~Uri 2PM Oppadeul Daebak.Tanganku disentuh Junsu Oppa.” Ucap Choon Hee dengan senyum mengembang.
“Aku harus mengucapkan selamat pada Nichkhun Oppa nanti di rumah.” Jawabku keceplosan.
“Yak?!Mworago?Eh tunggu dulu. Kardigan siapa yang kau pakai ini?” tanya Choon Hee curiga.
“Ne? Ah,tidak Hee-ya. Aku hanya asal bicara saja. Kita kan sering berkata seperti itu dulu, ya kan?” Ucapku sambil menyikutnya.
“Benar juga.Kau belum menjawab pertanyaanku. Itu kardigan siapa? Seperti pernah melihatnya. Punya siapa ya?” gumamnya bingung.
“Eoh? Ini aku temukan di toilet tadi, sepertinya tertinggal oleh pemiliknya.” Jawabku beralasan dan aku harap Choon Hee percaya.
“Oh,jadi begitu. Ngomong-ngomong kapan kita akan pulang? Aku lapar,bisakah kita beli camilan dulu?” tanyanya
“Ne? Bagaimana kalau kau saja yang membelinya? Aku harus mengantarkan kardigan ini ke bagian informasi. Mungkin pemiliknya sedang mencari.” Jawabku
“Baiklah. Kalau dalam 20 menit aku belum kembali,susul aku di supermaket sebelah situ ya.” Katanya
Aku mengangguk. Dan saat Choon Hee sudah menjauh aku merasakan ponselku bergetar dan saat aku keluarkan ada panggilan masuk dari Nichkhun.
“Ne Oppa.” Jawabku
“Lin-ah. Jangan pulang ke rumah dulu. Ikutlah bersamaku dan yang lain untuk merayakan keberhasilan konser kami.” Katanya
“Tidak bisa Oppa. Aku harus pulang bersama temanku Hee-ya. Aku bawa mobil sendiri,jadi Oppa tenang saja. Kalau aku tidak bisa,aku akan menghubungi sopir. Eottae?” jawabku
“Kau dimana?” tanyanya
“Aku dekat trotoar pintu masuk di luar gedung.Waeyo?” tanyaku
“Di sana ramai?” tanyanya
“Tidak juga. Hanya ada beberapa orang berlalu lalang. Waeyo Oppa?” tanyaku lagi.
“Tunggu di sana.Tut tut tut.” Jawabnya langsung menutup telepon.
 “Tunggu di sana?Jangan bilang dia kan menemui aku di sini?” gumamku
Aku melihat sekeliling baik-baik. Apa benar dia akan menemui aku di sini? Dari arah mana ya dia datang? Aku memutar badanku ke kiri dan kanan ke depan lalu ke belakang,berjaga-jaga kalau Nichkhun datang.
Tak lama kemudian ada sosok mencurigakan datang ke arahku. Dia memakai jaket merah plus tudung kepalanya dengan topi hitam lalu masker hitam juga terlihat menutupi wajahnya. Jalannya menunduk dan ketika dia mengangkat kepalanya,aku bisa langsung mengetahuinya. Siapa lagi dia kalau bukan Nichkhun. Penyamaran yang baik.
“Oppa.” Panggilku sambil berbisik dan melambai-lambaikan tanganku
Nichkhun berlari-lari kecil mendekati aku.
“Kau benar-benar nekat menemui aku di sini. Kalau ada fans yang sadar bagaimana?” Tanyaku khawatir.
“Tenang saja. Aku sudah meminta staff untuk berjaga-jaga di sana.” Katanya sambil menunjuk 3 orang staff yang sedang melihat sekeliling.
“Aaah~ Aku harus mengembalikan ini.” Ucapku sambil berusaha melepaskan kardigan Chansung.
“Aniyo. Nanti saja. Pakailah untuk sementara,kau bisa mengembalikannya nanti.” Jawabanya lembut.
“Oppa,tidak syuting WGM?” tanyaku
“Kami sudah melakukan pengambilan sebelum konser. Setelah ini yang terakhir.” Jawabnya
“Ooh begitu.” Jawabku singkat tidak peduli.
Tiba-tiba saja Nichkhun memelukku sangat erat. Pelukan yang tidak biasa. Seperti pelukan saat seseorang merasa tertekan dan penuh rasa bersalah. Aku membalas pelukannya.
“Oppa,waeyo?Apa yang terjadi?” tanyaku lembut.
“Aniyo. Hanya ingin memelukmu saja seperti ini. Sebentar saja.” jawabnya dengan suara terdengar lebih berat dari biasanya. Aku yang tidak mengerti hanya mengikuti saja permintaannya. Memeluknya. Mengelus punggungnya. Membenamkan wajahku di dadanya.
“Aku harus kembali Lin-ah.Jangan mengemudi,lebih baik kau minta sopir mengantarkanmu.Ini sudah malam.” Katanya dengan raut wajah sedikit terpaksa sambil melepaskan pelukan kami.
Aku tersenyum. “Cepat selesaikan urusanmu dan pulanglah ke rumah.Arrasseoyo?” jawabku
Dia mengangguk tanpa senyum.
“Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau tidur di dorm.” Kataku sedikit mengancam.
Dia menatapku dalam diam. Tatapan yang tidak pernah diperlihatkan padaku sebelumnya. Tatapan seperti tidak bisa merelakan sesuatu.
“Oppa? Kenapa diam saja? Aku hanya bercanda.” Jawabku
Dia tersenyum.Pahit.Terlihat sekali senyum itu pahit karena keterpaksaan.Aku bisa melihatnya.
“Aku pergi dulu.Sampai bertemu nanti Lin-ah.” Jawabnya sambil berlalu.
Sudah 20 menit lebih berlalu dan Choon Hee masih belum kembali,terpaksa aku menyusulnya ke supermaket itu. Dan akhirnya setelah setengah jam menunggu di kasir kami baru bisa pulang bersama.
*Hae Lin’s POV End*
*Nichkhun’s POV*
*After Concert at Ruang Ganti & Rias Artis*
“Kita berhasil Hyung. Senangnya.” Jawab Chansung bahagia.
“Menghibur fans seperti itu memang tidak ada tandingannya. Tadi kita hebat.” Kata Taec
“Setelah ini kita akan pesta sepuasnya.” Jawab Jun.K
“Khun Hyung bisa minum sepuasnya.” Goda JunHo
“Enak saja kau bicara. Kalau sampai aku mabuk dan tidur di tempat kalian,kemungkinan aku harus tidur di sana selama 100 hari penuh kau tau?” jawabku
“Khun Hyung,si Victoria itu datang.” Kata Wooyoung sambil menunjuk arah kedatangan Victoria.
“Annyeonghaseyo.” Sapanya sambil membungkuk.
“Annyeonghaseyo Victoria Nuna.” Jawab mereka bersamaan. Kecuali aku pastinya.
“Jangan panggil aku Nuna. Victoria ssi saja. Nichkhun ssi aku harus bicara denganmu. Bisa ikut aku sebentar?” Raut wajahnya terlihat serius.
Aku mengikutinya keluar ruangan,berjalan di backstage dan berakhir di tempat parkir khusus para artis. Saat ini kami saling berdiri berhadapan.
“Nichkhun ssi. Pertama-tama selamat atas kesuksesan konsernya.” Katanya
“Gomawoyo Victoria ssi.Ada perlu apa hingga mengajakku ke sini?Sepertinya serius.” Balasku
“Bisakah kau jawab pertanyaanku dengan jujur?” tanyanya
“Tentu saja. Aku tidak pernah berbohong kan padamu?Waeyo?” jawabku
“Kalau boleh aku tau Clairiene Lee itu benar-benar tidak bisa bahasa Korea?” tanyanya
“Ne? Mengapa tiba-tiba bertanya seperti itu?” jawabku
“Hanya ingin tau saja,apa tidak boleh?” tanyanya lagi
“Dia bisa.Sedikit.Tidak terlalu fasih.” Jawabku
“Begitu rupanya.Dia tinggal dimana sekarang?” tanyanya semakin serius
“Hhhhmmm.Sekarang Dia ada di London.Waeyo?” tanyaku
“Ooh. Bagaimana kau tau dia ada di London? Apakah dia menghubungimu?” tanyanya dengan sedikit kesal.
“Aniyo. Aku mendengarnya dari Nichan.” Jawabku beralasan.
“Kalau dia ada di London,lantas siapa yang aku lihat sedang berciuman panas denganmu di ruang ganti dan rias artis sebelum konser dimulai? Katakan padaku,apakah aku salah lihat?” katanya dengan nada yang benar-benar kesal kali ini.
“Mworagoyo?Bagaimana bisa?” Jawabku dengan mata terbelalak kaget. Aku tidak percaya dengan apa yang dikatakannya barusan. Dia melihatku apa? Tidak mungkin.
“Tidak perlu berpura-pura kaget Nichkhun ssi. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri dan mendengar sangat jelas kalau dia bisa bahasa Korea. Dan namanya “Lin” tidak sesuai dengan yang dikatakan Nichan kan?Belum lagi kau menyebut “Kamar Tidur Kita” saat itu.” Victoria menyilangkan tangannya di depan dada.
Aku diam.Terkejut.Victoria sudah tau dan ini merupakan situasi yang gawat.Dia bisa saja memberitaukan hal itu pada media sekarang juga. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku perbuat?
“Jawab Nichkhun ssi. Jangan diam saja. Aku butuh penjelasanmu. Siapa dia? Apakah kau selingkuh dengannya?” katanya berturut-turut. Jadi,dia berpikir aku berselingkuh. Itu lebih baik. Karena dia tidak berpikir Hae Lin itu istriku.
“Kalau aku mengatakannya,bisa kah kau merahasiakannya?” tanyaku
“Kalau kau tidak berkata jujur aku akan memberitaukannya pada media.” Jawabnya
“Baiklah. Dengarkan aku baik-baik.” Kataku
Dia mengangguk.
“Namanya benar Clairiene Lee. Itu adalah nama Inggrisnya. Nama Koreanya Lee Hae Lin. Dia keturunan Korea-Inggris-Thailand.Dia tidak tinggal di London tapi di Korea.Itulah mengapa dia fasih bicara dalam bahasa Korea.Dia bukan pacar Nichan,bukan juga selingkuhanku. Itu semua tidak benar. Sejujurnya,dia adalah Istriku.” Jawabku yakin.
Seketika itu juga Victoria mematung sambil menundukkan kepalanya. Terkejut pastinya mendengar penjelasanku barusan.
“Hahaha.” Tiba-tiba dia tertawa.
Aku menatapnya bingung.
““Kalau aku mengatakannya,bisa kah kau merahasiakannya?”
“Kalau kau tidak berkata jujur aku akan memberitaukannya pada media.”
“Baiklah. Dengarkan aku baik-baik.”
“Namanya benar Clairiene Lee. Itu adalah nama Inggrisnya. Nama Koreanya Lee Hae Lin. Dia keturunan Korea-Inggris-Thailand.Dia tidak tinggal di London tapi di Korea.Itulah mengapa dia fasih bicara dalam bahasa Korea.Dia bukan pacar Nichan,bukan juga selingkuhanku. Itu semua tidak benar. Sejujurnya,dia adalah Istriku.”
Itu adalah suara dari alat perekam suara.Sial.Dia merekam semuanya.Apa maksudnya dia melakukan semua ini?
“Victoria ssi.” Panggilku.
Seulas senyum jahat (evil smirk) terukir di bibirnya.
“Aku tidak akan memberitaukan hal ini pada siapaun,kau tenang saja Nichkhun ssi.” Katanya
“Gomapta Victoria ssi.” Jawabku lega
“Tapi,kau harus menuruti semua keinginanku kalau kau mau aku tetap merahasiakan hal ini.” Katanya lagi
“Mworagoyo?” Jawabku kaget dan kecewa.
“Lakukan sesuai dengan keinginanku dan hal ini akan aman untuk selamanya.Deal?” jawabnya seperti orang sedang berunding.
Aku menarik napas panjang lalu membuangnya. Aku mengangguk tanda setuju.Tidak ada yang bisa aku perbuat selain menuruti semua keinginannya.
“Baiklah. Aku akan kembali ke dalam dan bersiap-siap untuk adegan selanjutnya.” Katanya sambil pergi.
“Sial.Sial.Sial.Apa yang sudah aku lakukan?” batinku. Aku menendang kaleng kola yang ada di hadapanku.Ingin rasanya aku memukul dan membanting sesuatu.Aku harus bertemu Hae Lin sebentar aku jadi merasa bersalah padanya
Aku mengeluarkan ponsel dan menekan tombol 1 panggilan cepat untuk Hae Lin.
 “Ne Oppa.” Jawabnya bersemangat.
“Lin-ah. Jangan pulang ke rumah dulu. Ikutlah bersamaku dan yang lain untuk merayakan keberhasilan konser kami.” Kataku
“Tidak bisa Oppa. Aku harus pulang bersama temanku Hee-ya. Aku bawa mobil sendiri,jadi Oppa tenang saja. Kalau aku tidak bisa,aku akan menghubungi sopir. Eottae?” jawabnya
“Kau dimana?” tanyaku
“Aku dekat trotoar pintu masuk di luar gedung.Waeyo?” tanyanya lagi
“Di sana ramai?” tanyaku
“Tidak juga. Hanya ada beberapa orang berlalu lalang. Waeyo Oppa?” tanyanya lagi.
“Tunggu di sana.Tut tut tut.” Jawabku langsung menutup telepon.
Dengan segera aku ke ruang ganti dan rias artis lalu memakai jaket merah plus tudung kepalanya dengan topi hitam lalu masker hitam juga terlihat menutupi wajahku. Meminta tolong staff untuk menemani sambil berjaga-jaga kalau-kalau ada sasaeng fans. Aku berjalan menunduk berusaha tetap melihat ke depan setiap 3 detik. Dan akhirnya aku menemukannya
“Oppa.” Panggilnya sambil berbisik dan melambai-lambaikan tangannya
Aku berlari-lari kecil mendekati nya.
“Kau benar-benar nekat menemui aku di sini. Kalau ada fans yang sadar bagaimana?” Tanyanya khawatir.
“Tenang saja. Aku sudah meminta staff untuk berjaga-jaga di sana.” Kataku sambil menunjuk 3 orang staff yang sedang melihat sekeliling.
“Aaah~ Aku harus mengembalikan ini.” Ucapnya sambil berusaha melepaskan kardigan Chansung.
“Aniyo. Nanti saja. Pakailah untuk sementara,kau bisa mengembalikannya nanti.” Jawabaku lembut.
“Oppa,tidak syuting WGM?” tanyanya
“Kami sudah melakukan pengambilan sebelum konser. Setelah ini yang terkakhir.” Jawabku
“Ooh begitu.” Jawabnya singkat tidak peduli.
Dengan segera aku memeluknya sangat erat. Pelukan yang tidak biasa. Seperti pelukan saat seseorang merasa tertekan dan penuh rasa bersalah. Pelukan untuk meminta maaf.Dia membalas pelukanku.
“Oppa,waeyo?Apa yang terjadi?” tanyanya lembut.
“Mianhae.Jeongmal Mianhae Lin-ah.” Batinku
“Aniyo. Hanya ingin memelukmu saja seperti ini. Sebentar saja.” jawabku dengan suara terdengar lebih berat dari biasanya. Dia yang tidak mengerti hanya mengikuti saja permintaanku. Memelukku. Mengelus punggungku. Membenamkan wajahnya di dadaku
“Mianhae untuk luka yang akan aku sebabkan untukmu nanti.Kumohon dengan sangat kali ini.Aku harap kau bisa memaafkan aku untuk terakhir kalinya.” Batinku lagi.
“Aku harus kembali Lin-ah.Jangan mengemudi,lebih baik kau minta sopir mengantarkanmu.Ini sudah malam.” Kataku dengan raut wajah sedikit terpaksa sambil melepaskan pelukan kami.
Dia tersenyum. “Cepat selesaikan urusanmu dan pulanglah ke rumah.Arrasseoyo?” jawabnya
Aku mengangguk tanpa senyum.
“Aku akan merindukan senyum itu darimu,Lin-ah.” Pikirku
“Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau tidur di dorm.” Katanya sedikit mengancam.
“Aku tidak berharap kau memaafkanku karena hal itu. Hal yang lebih menyakitkan akan terjadi nantinya. Dan itu karena kecerobohanku,Lin-ah.” Jawabku dalam hati.
 “Oppa? Kenapa diam saja? Aku hanya bercanda.” Jawabnya
Aku tersenyum terpaksa kali ini.
“Aku pergi dulu.Sampai bertemu nanti Lin-ah.” Jawabku sambil berlalu.
“Aku tidak tau bagaimana harus menghadapimu nantinya. Bagaimana caraku agar kau memaafkan kecerobohanku ini.Aku hanya berharap kau tidak akan pergi meninggalkan aku” Batinku.
*Nichkhun’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
Tiga bulan berlalu setelah konser semuanya berjalan baik-baik saja. Tidak ada pertengkaran diantara kami berdua. Aku sibuk kuliah,dia juga sibuk dengan mini album terbarunya. Aku tidak lagi menonton acara WGM sialan itu. Hanya melihat gambar-gambarnya sekilas. Ya walaupun mereka terlihat semakin mesra dan berani setidaknya tidak ada adegan yang membuatku benar-benar marah.Semuanya masih dalam batas wajar menurutku.Dan aku masih berusaha mengerti kalau semuanya sudah diatur.
*KhunLin’s apartment at 8 AM*
Aku terbangun dari tidurku dengan rasa mual yang hebat di perutku. Aku berlari secepat kilat ke kamar mandi dan memuntahkan semuanya. Aneh. Seingatku,aku tidak salah makan kemarin malam. Aku juga tidak minum alkohol. Apa yang salah denganku hari ini?
Aku kembali ke kamar tidur dan masih mendapati Nichkhun yang terlelap di tempat tidur kami. Wajahnya saat tidur mirip bayi. Aah~ bicara soal bayi,aku jadi ingin memilikinya. Tapi kubuang jauh-jauh pikiran itu. Aku masih kuliah semester akhir dan Nichkhun sedang sibuk-sibuknya,tidak mungkin kami akan punya bayi dalam waktu dekat ini.
Aku kembali ke kamar mandi untuk mencucui muka dan menggosok gigiku. Badanku terasa sangat tidak enak hari ini. Masuk angin sepertinya. Selesai melakukan semua itu,aku turun ke bawah dan membuat sarapan walaupun hanya sekedar roti lapis dan susu coklat dan kopi untuk Nichkhun Oppa.
“Huek huek huek.” Aku memuntahkan kembali isi perutku di wastafel dapur setelah memakan sepotong roti lapis barusan.
“Kau kenapa Lin-ah?” Tanya Nichkhun yang datang melihatku dan mengelus-ngelus punggungku.
“Mollayo.Sepertinya aku masuk angin.” Jawabku sambil menggosok-gosokan tengkuk.
“Pasti rasanya sangat tidak enak,hingga kau mual seperti itu. Ayo kita ke dokter sekarang.” Katanya
“Mworagoyo?KITA? Oppa tidak salah bicara kah? Kalau ada yang melihat seorang Nichkhun 2PM pergi ke dokter bersama seorang wanita,apa yang akan mereka pikirkan pertama kali?” jawabku panjang lebar.
“Aku hanya ingin menemanimu sebagai seorang suami.” Jawabnya romantis.
“Aku juga ingin,tapi kalau berita tentang kita sampai terbongkar kau juga akan terkena dampaknya.Aku akan pergi diantar sopir. Oppa pergilah.Oppa pasti sibuk kan?” Jawabku.
“Kau sudah dewasa rupanya Lin-ah.” Jawabnya dengan tatapan sedikit sendu.
“Oppa waeyo? Aku perhatikan belakangan ini Oppa sering berkespresi sedih dan kecewa.” Tanyaku
“Gwaenchana.Oppa hanya lelah.Kau harus memberitau Oppa setelah kembali dari dokter,arrasseo?” tanyanya
“Ne.Oppa.”  jawabku manis.
“Tidak perlu kuliah hari ini. Istirahat sajalah di rumah.Aku akan pulang lebih cepat hari ini.” Katanya sambil mengelus lembut kepalaku.
“Baiklah. Baiklah. Aku mengerti pak dokter.” Jawabku menggoda.
Setelah Nichkhun pergi pukul 9 pagi keadaanku tidak semakin membaik. Malah semakin memburuk. Aku merasa tambah mual,badanku terasa lemas. Tidak ada satu makanan pun yang bisa masuk ke dalam perutku semuanya keluar saat aku baru memakan segigit saja. Pukul 10 Aku memutuskan untuk pergi ke klinik sepupu ku. Aku sudah tidak tahan.
*dr.Park Tae Hyun’s Clinic at 10.30 AM*
“Annyeonghaseyo Hae Lin ssi. Oreanmaneyo.” Katanya sambil menjabat tangan saat melihatku masuk ke ruangannya.
“Ne Annyeonghaseyo Tae Hyun ssi.” Jawabku
“Kau sakit apa? Setauku kau tidak akan ke sini kalau tidak benar-benar parah.” Katanya
“Aku rasa aku masuk angin. Badanku tidak enak. Aku terus merasa mual dan selalu muntah saat memakan apapun yang masuk ke dalam perutku. Aku tidak salah makan dan juga tidak minum alkohol.” Ucapku panjang.
“Apa kau alergi terhadap makanan?” tanyanya       
“Tentu saja tidak ada. Apakah aku keracunan?” tanyaku balik
“Sepertinya tidak. Baiklah. Bisakah kau rebahkan dirimu di kasur itu?”
Aku menangguk dan merebahkan diriku di kasur pasien itu. Dia memeriksa detak jantungku,perutku,menyuruhku membuka mulut dan mengangguk-angguk seperti mengetahui sesuatu.
“Hae Lin ssi. Tolong jawab pertanyaanku dengan jujur.” Katanya
“Tentu saja. Kau mau bertanya apa?” jawabku
“Kapan terakhir kali kau datang bulan?” tanyanya
“Ne? Kenapa menanyakan aku hal seperti itu?” jawabku malu.
“Jawab saja. Kau ingin tau penyakitmu kan? Aku hanya ingin memastikan saja.” jawabnya
“Hmmm..Aku tidak ingat Tae Hyun ssi. Kalau tidak salah hhmm. Bulan ini aku belum,bulan kemarin juga tidak. OMO?!” Pekikku kaget.
“Wae?” tanyanya.
“Aku sudah tidak datang bulan selama 2 bulan. Apakah ini pertanda buruk?” tanyaku sedikit panik.
“Bisa jadi.” Katanya dengan raut wajah serius.
“OMO?! Aku harus bagaimana Tae Hyun ssi?”tanyaku semakin panik.
“Bisakah kau angkat bajumu? Aku harus melakukan USG untuk lebih memastikannya.” Jawabnya tenang.
“USG? Memangnya aku hamil?” Jawabku cuek.
Dia tersenyum mendengarku  mengatakan hal itu. Aku membelalakan mata tidak percaya.
“Benarkah?” tanyaku tidak percaya.
“Harus kita coba dulu.” Jawabnya
Baiklah. Aku memutuskan untuk melakukan USG. Tae Hyun mulai menggosok perutku dengan gel lalu memutar-mutarkan alat yang seperti senter itu di atas perutku. Tapi matanya melihat ke arah monitor yang ada di samping kanan kepalaku. Lalu tak lama dia tersenyum dan menatapku.
“Hae Lin ssi. Lihatlah ke sini.” Katanya sambil menyuruhku melihat ke arah monitor.
Aku memutar kepalaku ke kanan dan melihat ke layar monitor itu.
“Lihat benda bulat seperti bola tenis?” tanyanya
Aku mengangguk.
“Apa itu?” tanyaku
“Itulah yang akan membuat badanmu tidak enak dan terus merasa mual di pagi hari.” Jawabnya
“Itu apa? Tumor?” tanyaku
“Bukan. Itu adalah janin. Yang nantinya akan jadi bayimu. Cukhahahaeyo Hae Lin ssi.” Jawabnya sambil tersenyum senang.
“Jinjjayo? Aku hamil? Aku akan punya bayi?” tanyaku senang.
Tae Hyun mengangguk. “Perkiraanku umurnya baru sekitar satu bulan. Kau harus sering memeriksakannya ke dokter kandungan Hae Lin ssi. Aku punya kenalan dokter kandungan yang bagus.Aku akan mengabarimu nanti.”
“Gomawoyo Tae Hyun ssi. Aku ingin membawa pulang hasil USG nya. Bisa kah?” tanyaku
“Ingin kau perlihatkan pada suamimu itu?” tanyanya
“Aniyo. Aku hanya ingin menyimpannya dan memberi kejutan saat waktunnya pas. Tolong jangan beritau siapapun kalau aku hamil. Butakhaeyo.” Jawabku
“Baiklah. Tunggu sebentar di sini,aku akan memberikan hasil USG nya dan beberapa vitamin serta obat yang cocok untuk ibu hamil.” Jawabnya
“Gomawoyo.” Jawabku.
Selama perjalanan dari klinik ke apartemen aku selalu melihat hasil USG itu,aku tersenyum bahagia. “Aku akan punya bayi.” Batinku. Tapi aku tidak akan memberitau Nichkhun Oppa dulu,aku takut dia akan bertambah lelah dan semakin terlihat tidak bertenaga karena harus menjagaku. Aku tidak ingin wajahnya terlihat jelek di kamera. Aku harus mengunggu saat yang tepat untuk memberitaukannya.
Sampai di rumah,aku langsung minum vitamin dan obat yang diberikan oleh Tae Hyun. Sedikit mengurangi rasa mual dan tidak enak badan. Lalu aku makan siang dan akhirnya tertidur karena merasa lelah.
*KhunLin’s Apartment at 5 PM*
Aku membuka mata dan mendapati diriku tertidur di sofa. Dengan segera aku melihat sekeliling dan sepertinya Nichkhun belum pulang. Aku melihat ada 3 pesan masuk di ponselku. Aku membacanya 1 per 1.
1 Pesan dari Uri Choigoda Khunnie
“Lin-ah. Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah membaik? Kau sudah ke dokter kan? Apa katanya? Ada sesuatu yang ingin kau makan? Aku akan membelikannya untukmu.”
Aku tersenyum saat membaca pesan dari Nichkhun. Seperti seorang suami yang tau istrinya sedang hamil sampai bertanya apa yang ingin aku makan. Aku membalasnya.
“Oppa,aku sudah membaik setelah meminum obat dari dokter. Dokter bilang,aku tidak apa-apa hanya kelelahan dan masuk angin. Aku harus banyak istirahat. Aku ingin makan samgyupsal J.”
Aku menunggu Nichkhun membalas pesanku sambil membaca pesan yang lainnya.
1 Pesan dari Choon Hee
“Hae Lin-ah,kau kemana tidak kuliah hari ini?”
Akupun membalas pesan dari Choon Hee.
“Hee-yaa,aku sedang sakit. Maaf tidak menghubungimu.Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku sudah membaik.”
1 Pesan dari Young Dae Oppa Si Menyebalkan
“Lin-ah.Kapan kau akan mengembalikan PSP ku?”
Lihat kan? Tidak salah aku memberinya nama Young Dae yang menyebalkan. Mengirim pesan kalau ada perlunya saja denganku.
-Aku-
“Tunggu saja. Nanti aku kembalikan.”
1 Pesan dari Uri Choigoda Khunnie
“Syukurlah kalau kau tidak apa-apa.Aku akan bawakan samgyupsal untukmu.Jangan lupa minum obatmu dan beristirahat. Aku akan segera kembali.”
-Aku-
“Ne Oppa. Aku akan melaksanankan perintahmu pak Dokter :p.”
Itu percakapan romantis terakhirku dengan Nichkhun. Karena tepat satu bulan kemudian sesuatu yang tidak diduga terjadi dan sangat mengejutkan.
*Hae Lin’s POV End*
*Nichkhun’s POV*
Aku berlari secepat mungkin ke apartment setelah mendengar kabar kalau hal itu akan diperlihatkan hari ini. Aku membuka pintu. Mencari seorang wanita yang pastinya sekarang sedang merasa kesal dan siap memulai kembali pertengkaran yang sudah lama tidak pernah terjadi belakangan ini. Aku harus menjelaskan sesuatu yang penting padanya. Aku tidak ingin dia mengacuhkan ku lagi seperti waktu itu. Aku menemukannya sedang duduk di sofa dan matanya menatap ke layar laptop.
“Lin-ah.” Panggilku.
Dia menoleh dalam diam dan wajahnya terlihat sendu seperti menahan tangis.
Aku menghampirinya. Berusaha memegang tangannya tapi dia menghindar,berusaha memeluknya tapi dia menolak. Dia berdiri dan mengacuhkanku. Aku benar-benar membuat kesalahan besar.
“Lin-ah.” Panggilku lagi.
Dia melihatku lagi. Kali ini ada air mata mengalir di pipinya.Dia berdiri sambil meremas telapak tangannya kuat-kuat.Pundaknya bergetar.Dia menangis. Kali ini aku melihatnya dengan jelas.
“Mianhae. Tolong dengarkan penjelasanku dulu.” Kataku
Dia berlari secepat kilat ke kamar tidur kami. Mengunci pintu.
“Lin-ah. Aku tidak akan memaksamu membuka pintu. Tolong dengarkan saja penjelasanku.” Kataku
Tak ada jawaban tapi aku bisa mendengar isak tangisnya dari balik pintu.
“Aku melakukan itu karena terpaksa Lin-ah. Sungguh,aku tidak tau kalau ada adegan seperti itu. Aku tidak melakukannya. Kau lihat kan? Victoria yang menciumku.” Jawabku
Ya,itulah alasan kami menjadi seperti ini sekarang. Adegan ciumanku dengan Victoria di WGM. Aku tidak tau kalau akan ada adegan ciuman seperti itu. Aku juga todak menyangka kalau akan ditayangkan. Mereka bilang itu hanya sebuah foto prewedding. Jadi,aku tidak memberitaukan hal itu ke dia.
Lagi-lagi tidak ada jawaban. Tapi kali ini tidak ada suara isak tangisnya. “Sedang apa dia di dalam?” pikirku
Dua puluh menit kemudian pintu terbuka dan aku melihatnya sudah membawa 2 koper besar. Matanya sembab habis menangis.
“Lin-ah. Kau mau kemana?” tanyaku menarik lengannya saat dia melewatiku.
Dia diam dan menatapku dengan amarah di matanya.
“Oppa tidak perlu mencari aku,cukup bahagia bersamanya saja di sini. Aku yang akan pergi.” Jawabnya
Aku membelalakkan mata. Terkejut dengan apa yang baru saja dia katakan. Tidak mungkin.
“Apa yang kau bicarakan? Aku tau kau marah,silakan marahi aku,pukul aku sesuka hatimu. Berteriaklah padaku Lin-ah. Kumohon jangan pergi.” Jawabku
“Oppa ingat apa yang kau katakan dulu saat melamarku?” tanyanya padaku.
Aku diam. Aku berpikir apa yang aku ucapkan dulu padanya?
“Sepertinya Oppa lupa. Kalau begitu biar aku katakan dengan jelas. Dengarkan baik-baik.” Jawabnya
Aku menatapnya bingung.
“Oppa bilang “Kalau bersama denganku terasa berat dan menyakitkan untukmu,kau boleh pergi Hae Lin-ah” Itulah yang Oppa katakan.” Jawabnya
“Tapi..” kataku
“Bagiku,sekarang saat yang tepat untuk menggunakan kata-katamu itu Oppa. Aku sudah lelah bertengkar. Aku tidak kuat,tidak tahan,dan tidak ingin lagi mencoba mengerti apa yang kau lakukan dengan si Victoria itu. Semua ini terasa berat dan menyakitkan untukku. Jadi,jangan mencoba untuk menghalangi aku karena hal itu tidak akan berguna.” Jawabnya sambil melepaskan tanganku dari lengannya.
“Mianhae. Jeongmal Mianhae. Jalmothaesseo.Aku tidak akan mengulangi hal itu lagi. Aku berjanji.” Jawabku memohon maafnya
“Keluar dari acara itu sekarang juga. Atau aku yang keluar dari sini.” Katanya
“Aku tidak bisa keluar begitu saja Lin-ah. Itu sebuah kontrak tertulis dan aku harus menyelesaikannya. Aku tidak ingin dicap sebagai artis yang tidak bertanggung jawab. Dan jika aku keluar begitu saja. JYP harus membayar denda. Kau mau seperti itu?” jawabku tenang.
Dia tersenyum kecut sambil meneteskan air matanya.
“Baiklah. Sudah jelas semuanya Oppa. Kau memilihnya.Dia lebih penting bagimu. Satu saja permintaan terakhirku,mari berpisah.” Jawabnya sambil menangis dan keluar dari apartement kami.
Aku diam di tempat tidak menjawab perkataannya,tidak juga mencoba menghalanginya. Aku sadar apa yang aku perbuat dan aku katakan padanya sudah salah. Sudah satu jam berlalu. Aku duduk di lantai dan meninju lantai yang ada di hadapanku.
“Sial.” Ucapku sambil menyesali semuanya. Bodohnya aku mengatakan hal itu.Tapi,aku tidak ingin hubunganku berakhir dengannya. Tidak akan. Aku tidak akan berpisah dengannya. Aku akan memberinya waktu untuk menenangkan diri,berharap dirinya akan menerimaku kembali nantinya.
Aku berjalan ke kamar tidur kami,dan menemukan secari kertas di atas meja rias. Aku membuka dan membacanya
To : Nichkhun Oppa
“Terima kasih sudah menjadi suamiku selama 11 bulan.Terima kasih untuk semua pemberianmu,termasuk yang ada di dalam amplop itu.”
Aku berhenti membacanya sebentar lalu menoleh ke arah amplop putih di atas meja. Aku mengambilnya lalu menarik isinya keluar dan betapa terkejutnya aku saat melihat bahwa isinya adalah hasil USG sebuah janin. Ada tulisan kecil dibawahnya.
“Uri Jakeun Aegi. Saranghaeyo.<3 (Our little baby,i love you)”
Aku melihat tanggalnya dan ini satu bulan yang lalu.
“Dia sedang hamil.” Ucapku sambil menutup mulut berusaha menahan tangisku. Aku kembali membaca memo yang ditulis Hae Lin.
“Aku tidak ingin memberitaumu sebenarnya,karena aku menunggu perayaan 1 tahun pernikahan kita.Tapi sepertinya sekarang saat yang tepat. Karena nantinya kita tidak akan bertemu lagi. Kalaupun bertemu pasti hanya bertengkar,aku lelah dan tidak sanggup jika harus bertengkar lagi denganmu. Akan berdampak buruk bagi bayi kita. Aku tidak akan mengeluh dan merepotkanmu lagi.Oppa tenang saja.Aku harap Oppa baik-baik saja dan bahagia bersamanya. Jangan cari aku,karena aku tidak akan mau menemuimu lagi.”
-Dari yang pernah mencintaimu Lee Hae Lin-
Tes.Tes.Tes air mataku jatuh di atas kertas itu. Aku menangis.Membacanya seperti mendegarkan apa yang ingin dia bicarakan padaku nantinya. Dia sedang hamil dan sensitif tapi aku malah memilih untuk mempertahankan acara itu demi reputasi dan nama baikku sendiri.
“Baboya.” Jawabku merutuki diriku sendiri.
*Nichkhun’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
Aku sedang bersantai di ruang tamu sambil memandangi layar laptopku,mencari foto-foto WGM episode selanjutnya yang baru saja tayang hari ini. Di foto terakhir,tanganku berhenti menggerakkan kursor dan aku sempat mengamati foto itu baik-baik.
“Mereka berciuman.” Batinku. Aku sudah tau,ini pasti akan terjadi. Aku sudah mencoba untuk tidak terpengaruh. Tapi aku tidak bisa. Melihat wajah bahagianya saat akan melakukan ciuman itu,aku tidak bisa terima. Berpegangan tangan,berpelukan,memeluknya dari belakang aku masih bisa mengerti,tapi kalau sudah seperti ini aku tidak bisa memahaminya lagi. Cukup sudah. Perempuan mana yang rela kalau suaminya mencium perempuan lain? Aku mengelus perutku,berusaha menahan tangis. Aku tidak ingin bayiku juga terluka.
 Tiba-tiba pintu apartment terbuka dan orang yang menyebabkan semua ini sudah datang. Aku berusaha terlihat tenang dan tidak emosi,karena Tae Hyun bilang kalau ibu hamil tidak boleh merasa tertekan,itu tidak baik untuk janin.
“Lin-ah.” Panggilnya.
Aku menoleh dalam diam dan berusaha menahan tangis.
Dia menghampiri aku . Berusaha memegang tanganku tapi aku menghindar,berusaha memelukku tapi aku menolak. Aku berdiri dan mengacuhkannya. Aku tidak ingin bertengkar kali ini.
“Lin-ah.” Panggilnya lagi.
Aku melihatnya lagi. Kali ini air mataku mengalir di pipi.Setidaknya,aku lebih memilih menangis daripada bertengkar. Aku berdiri sambil meremas telapak tangannku kuat-kuat.Pundakku bergetar.Aku menangis di hadapannya.
“Mianhae. Tolong dengarkan penjelasanku dulu.” Kataku
Aku berlari secepat kilat ke kamar tidur kami. Mengunci pintu.
“Lin-ah. Aku tidak akan memaksamu membuka pintu. Tolong dengarkan saja penjelasanku.” Katanya dari balik pintu.
“Hiks hiks hiks” isakku tanpa menjawabnya.
“Aku melakukan itu karena terpaksa Lin-ah. Sungguh,aku tidak tau kalau ada adegan seperti itu. Aku tidak melakukannya. Kau lihat kan? Victoria yang menciumku.” Jawabnya
“Aku tau Oppa tidak ingin melakukannya karena ada aku. Aku tidak akan jadi penghalangmu lagi. Aku akan pergi.” Batinku
Aku segera mengambil koper dan memasukkan semua pakaian dan perlengkapanku.Aku harus pergi,hal ini merupakan salah satu hal yang diijinkan Nichkhun Oppa sendiri kan,jadi aku tidak perlu merasa bersalah. Aku memasukkan semua perlatan make-up ku dan menemukan hasil USG ku di laci meja rias.Aku tersenyum dan meneteskan air mata.
“Bagaimana bentuknya di dalam sana ya sekarang?” Pikirku sambil tersenyum pahit. Aku memasukka foto itu ke dalam amplop. Aku rasa ini saat yang tepat untuk memberitaukannya.
Aku mengambil selembar kertas di laci meja dan menulis pesan terakhir untuknya.
To : Nichkhun Oppa
“Terima kasih sudah menjadi suamiku selama 11 bulan.Terima kasih untuk semua pemberianmu,termasuk yang ada di dalam amplop itu. Aku tidak ingin memberitaumu sebenarnya,karena aku menunggu perayaan 1 tahun pernikahan kita.Tapi sepertinya sekarang saat yang tepat. Karena nantinya kita tidak akan bertemu lagi. Kalaupun bertemu pasti hanya bertengkar,aku lelah dan tidak sanggup jika harus bertengkar lagi denganmu. Akan berdampak buruk bagi bayi kita. Aku tidak akan mengeluh dan merepotkanmu lagi.Oppa tenang saja.Aku harap Oppa baik-baik saja dan bahagia bersamanya. Jangan cari aku,karena aku tidak akan mau menemuimu lagi.”
-Dari yang pernah mencintaimu Lee Hae Lin-
Aku meneteskan air mata lagi saat menulis surat ini. Aku menghapus sisa-sisa air mata di pipiku dan menulis pesan ke Young Dae Oppa. Untuk saat ini aku hanya bisa mengaharapkannya saja.
-Aku-
“Oppa,malam ini kau tidur dimana?”
-Young Dae Oppa Si Menyebalkan-
“Aku akan tidur di tempat pelatihan. Wae?”
-Aku-
“Bisakah aku tidur di sana untuk sementara? Nichkhun sedang di Jepang. Kau kan tau aku takut jika harus di rumah sendirian.”
-Young Dae Oppa Si Menyebalkan-
“Minta saja eomma ke sana.”
-Aku-
“Eomma sedang berlibur dengan temannya.”
- Young Dae Oppa Si Menyebalkan-
“Aissshh. Baiklah. Datang saja.”
Aku memilih untuk tidur di sana malam ini karena Nichkhun pasti datang nanti untuk mencariku di rumah. Aku yakin dia tidak akan datang ke sana. Aku sudah selesai mengemasi barang-barang. Aku membuka pintu kamarku dan siap pergi.
“Lin-ah. Kau mau kemana?” tanyanya menarik lenganku saat aku melewatinya.
Aku diam dan hanya menatap dengan tatapan marah padanya.
“Oppa tidak perlu mencari aku,cukup bahagia bersamanya saja di sini. Aku yang akan pergi.” Jawabku tetap tenang.
Nichkhun membelalakkan mata. Terkejut dengan apa yang baru saja aku katakan.
“Apa yang kau bicarakan? Aku tau kau marah,silakan marahi aku,pukul aku sesuka hatimu. Berteriaklah padaku Lin-ah. Kumohon jangan pergi.” Jawabnya
“Oppa ingat apa yang kau katakan dulu saat melamarku?” tanyaku padanya.
Dia diam. Sudah lupa sepertinya.
“Sepertinya Oppa lupa. Kalau begitu biar aku katakan dengan jelas. Dengarkan baik-baik.” Jawabku
Dia menatapku bingung.
“Oppa bilang “Kalau bersama denganku terasa berat dan menyakitkan untukmu,kau boleh pergi Hae Lin-ah” Itulah yang Oppa katakan.” Jawabku
“Tapi..” katanya
“Bagiku,sekarang saat yang tepat untuk menggunakan kata-katamu itu Oppa. Aku sudah lelah bertengkar. Aku tidak kuat,tidak tahan,dan tidak ingin lagi mencoba mengerti apa yang kau lakukan dengan si Victoria itu. Semua ini terasa berat dan menyakitkan untukku. Jadi,jangan mencoba untuk menghalangi aku karena hal itu tidak akan berguna.” Jawabku sambil melepaskan tangannya dari lenganku.
“Mianhae. Jeongmal Mianhae. Jalmothaesseo.Aku tidak akan mengulangi hal itu lagi. Aku berjanji.” Jawabnya memohon maaf
“Keluar dari acara itu sekarang juga. Atau aku yang keluar dari sini.” Kataku memastikan kembali apakah aku akan pergi dari rumah ini.
“Aku tidak bisa keluar begitu saja Lin-ah. Itu sebuah kontrak tertulis dan aku harus menyelesaikannya. Aku tidak ingin dicap sebagai artis yang tidak bertanggung jawab. Dan jika aku keluar begitu saja. JYP harus membayar denda. Kau mau seperti itu?” jawabnya tenang.
Aku tersenyum kecut sambil meneteskan air matanya.
“Baiklah. Sudah jelas semuanya Oppa. Kau memilihnya.Dia lebih penting bagimu. Satu saja permintaan terakhirku,mari berpisah.” Jawabku sambil menangis dan keluar dari apartement kami.
“Annyeong Oppa.” Batinku
Dengan segera aku menghentikan taksi dan bersiap pergi ke tempat latihan Young Dae Oppa. Aku sudah menduga akan berakhir seperti ini. Aku memang egois,tidak bisa mencoba mengerti apa yang dilakukannya. Padahal itu demi grupnya. Tapi aku juga tidak bisa terus diam melihat dia bersama wanita lain. Jawaban-jawabannya saat wawancara seolah mewakili perasaaanya saat itu juga. Dan inilah puncak dari segalanya. Aku mengelus perutku pelan berharap dia di dalam sana baik-baik saja tidak seperti ibunya.
Aku tiba di tempat pelatihannya. Young Dae Oppa melihatku dan memberi aba-aba untuk langsung pergi ke ruangannya. Aku menurut. Aku pergi ke ruangannya lalu masuk ke kamarnya. Hanya ada 1 kamar tidur di sini,tapi ada 1 ranjang susun. Aku meletakkan koper di dalam lemari. Aku melirik jam tangan. Sudah satu jam sejak aku pergi,dia tidak menghubungi aku.
“Apakah ayahmu sudah melihatmu di foto yang ibu letakkan di rumah?” Tanyaku sambil mengelus perut.
“Ibu hanya berharap ayahmu akan senang melihatmu nantinya.” Jawabku.
*Young Dae’s room at 10 PM*
“Ceklek.” Pintu kamar terbuka dan aku melihat Young Dae masuk.
“Annyeong Oppa.” Sapaku sambil mengangkat tangan.
“Hae Lin-ah. Jujurlah.” Katanya
“Jujur apa?” Tanyaku
“Kau ke sini karena bertengkar dengan si Nichkhun itu kan?” tanyanya lagi
“Ne?Aniya.” jawabku
“Tak perlu berbohong. Aku menghubungi eomma dan katanya dia ada di rumah saat ini.Jadi,katakan sejujurnya.” Katanya
Aku diam beberapa saat dan mennjawab.
“Iya,aku bertengkar dari rumah dan memilih untuk ke sini karena dia pasti mencariku ke sana.” Jawabku
“Memangnya dia kenapa? Apa dia selingkuh darimu?” tanyanya santai.
“Oppa,bisakah kau tidak bersikap menyebalkan sebentar saja? Aku sedang kesal dan sedih tapi kau malah membuatku merasa lebih buruk.” Jawabku
“Yak?! Aku hanya bertanya. Kenapa jadi kau yang marah?” jawabnya kesal.
“Aku tidak bisa cerita sekarang. Maaf,aku lelah. Aku ingin tidur.” Jawabku
“Baiklah kalau begitu. Aku juga lelah. Jangan lupa nyalakan pemanas. Aku harus mandi dulu.” Jawabnya mengalah
“Oppa.” Panggilku
“Mwo?” jawabnya
“Apa kau beritau ibu aku di sini?” tanyaku
“Ani. Aku yakin eomma pasti sudah di sini kalau dia tau.” Jawabnya
“Gomawo.” Kataku sebelum dia pergi ke luar kamar.
*Esok pagi at 6 PM*
Lagi-lagi aku merasakan morning sick. Aku membuka pintu kamar pelan kemudian berlari secepat mungkin ke arah kamar mandi dan memuntahkan semuanya.Selama 1 bulan kemarin aku seperti ini,tapi aku menyembunyikannya dari Nichkhun. Aku selalu muntah di wastafel dapur supaya Nichkhun tidak terbangun. Tapi hari ini,aku harus menyembunyikannya dari Young Dae Oppa. Aku hanya berharap dia tidak akan sadar.
“Huek huek huek.” Ketiga kalinya aku memuntahkan semuanya. Dengan cepat aku membersihkan semua itu. Lalu berjalan ke arah dapur dan membuat susu untuk ibu hamil. Setidaknya bisa mengurangi sedikit rasa mual.
“Sudah hampir habis.Sial.” Batinku. Aku membuang kotaknya di tempat sampah. Lalu merebahkan diriku sebentar di sofa dan meminum susu itu. Masih terlalu gelap untuk jalan-jalan sendirian. Dan masih terlalu pagi untuk membuat sarapan. Setelah susu yang kubuat habis aku mencuci gelasnya dan kembali ke kamar,lalu meminum vitamin dan obat. Aku melirik ke arah jam menunjukkan waktu pukul 06.30 pagi. Aku merebahkan tubuhku di kasur dan kembali tertidur.
“Yak?! Lin-ah.” Suara Young Dae Oppa membangunkan aku. Aku melihat ke arahnya dengan mata setengah terbuka. Dia seperti sedang memegang sebuah kotak.
“Buka matamu. Ini apa?” tanyanya lagi.
Aku membuka kedua mataku sedikit lebar kali ini dan sekarang aku menyadari apa yang dipegangnya. Kotak susu yang tadi aku buang di tempat sampah.
“Kau sedang hamil?” Tanyanya lebih tenang.
Aku mengangguk
“Berapa bulan?” Kali ini suaranya lebih rendah.
“Sudah bulan ke dua.” Jawabku
“Dan kau malah kabur dari rumah? Astagaa Lin-ah.” Katanya dengan volume lebih kencang
“Oppa. Jangan berteriak,tidak baik untuk bayiku tau.” Jawabku sambil menatapnya kesal dan mengelus perutku pelan.
“Apa eomma dan abeoji tau tentang kehamilanmu?” tanyanya dengan volume lebih kecil tapi tetap dengan nada kesal.
Aku menggeleng
“Yak?!” Dia berteriak dan menutup matanya sejenak berusaha untuk tetap tenang.
“Kalau suamimu,dia tau kan?” tanyanya lagi
“Aku tidak yakin dia tau atau tidak. Aku baru memberitaunya secara tidak langsung kemarin.” Jawabku santai.
“Yak Lin-ah?! Kau ini benar-benar.. Aduh leherku.” Jawabnya sambil memegangi lehernya.
“Jangan beritau keluarga kita dulu ya Oppa. Jebal. Aku akan memberi tau mereka sendiri nanti.” Pintaku
“Haiisshh. Aku tidak bisa berbuat banyak padamu karena kau sedang hamil. Kalau tidak aku sudah menendangmu keluar saat ini.” Katanya
Aku tersenyum mendengar perkataannya. Memang dia menyebalkan,tapi setidaknya dia satu-satunya saudara yang bisa aku andalkan di saat seperti ini.
“Susu ini sudah habis kan? Dimana kau membelinya? Biar aku yang pergi. Kau di sini saja tidak perlu kemana-mana. Kalau ingin melihatku latihan tidak apa-apa. Mau membersihkan tempat ini juga boleh. Asal jangan berat-berat.” Ceramahnya
“Panjang sekali ceramahmu.Aku membeli susu itu di supermaket. Cari saja di sana pasti ada.” Jawabku
“Baiklah. Kau ingin makan apa? Di sini tidak banyak makanan.” Tanyanya
“Aku ingin makan japchae pedas dengan kimchi.” Jawabku sambil tersenyum
“Baiklah tuan putri tunggu aku saja di sini. Sudah seperti pembantu saja aku.” Katanya
*Hae Lin’s POV End*
*Nichkhun’s POV*
Sudah satu bulan berlalu sejak Hae Lin meninggalkan apartment ini. Aku sudah mencoba untuk menghubunginya tapi tak ada jawaban. Aku juga sudah mencarinya ke rumahnya tapi dia tidak ada di sana. Aku tidak pernah melihatnya di JYPE Building. Aku masih berstatus suaminya,tapi aku seperti sudah bercerai. Aku merasa sekarang waktu yang tepat untuk memintanya kembali ke sisiku. Aku yakin 1 bulan cukup untuk menghilangkan rasa kesalnya padaku. Selama satu bulan ini benar-benar menyiksa. Aku tidak bisa tidur nyenyak dan itu berdampak pada konsentrasiku saat bekerja. Aku benar-benar merindukannya. Ingin melihat wajahnya,senyumnya,suaranya. Seperti apa keadaannya sekarang,aku harap dia baik-baik saja. Kucoba untuk meneleponnya lagi,tapi selalu disambungkan ke kotak suara. Cukup sudah. Aku bisa gila jika harus seperti ini lebih lama lagi. Hanya satu cara untuk menyelesaikannya. Kuraih ponselku dan menekan nomor telepon orang yang menyebabkan hal ini terjadi.
“Yeoboseyo?” suara dari seberang sana.
“Victoria ssi,bisakah kita bertemu sekarang?” jawabku
“Sekarang? Aku sedang sibuk. Mianhaeyo.” Jawabnya
“Kalau begitu. Aku yang akan menemuimu. Dimana kau sekarang?” balasku
“Ne? Ada apa Nichkhun ssi? Tidak biasanya kau sangat serius?” jawabnya
“Katakan saja kau ada dimana sekarang?” jawabku dengan nada sedikit kesal.
“Temui saja aku di  De Chocolate Coffee satu jam lagi.” Jawabnya cepat.
“Sampai bertemu satu jam lagi di sana.” Jawabku sambil menutup telepon.
*At De Chocolate Coffee*
Aku memasuki cafe dengan penyamaran yang cukup sempurna. Tapi setelah melihat ke dalam cafe ini. Aku melepas kaca mata hitam dan topiku. Cafe ini tidak terlalu ramai pada siang hari. Aku memilih tempat duduk di sudut ruangan yang terhalang tembok,aku sangat berharap tidak ada yang bisa melihat atau mendengar pembicaraan kami. 10 menit kemudian aku melihat Victoria masuk dan dengan segera aku melambaikan tangan ke arahnya. Dia membuka kaca mata hitamnya dan duduk di hadapanku.
“Terima kasih sudah datang saat kau sedang sibuk.” Kataku
“Apa ada hal yang mendesak?” tanyanya
“Sangat.” Jawabku
“Apa aku bisa membantumu?” tanyanya
“Hanya kau yang bisa menyelesaikannya Victoria ssi.” Jawabku
“Tentang apa?”
“Tentang istriku Hae Lin.” Jawabku saat itu juga dan dibalas tatapan tidak suka darinya.
“Oh. Begitu rupanya. Mengapa hanya aku yang bisa menyelesaikannya?”
“Karena kau yang menyebabkan semua ini.” Jawabku dengan menahan amarah.
“Aku?Memangnya aku berbuat apa? Aku tidak melakukan sesuatu yang salah.” Jawabnya tanpa rasa bersalah.
“Victoria ssi.Dengarkan baik-baik” Panggilku sambil meremas telapak tanganku kuat-kuat.
Dia diam di tempat tidak membalas perkataanku.
“Kau pikir,aku tidak tau kalau kau yang menyarankan semua adegan mesra kita di setiap episode? Aku tau kau sangat menyukai cerita cinta seperti di drama-drama kan? Aku bisa memaklumi semua itu karena aku memikirkan bahwa aku juga harus melatih kemampuan aktingku. Tapi,untuk adegan ciuman kita? Aku benar-benar tidak bisa membiarkan itu.” Jawabku
“Tapi adegan itu sudah ditayangkan dan hasilnya juga bagus,banyak fans kita yang menyukainya. Seharusnya kau senang acara kita dapat rating tinggi.” Balasnya
“Aku sudah tidak peduli lagi tentang acara WGM Sialan itu. Ada seseorang yang terus menderita dan merasa terbenani karenanya. Dan orang itu adalah bagian terpenting dalam hidupku. Aku tidak mau menyakitinya lagi. Aku memutuskan akan segera keluar dari acara itu.” Jawabku
“Nichkhun ssi, maksudmu Hae Lin menderita karena aku?” tanyanya dengan nada sedikit kesal
Aku menatapnya dengan tatapan seolah berkata “Benar dan aku berharap secepatnya kita meninggalkan acara itu.”
“Memang,aku yang meminta adegan itu. Tapi,apa itu salah? Sutradaranya juga menyetujui permintaanku. Aku rasa itu bukan hal besar. Perasaannya saja yang sensitif.” Jawabnya dengan nada kesal.
“Dia sudah berusaha untuk tidak cemburu, dan itu sangat sulit untukknya,tapi pertahanannya runtuh saat melihat adegan ciuman kita. Kau kan juga wanita,aku yakin kau bisa mengerti bagaimana perasaannya.Kau tau? Dia sedang mengandung anakku,Victoria ssi.” Jawabku
“Mworagoyo? Jeongmalyo?” katanya sangat terkejut sambil menutup mulutnya yang menganga lebar.
Aku mengangguk pelan.
“Aku minta tolong sebagai teman dan rekan kerja. Bisakah kau menjelaskan semua itu padanya? Dia tidak ingin menemui aku,jadi hanya kau satu-satunya yang bisa menolongku.” Kataku
Dia diam tidak menjawab. Menyadarkan punggungnya ke kursi dan menatapku sejenak.
“Baiklah. Aku akan menemuinya.” Jawabnya
*Nichkhun’s POV End*
*Hae Lin’s POV*
Sudah satu bulan berlalu sejak aku meninggalkan apartment. Seperti yang aku duga,dia pasti menghubungiku tapi selalu aku matikan. Aku tidak ingin menjawab teleponnya. Jika ingat hal yang terkakhir dia katakan,itu membuatku sakit hati. Untukknya,sudah pasti lebih penting menjaga nama baiknya dibandingkan mempertahankan seseorang yang selalu membuatnya repot. Aku sedang membaca majalah tentang ibu hamil siang ini, mengingat usia kandunganku sudah 3 bulan dan perutku sudah terlihat sedikit buncit. Untungnya, semester akhir di kampusku tidak begitu padat jadwal kuliahnya. Aku hanya harus menyusun tugas akhir dan aku memutuskan untuk menyelesaikannya semester depan ketika anakku sudah lahir.
“Dddrrrrtttt.. Dddrrrrtttt.. Dddrrrrtttt..” Ponselku bergetar ada panggilan masuk tapi nomornya tidak ku kenal. Aku memutuskan untuk menjawabnya. Mungkin penting.
“Yeoboseyo.” Jawabku
“Clairiene Lee.” Suara dari seberang sana sontak membuat aku mematung beberapa detik. Suara yang tidak pernah aku lupakan sekalipun,suara yang aku benci dan tidak ingin aku dengar dalam hidupku.
“Clairiene Lee.” Panggilnya lagi
“Yes. Who is this?” jawabku
“Tidak perlu menggunakan bahasa inggris Hae Lin-ie. Aku yakin kau mengerti apa yang aku katakan.” Jawabnya
“Dia tau nama Korea ku dan aku bisa bicara dalam bahasa Korea.Ini gawat.” Batinku
“Ne? Ada apa?” jawabku
“Bisa kita bertemu sekarang? Ada hal penting yang harus aku bicarakan denganmu. Kau tidak mau aku memberitau media tentang hal ini kan?” katanya
“Ne? Baiklah. Kita bertemu di Cafe Angel-in-us Coffee 30 menit lagi.” Jawabku lekas dan langsung menutup teleponnya.
“Gawat. Ini sangat gawat. Bagaimana dia bisa tau hal ini? Aku harus bagaimana?” pikirku sambil berjalan mondar-mandir ke kanan dan ke kiri.
“Berhenti sebelum kau menabrak kaki meja Lin-ah.” Suara Young Dae Oppa mengagetkan aku.
Aku tidak menjawabnya dan segera bersiap-siap pergi ke cafe itu. Memang jaraknya hanya 10 menit dari sini,tapi tetap saja aku harus bergegas. Kenapa aku bilang 30 menit? Baboya. Aku memilih baju yang agak besar dan bercorak agar menutupi perutku yang terlihat buncit. Aku tidak ingin dia tau aku hamil. Itu bisa menambah masalah nantinya.
“Kau mau pergi kemana?” tanya Young Dae Oppa.
“Bertemu teman.” Jawabku singkat.
“Mau kuantar? Tenang saja,aku tidak akan ikut masuk. Hanya mengantarmu sampai pintu.” Katanya
“Perhatian sekali Oppa. Mau jadi paman yang baik kah?” tanyaku menggoda.
“Kalau kau tidak sedang hamil,sudah kusuruh kau naik bus bocah. Aku menunggumu di bawah.” Jawabnya
10 menit kemudian aku sudah sampai di Cafe Angel-in-us Coffee. Lebih baik aku yang sampai lebih dulu dibanding dia.
“Telepon aku jika sudah selesai. Akan aku jemput. Untung hari ini aku tidak ada jadwal latihan.” Kata Young Dae Oppa.
“Ne Oppa. Gomawoyo Young Dae ganteng.” Jawabku menggodanya.
Aku melangkah masuk ke dalam cafe dan memilih tempat duduk yang dulu aku tempati bersama Choon Hee. Aku juga memesan segelas air untuk membuat aku tetap tenang. Tidak lama orang yang kutunggu-tunggu akhirnya masuk. Saat ini suasana Cafe tidak terlalu ramai karena cuaca sedang buruk. Saat ini sedang hujan di luar sana. Dia berjalan ke mejaku dan melepaskan kaca mata hitamnya lalu duduk di hadapanku.
“Annyeonghaseyo Hae Lin-ie.Oraenmaneyo.” Jawabnya sambil tersenyum.
Aku tidak membalas sapaannya dan hanya duduk sambil menyandarkan punggung ke kursi. Aku benar-benar menunjukkan sikap tidak sukaku padanya.Tidak peduli dia lebih tua dariku sekalipun.
“Aku tidak akan basa basi karena aku sendiri juga sedang sibuk.” Katanya
“Baik. Mari langsung saja. Apa yang ingin kau bicarakan?” jawabku
“Aku sudah mengetahui semua hal tentangmu sejak hari itu. Hari dimana 2PM mengadakan konser pertamanya. Nichkhun ssi juga mengetahui hal ini. Sejujurnya,aku terkejut,tidak menduga,dan aku marah. Aku menyukai Nichkhun ssi secara pribadi.Tapi,sepertinya hanya aku yang memiliki perasaan itu. Jadi,aku mengancam akan memberitaukan hal ini kepada media kalau dia tidak menuruti semua keinginanku.” Jawbanya panjang lebar.
“Sudah selesai bicara?Sekarang giliranku.Kau tau?Aku sudah bilang pada Nichkhun Oppa semoga dia bahagia bersamamu.” Jawabku angkuh.
“Ne?Jinjja?Baguslah kalau be..”
“Splaash.” Dengan segera aku menyiram mukanya dengan segelas air yang ada di hadapanku. Aku benar-benar marah dan benci atas jawabannya. Jadi,dia dengan sengaja melakukan hal ini padaku dan Nichkhun. Kurang ajar sekali dia. Sadarkah dia atas apa yang dilakukannya terhadap keluarga kecilku?
“Hae Lin-ie.” Panggilnya
“JANGAN MENYEBUT NAMAKU.” Kataku sambil berteriak dan segera berdiri sembari meremas telapak tangan kananku kuat-kuat.Aku mengambil tasku dan siap untuk pergi. Aku malas mendengar apa yang akan dikatakan selanjutnya. Aku baru saja melewatinya saat dia mengatakan sesuatu yang menyadarkan aku akan satu hal.
“Baik kalau kau mau pergi. Silakan. Aku tidak akan menghalangimu. Tapi,dengarkan satu saja penjelasan terakhirku. Nichkhun ssi benar-benar mencintaimu Hae Lin-ie. Aku mengancamnya karena aku ingin tau bagaimana reaksinya. Ternyata,dia bersedia melakukan apapun demi melindungi dirimu. Sekalipun harus mengorbankan hal yang paling penting baginya. Aku iri. Dan satu lagi,adegan ciuman itu. Aku yang memintanya. Kau bisa melihat sendiri kan kalau dia tidak bisa menciumku,jadi aku yang menciumnya. Jangan salah paham. Aku yang memaksa sutradara supaya adegan itu ada. Sekarang terserah padamu. Aku sudah selesai bicara.” Katanya.
Aku diam di tempat. Tidak bergerak. Ada air mata mengalir di pipiku. Air mata kekesalan dan kebodohan yang tidak aku tunjukkan selama ini. Penjelasannya masuk akal. Tapi aku belum bisa menerima penjelasan itu seutuhnya.
“Kreeeeek” Terdengar suara kursi bergeser. Victoria bangun dari kursi dan berjalan mendekati aku.
Aku bisa mendengar suara sepatu haknya semakin mendekati tempatku berdiri. Dan bodohnya aku tidak bergerak dan masih berdiri di tempat yang sama. Kakiku tidak mau beranjak dari sini meskipun otakku mengatakan sebaliknya.
“Selamat atas kehamilanmu Hae Lin-ie. Aku harap kau dan bayimu selalu sehat. Semoga bahagia.” Bisiknya di telinga kiriku. Dan kemudian berjalan melewati aku.
Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk saat ini.Aku berdiri dengan gemetar. Dan air mata yang mengalir di pipiku semakin deras. Aku kembali ke kursi dengan lunglai dan menangis sekencang-kencangnya di sini. Tidak peduli apa yang orang lain pikirkan,tidak peduli apa yang mereka lihat dan mereka katakan. Aku hanya ingin menangis sepuasnya di sini.
Satu jam kemudian aku mengirim pesan pada Young Dae Oppa untuk menjemputku kembali ke mess nya.
“Kau kenapa Lin-ah?” tanya Young Dae Oppa.
“Ne?Gwaenchanayo.” jawabku.
“Siapa yang kau temui barusan? Wajahmu terlihat sangat jelek seperti nenek tua yang mendapatkan kecupan dementor*.” (*penghisap perasaan bahagia di cerita Harry Potter)
“Yak?! Berhentilah bersikap menyebalkan sebelum aku benar-benar berubah menjadi dementor sungguhan.” Jawabku kesal.
“Kau ini!” Ucapnya dengan nada kesal dan berusaha keras untuk tidak emosi.
“Mengemudi saja yang benar. Aku malas bertengkar dengan Oppa.” Jawabku mengakhiri pertengkaran kami.
*Hae Lin’s POV End*
*Nichkhun’s POV*
-Prev-
“Aku minta tolong sebagai teman dan rekan kerja. Bisakah kau menjelaskan semua itu padanya? Dia tidak ingin menemui aku,jadi hanya kau satu-satunya yang bisa menolongku.” Kataku
Dia diam tidak menjawab. Menyadarkan punggungnya ke kursi dan menatapku sejenak.
“Baiklah. Aku akan menemuinya.” Jawabnya
-Prev End-
“Bagaimana kalau kau menghubunginya? Aku akan mengantarmu ke tempat kalian akan bertemu. Aku harus tau dimana dia tinggal selama tidak ada di apartment kami. Hanya untuk memastikan dia aman dan memintanya kembali padaku.” Kataku
“Baik,berikan nomor ponselnya.” Jawabnya. Lalu aku memberikan nomor ponsel Hae Lin dan Victoria mencoba menghubunginya.
“Clairiene Lee.” Victoria memanggil nama Hae Lin,dan itu berarti dia menjawabnya.
“Clairiene Lee.” Panggilnya lagi
 “Tidak perlu menggunakan bahasa inggris Hae Lin-ie. Aku yakin kau mengerti apa yang aku katakan.” Jawabnya kali ini tanpa basa basi lagi.
 “Bisa kita bertemu sekarang? Ada hal penting yang harus aku bicarakan denganmu. Kau tidak mau aku memberitau media tentang hal ini kan?” katanya sedikit mengancam.
Victoria meletakkan teleponnya di meja yang berarti percakapan mereka sudah selesai.
“Bagaimana?” Tanyaku
“Cafe Angel-in-us Coffee 30 menit lagi.” Jawabnya
“Baiklah. Kita pergi sekarang. Kita harus sampai di sana sebelum Hae Lin tiba.” Aku berdiri dan bersiap untuk pergi.
“Nichkhun ssi.” Panggilnya
“Ne?” jawabku
“Senang bisa bersamamu sampai saat ini.” Jawabnya sambil tersenyum. Lalu dia beranjak dari duduknya,mengambil tasnya,dan pergi meninggalkan meja.
Aku hanya melihatnya. Aku tidak mengerti maksud perkataanya yang tiba-tiba seperti itu.
15 menit kemudian kami sampai di Cafe Angel-in-us Coffee. Victoria tidak langsung masuk,aku memintanya untuk tetap di dalam mobilku sampai Hae Lin masuk lebih dulu. Aku memarkirkan mobilku dekat dengan pintu masuk sehingga bisa melihatnya datang.
10 menit kemudian ada mobil sedan putih berhenti di depan pintu masuk cafe. Sepertinya aku mengenali mobil itu. Dan ketika seorang pria keluar dari dalam mobil sambil membuka payung,aku segera mengenalinya.Lee Young Dae.
“Itu Young Dae.” Ucap Victoria.
“Sedang apa dia di sini?” Batinku
Young Dae berlari ke pintu penumpang,lalu membuka pintu. Dan saat itu juga,aku melihat seorang wanita memakai baju besar warna ungu di bawah lutut dengan corak garis-garis hitam turun dari mobil sambil memegangi perutnya.Aku tersenyum kecil.
“Dia baik-baik saja.” Batinku
Ya,wanita yang selama ini aku rindukan. Wanita yang selama 1 bulan ini membuat aku menjadi tidak keruan. Lee Hae Lin. Aku memperhatikan badannya sedikit membesar,perutnya juga terlihat agak besar. Tentu saja,ini sudah bulan ketiga dia hamil.
“Itu Hae Lin?” Tanya Victoria.
Aku mengangguk.
“Bagaimana bisa dia turun dari mobil Lee Young Dae? Bahkan Young Dae membukakan pintu dan memayunginya sampai pintu masuk cafe? Hae Lin juga tersenyum padanya.” Victoria bertanya bagaikan seorang wartawan gosip.
“Hae Lin itu adik perempuan Young Dae.” Jawabku singkat.
“Eomeo? Jeongmalyo? Aku tidak menyangka. Tapi kalau diperhatikan dengan seksama mereka memang sedikit mirip. Mata dan hidungnya memiliki bentuk yang hampir sama.” Katanya.
“Mereka memang mirip. Sikapnya apalagi.” Jawabku sambil tersenyum membayangkan pertengkaran kecil mereka saat bermain di rumahku dulu.
“Hae Lin sudah duduk. Kapan aku harus masuk?” tanyanya.
Aku melihat sekeliling cafe. Tidak terlalu ramai karena sedang hujan. Aku bisa melihatnya dengan jelas dari sini saat Hae Lin duduk di tempat yang dulu ia tempati bersama temannya. Karena mobilku hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat itu.
“Kau boleh masuk sekarang. Ini,pakailah payung ini.” Ucapku
“Tidak perlu. Aku akan memakai tudung jaket saja.” jawabnya
“Victoria ssi.” Panggilku
“Ne?” jawabnya
“Aku sangat berharap padamu.” Kataku
Victoria hanya tersenyum tanpa menjawab,lalu meninggalkan mobil dan berjalan masuk ke cafe.
Aku memperhatikan mereka berdua dari sini. Cukup jelas setidaknya walaupun aku tidak bisa mendengar perkataan mereka. Tapi aku bisa melihat ekspresi mereka dari sini.
Victoria datang sambil tersenyum,tapi Hae Lin tidak membalas sapaannya dan hanya duduk sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. Raut wajahnya terlihat sedikit tidak suka pada Victoria. Lalu victoria mulai bicara,tapi ekspresi wajah Hae Lin semakin memperlihatkan kalau dia benar-benar tidak menyukai Victoria. Hae Lin menyilangkan tangannya di depan dada. Dia bersikap angkuh. Victoria tersenyum sambil bicara dan tiba-tiba Hae Lin menyiram wajah Victoria dengan segelas air yang ada di hadapannya.
“Apa yang dikatakan Victoria?” Pikirku
Victoria tetap tenang. Bahkan tatapannya tidak menunjukkan kalau dia marah sedikitpun. Victoria berkata sesuatu. Aku tidak tau apa itu. Yang pasti hal itu membuat Hae Lin sangat marah sehingga dia seperti membentak Victoria dengan raut wajah kesal sambil berdiri sembari meremas telapak tangan kanannya kuat-kuat.Mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi. Tapi kemudian,langkahnya terhenti saat Victoria mengatakan sesuatu. Aku tidak tau apa yang diucapkannya,yang terlihat sepertinya dia menjelaskan sesuatu yang sangat penting.
Hae Lin diam di tempat. Tidak bergerak. Sepertinya dia sedang berpikir. Lalu Victoria bangun dari kursi dan berjalan mendekatinya. Lalu mengatakan sesuatu di telinga kirinya. Dan kemudian berjalan melewati Hae Lin yang tetap berdiri mematung. Lalu keluar dari Cafe dan mendekat ke mobilku. Aku turun dari mobil untuk membukakan pintu.
“Nichkhun ssi,tidak perlu mengantarku. Aku akan naik taksi. Aku ada jadwal pengambilan gambar di dekat sini. Tidak perlu repot-repot.” Ucapnya
“Kau tidak apa-apa Victoria ssi? Apa yang kau katakan hingga disiram air seperti itu?” Tanyaku
“Kau tidak perlu tau. Aku tidak apa-apa,sungguh. Aku harap apa yang aku lakukan bisa membantumu.Semoga masalahmu cepat terselesaikan ya. Aku pergi dulu. Annyeong Nichkhun ssi.” Jawabnya cepat sambil berlari kecil lalu memberhentikan taksi yang melintas.
Aku melihatnya masuk ke dalam taksi. Aku tidak tau apa yang terjadi di dalam sana. Aku bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih padanya. Aku kembali masuk ke dalam mobil dan melihat Hae Lin masih berdiri mematung di tempat yang sama. Hae Lin berdiri dengan gemetar. “Mungkinkah dia menangis?” Pikirku
Hae Lin kembali ke kursi dengan lunglai dan menangis sekencang-kencangnya di sana. Tidak peduli pada orang-orang yang ada di cafe itu sedang melihatnya dan berbisik-bisik ke arahnya. Aku ingin sekali masuk dan memeluknya,tapi tidak mungkin. Bisa saja dia pergi saat melihatku dan itu akan mengacaukan semua rencanaku.
 Satu jam berlalu dan tampaknya dia sudah tenang,lalu meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. 10 menit kemudian mobil Young Dae kembali ke sana. Lalu mereka berdua masuk ke mobil. Aku mengikuti mobil mereka diam-diam. Aku benar-benar harus tau dimana Hae Lin tinggal. Setidaknya,biar aku merasa sedikit lega kalau tempat tinggalnya layak. Mobil mereka masuk ke dalam tempat parkir khusus gedung pelatihan bulutangkis terbesar di Seoul.
“Hae Lin tinggal di mess Young Dae?” Batinku bertanya-tanya
Setelah agak lama,aku memberanikan diri untuk mengikuti mereka. Dengan segera aku masuk ke sana. Berusaha mencari mobil Young Dae dan akhirnya aku menemukannya. Untungnya,mereka belum turun dari mobil. Saat mereka turun,aku mematikan mesin mobil dan ketika mereka mulai menjauh aku ikut turun dari mobil dan mengikuti mereka dari jarak pandang yang masih bisa aku lihat. Aku mengikuti mereka sampai akhirnya mereka berdua masuk ke dalam 1 kamar di lantai 3 gedung ini. Aku berjalan mengendap-ngendap di dinding sambil mendekati kamar itu.
329 Young Dae’s Room. Itulah yang tertulis di depan pintu kamar ini. Aku menarik nafas panjang. Lalu memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar ini.
“Tok tok tok” Aku mengetuk pintu kamar ini. Tidak ada jawaban dari dalam.
“Tok tok tok” Aku mengetuknya kembali.
“Ceklek” Pintu terbuka dan muncullah Young Dae dari balik pintu.
“Annyeonghaseyo Young Dae ssi.” Sapaku
“KAU?!” Young Dae setengah berteriak sambil mendorongku kebelakang menjauh dari pintu.
“Young Dae ssi.” Kataku
“Beraninya kau datang ke sini. HAH?!” Ucapnya emosi
“Young..”
“Buuk” Satu pukulan keras mendarat di bibir bawah sebelah kananku. Aku sempat oleng,tapi tidak sampai jatuh. Aku masih bisa menjaga keseimbanganku saat ini.
Young Dae semakin emosi dan menarik kerah kemejaku dengan kedua tangannya.
“Tolong tenang Young Dae ssi.” Jawabku sambil berusaha melepaskan cengkramannya.
“PERGI SAJA KAU. AKU TIDAK TAU APA YANG KAU PERBUAT PADANYA.TAPI AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA TERLUKA LAGI.” Bentaknya sambil berteriak.
“Aku ke sini untuk meminta maaf pada adikmu.” Jawabku
“Ciih. Minta maaf katamu?” katanya dengan volume lebih kecil
“Buuuk” Kali ini pukulannya benar-benar sakit hingga membuat bibirku berdarah.
Aku mengusap darah segar yang muncul di bawah bibirku.
“Itu untuk membuat adikku menangis setiap malam sebelum ia tertidur.” Jawabnya semakin marah.
“Dia menangis?” tanyaku
“Iya. Dia MENANGIS. Tidak pernah sekalipun aku melihatnya menangis seperti itu. Bertengkar dengan ku saja tidak pernah membuatnya menangis. Kalau dia sampai menangis itu artinya dia menderita,merasa terbebani dan merasa kesakitan. Kau tau apa?” Ucapnya sambil bercacak pinggang.
“Karena itu,aku akan meminta maaf padanya Young Dae ssi. Ijinkan aku menemuinya.” Pintaku
“Menemuinya? Aku yakin dia tidak akan mau menemuimu lagi.” Jawabnya
“Young Dae ssi. Tolonglah.” Pintaku dengan wajah memelas.
“Kau tau dia sedang hamil kan?” tanyanya
Aku mengangguk.
“KAU TAU TAPI KAU TIDAK BERUSAHA MENCARINYA SELAMA SATU BULAN INI? KAU ITU PRIA ATAU BUKAN,HAH?!” teriaknya benar-benar memekakan telinga. Kini aku tau mengapa Hae Lin pandai berteriak.
“Buuaaak.” Young Dae memukul wajahku dan kali ini mengenai tulang pipi kiriku. Aku jatuh tersungkur. Pukulannya lumayan menyakitkan. Aku mencoba bangkit dan berlutut di hadapan Young Dae.
“Kumohon Young Dae ssi. Ijinkan aku menemuinya.” Kataku sambil berlutut dan menundukkan kepala. Aku sangat berharap bisa bertemu dan bicara dengan Hae Lin kali ini.
“YAK?! Bangun kau! Sedang apa berlutut di sini?” jawabnya.
“OPPAA CUKUUP.” Hae Lin keluar dari ruangan itu dan segera menghampiri aku.
*Nichkhun ‘s POV End*
*Hae Lin’s POV*
Sesampainya di mess aku segera masuk ke kamar tidur dan mengganti baju dengan dress ibu hamil. Itu membuatku merasa lebih nyaman.
“Nichkhun ssi benar-benar mencintaimu Hae Lin-ie. Aku mengancamnya karena aku ingin tau bagaimana reaksinya. Ternyata,dia bersedia melakukan apapun demi melindungi dirimu. Sekalipun harus mengorbankan hal yang paling penting baginya. Aku iri.” Kata-kata itu terus hadir dalam pikiranku. Benarkah Nichkhun mencintai aku? Benarkah dia bersedia melakukan apapun demi melindungi diriku?
Sekalipun harus mengorbankan hal yang paling penting baginya?Apa itu? Batinku.
“Tok tok tok” Aku mendengar ada yang mengetuk pintu.
“Oppa,kau menunggu seseorang?” Tanyaku dari dalam kamar.
“Ani.” Jawabnya dari ruang tv
“Tok tok tok” Pintu itu kembali diketuk.
“Oppa,bukalah pintunya. Sedang apa sich?” tanyaku sedikit kesal.
“Aku akan buka pintunya.” Sahutnya dari ruang tv
Setelah itu aku tidak mendengar suara orang memasuki ruang tv. Justru aku mendengar orang berteriak-teriak di luar. Siapa yang berteriak-teriak itu? Seperti suara Young Dae Oppa.
“Tapi dengan siapa?” Pikirku
Aku keluar dari kamar tidur lalu berjalan ke arah pintu utama yang setengah terbuka,aku berniat akan menarik gagangnya untuk melihat siapa yang berteriak di depan pintu dan mengganggu ketenangan tapi aku mengurungkan niat saat mendengar percakapan dari suara 2 orang yang aku kenal. Nichkhun dan Young Dae Oppa. Lebih mirip pertengkaran sebenarnya.
“Aku ke sini untuk meminta maaf pada adikmu.” Suara Nichkhun Oppa
“Ciih. Minta maaf katamu?” balas Young Dae Oppa
“Buuuk” Kali ini aku mendengar sebuah pukulan,entah siapa yang memukul dan dipukul.
“Itu untuk membuat adikku menangis setiap malam sebelum ia tertidur.” Suara Young Dae Oppa terdengar  marah. Berarti tadi yang memukul adalah Young Dae Oppa dan yang dipukul itu Nichkhun Oppa.
“Eomeo.” Batinku
“Dia menangis?” suara Nichkhun Oppa
“Iya. Dia MENANGIS. Tidak pernah sekalipun aku melihatnya menangis seperti itu. Bertengkar dengan ku saja tidak pernah membuatnya menangis. Kalau dia sampai menangis itu artinya dia menderita,merasa terbebani dan merasa kesakitan. Kau tau apa?” Young Dae Oppa menjelaskan panjang lebar.
“Dia tau rupanya.Aku pikir dia tidak mendengarnya karena dia ada di ruang tv saat aku akan tidur.” Batinku
“Karena itu,aku akan meminta maaf padanya Young Dae ssi. Ijinkan aku menemuinya.” Suara Nichkhun Oppa melemah.
“Menemuinya? Aku yakin dia tidak akan mau menemuimu lagi.” Jawab Young Dae Oppa
“Young Dae ssi. Tolonglah.” Pinta Nichkhun Oppa
“Kau tau dia sedang hamil kan?” tanyanya
 “KAU TAU TAPI KAU TIDAK BERUSAHA MENCARINYA SELAMA SATU BULAN INI? KAU ITU PRIA ATAU BUKAN,HAH?!”
“OMO?!.” Bisikku. Secepatnya aku mengelus perutku. Teriakan Young Dae Oppa bisa membuat bayiku kaget.
“Buuaaak.” Lagi-lagi suara pukulan. Aku yakin sekarang Nichkhun Oppa sudah babak belur dihajar oleh Young Dae Oppa.
“Kumohon Young Dae ssi. Ijinkan aku menemuinya.” Suara Nichkhun Oppa lebih lemah kali ini.
“YAK?! Bangun kau! Sedang apa berlutut di sini?” jawab Young Dae Oppa.
“OMO?!BERLUTUT?” Batinku tidak percaya.Bagi orang Korea berlutut berarti membuang harga dirimu jauh-jauh dan meminta sesuatu dengan sungguh-sungguh. Aku tidak bisa terus diam di sini atau ini akan berakhir di meja hijau. Aku memutuskan untuk menemuinya.
“OPPAA CUKUUP.” Aku berteriak sambil keluar dari sini dan segera menghampiri Nichkhun Oppa yang sedang berlutut di hadapan Young Dae Oppa.
“Sedang apa Oppa berlutut di sini? Ayo bangun cepat.” Kataku sambil menarik lengan Nichkhun supaya cepat berdiri.
“Ani. Aku tidak akan bangun sampai kau memaafkanku Lin-ah.” Jawabnya
“Sudahlah. Kau tidak perlu berbaik hati padanya. Ayo kita masuk. Tinggalkan saja dia di sini.” Kata Young Dae Oppa menarik lenganku pelan.
“Oppa.Bisakah Oppa meninggalkan kami berdua?” Pintaku ke Young Dae Oppa.
“Setidaknya,masuk dulu ke dalam. Bicara saja di kamarku secara pribadi. Di luar sini bisa dilihat banyak orang.” Jawabnya sambil berlalu dan masuk ke dalam ruangannya.
“Bangunlah.” Kataku kali ini sambil menyilangkan tangan di depan dada.
“Kau memaafkanku Lin-ah?” tanyanya
“Kita masuk dulu Oppa.” Jawabku sambil memperhatikan sudut bibir bawahnya yang pecah dan pipinya yang merah akibat pukulan Young Dae.
“Gomawo.” Jawabnya
Akhirnya kami berdua masuk ke dalam mess Young Dae. Young Dae masih terlihat agak kesal saat melihat kami masuk ke dalam kamarnya. Aku memberinya aba-aba untuk mengambil kotak P3K yang ada di atas lemari.
“Duduklah di sini.Tidak ada kursi di kamar ini.” Kataku sambil menepuk-nepuk kasur yang ada di sebelahku. Lalu Nichkhun duduk dan melihatku.
“Lihat apa?” Tanyaku agak sinis sambil mengeluarkan antiseptik dan cuttonbud dari kotak P3K
“Jadi,kau tinggal di sini selama 1 bulan terakhir?Aku lega kau baik-baik saja.” jawabnya.
Aku mengacuhkannya. Tidak ada gunanya membahas dimana aku tinggal sekarang. Itu sama sekali tidak penting.
“Kemarikan wajah Oppa.” Kataku sambil memegang cuttonbud yang sudah ditetesi antiseptik.
Nichkhun memajukan wajahnya. Aku memegang dagunya dan mulai menekan-nekan cuttonbud itu pada bibirnya. Dia memundurkan sedikit wajahnya karena perih pastinya.
“Jangan bergerak seperti anak kecil. Tidak separah itu kan.” Jawabku
Setelah selesai aku menempelkan plester di sudut bibir dan pipinya.
“Gomawo.” Ucapnya
“Kenapa Oppa tidak melawannya? Oppa kan bisa Muaythai.” Kataku
“Kalau aku melawan,aku tidak bisa menemuimu nantinya.” Jawabnya
“Apa yang ingin Oppa bicarakan? Aku rasa sudah memberitau cukup jelas saat terakhir kali kita bertemu.” Jawabku
“Lin-ah.Kau benar-benar tidak bisa memaafkanku ya?” tanyanya
“Aku sudah memaafkanmu. Hanya saja aku berpikir kalau yang kau butuhkan itu bukan aku,aku tidak bisa membuatmu menjadi lebih terkenal. Yang aku lakukan hanya protes dan mengeluh. Sama sekali tidak menguntungkan bagimu.” Jawabku
“Tapi kau adalah bagian terpenting dalam hidupku. Omong kosong dengan acara WGM Sialan itu. Aku akan segera mengakhirinya.” Jawabnya
“Ne?Oppa sungguh-sungguh?Kau bilang itu bisa merugikan JYP dan menghancurkan nama baikmu?” Tanyaku
“Aku lebih memeilih kehilangan nama baik,membayar denda,dan tidak terkenal sekalipun dibandingkan kehilangan 2 orang yang akan selalu ada untukku.Maaf,saat itu aku emosi sehingga berpikiran egois. Aku tidak tau kalau untuk pertama kalinya ada malaikat kecil akan hadir dalam hidupku.” Jawabnya sambil mengelus perutku.
Aku terdiam sesaat. Mendengarkan hal itu langsung dari mulutnya membuatku sedikit lega. Dan aku jadi merasa tidak enak padanya tentang hal yang aku katakan padanya waktu itu.
“Kau tidak perlu merasa bersalah. Tidak perlu merasa menjadi beban bagiku. Suka atau tidak kau memang tanggungjawabku,Lin-ah. Dan mulai dari sekarang malaikat kecil yang ada dalam perutmu juga jadi tanggung jawabku. Aku hanya berharap satu hal padamu. Please be with me no matter what happened in the furute. I will always by your side now and forever.” Jawabnya.
“Bukankah itu memang janji kita saat di altar pernikahan?” Tanyaku
“Tapi kenapa kau meninggalkanku? Apakah benar-benar terasa sangat berat dan menyakitkan untukmu?” Tanyanya
“Oppa sendiri yang mengatakan hal itu.” Jawabku ketus.
“Baiklah. Aku menarik kembali semua kata-kata itu. Anggap saja aku tidak pernah mengatakannya. Aku benar-benar tidak bisa hidup tanpamu Lin-ah.” Jawabnya sambil memelukku erat.
“Oppa berjanji tidak akan mengikuti acara apapun yang ada hubungannya dengan percintaan kan?” tanyaku tetap memelukknya
“Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Ngomong-ngomong kenapa kau menyiram Victoria dengan air?” tanyanya membuatku kaget dan segera melepaskan pelukannya.
“Oppa tau dari mana? Dia mengadu?” tanyaku
“Aku memang memperhatikan mu sejak kau baru datang ke cafe itu. Memangnya apa yang kau bicarakan? Kasihan sekali wajahnya. Aku bahkan belum berterima kasih padanya karena sudah membantuku.” Jawabnya
“Tanyakan saja sendiri padanya. Aku malas membahasnya.” Jawabku ketus sambil memalingkan wajah.
“Kau cemburu?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“Aku?Cemburu?Ya memang.” Jawabku sambil menggigit bibir bawahku menahan rasa malu.
“Aku senang kau mengatakannya. Lebih baik begitu Lin-ah,jadi aku bisa tau apa yang kau suka dan kau tidak suka.” Jawabnya sambil tersenyum. Senyum yang sudah lama tidak aku lihat darinya. Tidak bisa dipungkiri aku memang merindukan senyuman itu.
“Bogoshipeosseo.” Ucapnya
“Nado bogoshipeosseo Oppa.” Jawabku sambil tersenyum.
Nichkhun memeluk erat kembali pinggangku. Mendekatkan wajahnya ke wajahku,aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang semakin dekat. Dan sedetik kemudian bibirnya sudah menyentuh bibirku pelan.
“Yak kalian?! Yang di dalam perut saja belum keluar. Kalian mau memberinya adik baru?” Suara Young Dae Oppa mengangetkan kami berdua. Sontak kamipun melepaskan ciuman kami yang baru sedetik.
“OPPAAA.” Teriakku diikuti sebuah bantal yang melayang ke arahnya tapi dia berhasil melarikan diri.
“AWAS KAU LEE YOUNG DAE” Teriakku dan membuat Nichkhun tertawa bahagia.
-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar